Estimasi Debit Puncak Menggunakan Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT)
Abstract
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari adalah DAS terbesar kelima di
Indonesia dengan luas 4,4 juta hektar dan telah mengalami degradasi yang
signifikan akibat konversi lahan, terutama di hilir. Tutupan lahan yang berubah ini
berdampak pada karakteristik hidrologi DAS, termasuk peningkatan aliran
permukaan dan fluktuasi debit ekstrem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kondisi hidrologi dan mengestimasi debit puncak DAS Batanghari menggunakan
SWAT yang terintegrasi dengan GIS. Parameter yang digunakan untuk
mengestimasi debit puncak yaitu water yield, parameter ini dapat menggambarkan
efektivitas DAS dalam mengendalikan jumlah air yang akhirnya menjadi debit
sungai. Data yang digunakan meliputi data spasial DEM jenis tanah, tutupan lahan
dan data iklim yang dilakukan koreksi koreksi dengan metode rata-rata dan evaluasi
statistik untuk menilai kesesuaian antara data model dan observasi Hasil simulasi
menunjukkan pembagian 52 sub-DAS dengan dominasi jenis tanah Orthic Acrisols
dan tutupan lahan perkebunan. Hasil koreksi data iklim menunjukkan hasil yang
baik dan menandakan kesesuaian antara data model dan observasi. Hasil validasi
R² = 0.83, NSE = 0.61, KGE = 0.51 dan PBIAS = -7.9% menunjukkan hasil yang
cukup baik tetapi PBIAS mengindikasikan bahwa hasil model overestimate, tetapi
hasil simulasi masih tetap dapat menggambarkan pola fluktuasi musiman debit.
Nilai water yield =150 m3/s menghasilkan debit berkisar =5000 m3/s, diindikasikan
nilai tersebut merupakan debit puncak karena terjadi pada bulan basah dan saat
limpasan tinggi. Kombinasi komponen pembentuk HRU dalam DAS menunjukkan
hasil yang dapat mengganggu proses hidrologi terutama jika kerusakan terus terjadi
dengan curah hujan tinggi. The Batanghari Watershed is the fifth-largest watershed in Indonesia,
covering an area of 4.4 million hectares, and has experienced significant
degradation due to land conversion, particularly in the downstream areas. This
change in land cover has impacted the hydrological characteristics of the river basin,
including increased surface runoff and extreme fluctuations in flow. This study
aims to analyze the hydrological conditions and estimate the peak discharge of the
Batanghari Watershed using SWAT integrated with GIS. The parameter used to
estimate peak discharge is water yield, which can describe the effectiveness of the
river basin in controlling the amount of water that ultimately becomes river
discharge. The data used include spatial DEM data on soil types, land cover, and
climate data, which were corrected using the average method and statistical
evaluation to assess the suitability between model data and observations. The
simulation results show a division into 52 sub-basins with a dominance of Orthic
Acrisols soil types and plantation land cover. The results of climate data correction
indicate good results and signify the suitability between model data and
observations. The validation results, with R² = 0.83, NSE = 0.61, KGE = 0.51, and
PBIAS = -7.9%, indicate satisfactory results. However, PBIAS suggests that the
model overestimates, yet the simulation results still adequately depict the seasonal
fluctuation patterns of discharge. Water yield values =150 m³/s result in discharge
values =5000 m³/s, indicating that these values represent peak discharge, as they
occur during the wet season and periods of high runoff. The combination of HRU
components in the watershed shows results that can disrupt hydrological processes,
especially if damage continues to occur during periods of heavy rainfall.
