Strategi Pelestsrian Lanskap Sejarah untuk Pengembangan Wisata Heritage di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Abstract
Kabupaten Serdang Bedagai (Kab Sergai) merupakan wilayah administrasi
yang dahulu menjadi wilayah kekuasaan dari 4 kerajaan yakni Kesultanan Serdang,
Kerajaan Bedagai, Padang dan Bajalinggei. Banyak ditemukan peninggalan lanskap
budaya berumur lebih dari 50 tahun berupa benda, bangunan, struktur, yang berstatus
Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) dan Cagar Budaya (CB). Problematika yang
terjadi seperti minimnya identifikasi, pemeliharaan, anggaran, dan kualitas sumber
daya manusia (SDM), meningkatnya pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan dan
konflik lahan serta fokus wisata yang tersentralisasi pada wisata pantai dan alam
sehingga diperlukan keterlibatan seluruh aspek masyarakat dan stakeholder agar
dapat meminimalisir berbagai ancaman kerusakan dan kemusnahan. Penelitian ini
bertujuan untuk memetakan perubahan lanskap dan sebaran objek lanskap budaya,
menilai signifikansi objek dan situs, menganalisis potensi wisata di Kab-Sergai
dan menyusun rekomendasi pelestarian untuk pengembangan wisata heritage.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan analisis deskriptif kualitatif
dan spasial dengan pendekatan Landscape Character Assessment (LCA), Cultural
Heritage Landscape Assessment (CHLA), ADO-ODTWA, Purposive Sampling dan
Kolaborasi Pentahelix (ABCGM) kemudian analisis S.W.O.T. Hasilnya, Kab-Sergai
memiliki 2 Peraturan daerah tentang pelestarian warisan kebudayaan dan 2 cagar
budaya tingkat kabupaten. Total ODCB yang terdaftar sebanyak 47 objek dan 28
objek temuan baru yang berstatus OPS. Terjadi perubahan lanskap yang signifikan
pada kedua situs. Komplek Istana Serdang sudah berubah menjadi perumahan. Desa
Kota Galuh merupakan Desa inti komplek Istana dan sedikit di Simpang Tiga
Perbaungan dengan terdapat 15 temuan objek baru. Sedangkan pada Situs Kerajaan
Bedagai, Desa Pekan Tanjung Beringin adalah Desa inti Kerajaan Bedagai dan Desa
Nagur merupakan asal dari tari Gobuk. Terdapat dua lokasi situs Kerajaan dengan 6
temuan objek baru. Hasil dari penilaian signifikansi, Situs-KS dan Situs-KB berada
pada signifikansi “Tinggi” yang berarti keberadaanya perlu dilestarikan.
Pengembangan wisata heritage sangat layak dikembangkan di Situs-KS dan SitusKB.
Penilaian SWOT yang dilakukan dengan unsur pentahelix memperoleh nilai
total IFE sebesar 2,81 dan EFE 2,92 berada pada kuadran V yang berarti strategi
kedua situs tersebut adalah mempertahankan dan melestarikan. Maka ada empat
skenario rekomendasi strategi pelestarian untuk pengembangan wisata heritage yang
dapat dilakukan adalah skenario desain perencanaan, skenario lintas sosial, ekonomi
dan wisata dengan 20 poin tindakan. Serdang Bedagai Regency (Sergai Regency) is an administrative region that
was formerly under the control of four kingdoms, namely the Serdang Sultanate,
the Bedagai Kingdom, Padang, and Bajalinggei. Many cultural landscape relics
dating back more than 50 years have been found in the form of objects, buildings,
and structures, which have the status of Presumed Cultural Heritage Objects
(ODCB) and Cultural Heritage (CB). Problems that occur include minimal
identification, maintenance, budget, and quality of human resources (HR),
increasing population growth, land conversion and land conflicts, and a centralized
focus on coastal and natural tourism, so that the involvement of all aspects of
society and stakeholders is needed to minimize various threats of damage and
destruction. This study aims to map changes in the landscape and distribution of
cultural landscape objects, assess the significance of objects and sites, analyze
tourism potential in Sergai Regency, and compile conservation recommendations
for the development of heritage tourism. The method used is a survey method with
qualitative and spatial descriptive analysis with the Landscape Character
Assessment (LCA), Cultural Heritage Landscape Assessment (CHLA), ADOODTWA,
Purposive Sampling and Pentahelix Collaboration (ABCGM)
approaches, then SWOT analysis. As a result, Sergai Regency has 2 Regional
Regulations on the preservation of cultural heritage and 2 Regency-level Cultural
Heritage. A total of 47 registered ODCB objects and 28 new discovery objects with
OPS status. There have been significant landscape changes at both sites. The
Serdang Palace Complex has been transformed into housing. Kota Galuh Village is
the core village of the Palace complex and a little at Simpang Tiga Perbaungan with
15 new object discoveries. Meanwhile, at the Bedagai Kingdom Site, Pekan
Tanjung Beringin Village is the core village of the Bedagai Kingdom and Nagur
Village is the origin of the Gobuk dance. There are two locations of the Kingdom
site with 6 new object discoveries. The results of the significance assessment, SiteKS
and
Site-KB
are
at
"High"
significance
which
means
their
existence
needs
to
be
preserved.
Heritage
tourism
development
is
very
feasible
to
be
developed
at
SiteKS
and
Site-KB. The SWOT assessment conducted with the pentahelix element
obtained a total IFE value of 2.81 and EFE 2.92 in quadrant V which means the
strategy for both sites is to maintain and preserve. So there are four recommended
scenarios of preservation strategies for the development of heritage tourism that can
be carried out, namely the planning design scenario, the cross-social, economic and
tourism scenario with 20 action points.
Collections
- MT - Agriculture [3994]
