| dc.description.abstract | Usaha peternakan ayam broiler memerlukan investasi besar untuk lahan,
kandang, dan peralatan, serta biaya operasional seperti DOC, pakan, dan obat
obatan., namun peternak sering menghadapi ketidakseimbangan antara biaya
produksi dan harga jual. Kendala modal dan risiko fluktuasi harga input (pakan,
DOC) serta serangan penyakit menjadi hambatan utama peternak dalam
meningkatkan skala usaha. Kemitraan inti-plasma, seperti Peternakan Inti Rakyat
(PIR), menjadi solusi strategis dengan menyediakan akses terhadap sarana produksi,
jaminan pasar, dan pendampingan teknis. Perusahaan seperti PT X, PT Y, dan PT
Z di Provinsi Jambi menerapkan kemitraan ini, akan tetapi terdapat perbedaan
dalam kontrak harga dan komponen insentif yang memengaruhi pendapatan
peternak, kinerja teknis maupun ekonomis.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis struktur biaya dan
perbandingan pendapatan rata-rata peternak menurut jenis skema kemitraan; (2)
Menganalisis efisiensi usahaternak ayam broiler antar skema kemitraan; (3)
Mengidentifikasi persepsi peternak terhadap pelaksanaan kemitraan pada skema
yang dijalankan oleh kemitraan tersebut. Penelitian menggunakan data sekunder
dan data primer. Data sekunder mencakup data panel produksi ayam broiler dari 90
peternak selama enam bulan terakhir, memiliki skala usaha <15.000 dan >15.000
ekor dan bersedia diwawancara. Masing-masing berjumlah 30 peternak setiap
perusahaan untuk mengetahui proses budidaya ayam broiler yaitu penggunaan
sarana produksi, kendala yang dihadapi, dan persepsi terhadap pelaksanaan
kemitraan. Analisis deskriptif, rasio R/C dan Uji Beda Dua Sampel Bebas untuk
menjawab tujuan pertama. Model CDSPF untuk tujuan kedua, dan analisis IPA
untuk tujuan ketiga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Analisis struktur biaya menunjukkan
bahwa komponen biaya pakan memberikan kontribusi terbesar terhadap total biaya
produksi pada seluruh peternak. Namun, proporsi biaya pakan pada peternak PIR Z
lebih tinggi dibandingkan peternak PIR X dan Y. Hal ini mengindikasikan bahwa
peternak PIR Z perlu melakukan optimalisasi penggunaan pakan agar penyerapan
pakan terhadap bobot badan ayam maksimal. Biaya DOC menempati urutan kedua
setelah biaya pakan. Untuk biaya operasional, biaya tenaga kerja merupakan biaya
terbesar yang dialokasikan peternak untuk usahaternak ayam broiler. Unit cost
usahaternak peternak PIR X dan Y lebih rendah daripada peternak PIR Z, periode
produksi usahaternak yang menguntungkan lebih banyak daripada periode yang
mengalami kerugian pada masing-masing perusahaan.
Pendapatan per peternak PIR X lebih besar daripada PIR Y dan Z, hal ini
karena selain komponen pendapatan usahaternak PIR X lebih banyak, juga jumlah
insentif pada PIR X lebih besar daripada PIR Y. Perbandingan antara PIR X, Y dan
Z menunjukkan bahwa PIR X dan Y memiliki kinerja yang lebih baik, ditandai
dengan R/C Ratio yang lebih tinggi dan pendapatan per kilogram ayam yang lebih
besar. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti efisiensi biaya
yang lebih baik pada PIR X dan Y yang berhasil menekan biaya pakan. Untuk
meningkatkan kinerja, PIR Z perlu melakukan evaluasi terhadap struktur biaya,
mengoptimalkan penggunaan pakan agar pakan yang menjadi daging maksimal.
Faktor yang memengaruhi produksi usahaternak ayam broiler pada peternak
masing-masing perusahaan yaitu DOC, pakan starter dan pakan finisher. Pakan
finisher merupakan input yang memberikan respon terbesar terhadap produksi pada
peternak masing-masing Pola PIR, walaupun respon pada peternak PIR X lebih
besar daripada peternak PIR Y dan Z. Umur, pendidikan dan Jumlah tanggungan
keluarga berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis usahaternak pada
peternak PIR X dan Y.
Secara keseluruhan, efisiensi teknis dan ekonomis pada peternak yang
bermitra dengan PIR X, Y, dan Z telah mencapai tingkat yang tinggi. Namun,
terdapat variasi signifikan dalam beberapa aspek, seperti harga kontrak input
produksi (DOC dan pakan) serta harga kontrak ayam broiler hasil produksi, di mana
PIR Z menawarkan harga lebih rendah dibandingkan PIR X dan Y; pemberian
insentif kepada peternak, dengan PIR X dan Z memberikan insentif tambahan
berbasis kinerja (Feed Conversion Ratio dan deplesi) serta harga pasar, sementara
PIR Y tidak; pendampingan teknis yang lebih intensif pada PIR X dibandingkan
PIR Y dan Z, terutama di daerah yang jauh dari pusat PT; serta efisiensi penggunaan
tenaga kerja, di mana PIR X menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan
PIR Y dan Z dalam penggunaan tenaga kerja pada kandang tipe closed house full
automatic.
Identifikasi persepsi peternak terhadap pelaksanaan kemitraan berdasarkan
analisis importance performance analysis (IPA), disimpulkan bahwa atribut yang
memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah adalah
kualitas DOC, kesesuaian waktu panen, kecepatan pembayaran hasil panen dan
pemberian bonus. Selain itu, berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor
kepentingan dan kinerja, keempat atribut tersebut memiliki tingkat kesesuaian
terendah dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Kesalahan yang
umumnya terjadi pada pola kemitraan seperti ketidaksesuaian waktu panen sering
terjadi di PIR X dan Z dan keterlambatan pembayaran ternyata sering terjadi di PIR
Y dan Z. Peternak tidak merasa puas dengan kinerja atribut tersebut.
Rekomendasi pada penilitian ini yaitu pola PIR yang baik untuk peternak
harus memastikan kualitas input produksi (DOC, pakan, obat, dan vaksin),
memberikan insentif yang adil dan transparan, serta memberikan pendampingan
teknis yang intensif. Selain itu, perusahaan inti harus memastikan ketepatan waktu
panen dan pembayaran hasil panen, serta meningkatkan fasilitas kandang untuk
meningkatkan efisiensi produksi. Dengan menerapkan rekomendasi ini, diharapkan
pola PIR dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi peternak dan perusahaan
inti, serta meningkatkan kesejahteraan peternak secara keseluruhan. | |