| dc.description.abstract | Munculnya revolusi industri keempat mengakibatkan kebutuhan untuk merancang ulang pekerjaan serta keterampilan yang dibutuhkan di seluruh industri dan pasar. Selain itu, terjadinya pandemi Covid-19 juga disebut sebagai katalisator bagi teknologi canggih yang akan membawa dunia ke masa depan. Dampaknya, sebagian pekerjaan akan berpotensi tergantikan oleh otomatisasi dan muncul keterampilan-keterampilan baru yang harus dipelajari. Keterampilan masa depan secara umum merujuk pada pengetahuan, sikap, nilai, keterampilan, dan kompetensi yang dirancang untuk membekali individu agar mampu beradaptasi dan bertahan menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Berbagai entitas yang terlibat dalam pengambilan keputusan strategis di bidang pendidikan, seperti organisasi nirlaba, semi-publik, dan pemerintah, telah berusaha mengidentifikasi keterampilan yang paling dibutuhkan di masa depan. Namun, upaya ini menghasilkan berbagai kerangka kerja yang sering kali tidak mencapai konsensus, dengan definisi dan identifikasi keterampilan masa depan yang berbeda-beda. Banyak dari kerangka kerja tersebut mengusulkan ratusan keterampilan yang membuatnya sulit untuk memperoleh gambaran umum yang lebih komprehensif terkait pemikiran saat ini.
Penilaian keterampilan sangat bergantung pada karakteristik masing-masing bidang dalam kelompok pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, industri manufaktur Indonesia dipilih untuk menjadi objek dalam penelitian ini karena memiliki karakteristik pekerjaan yang dinamis dan kompleksitas yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya manusia. Selain itu, industri manufaktur merupakan sektor strategis yang mempunyai kontribusi terbesar pada produk domestik bruto (PDB) dan salah satu industri penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia pada 2024. Namun sayangnya, industri ini masih menghadapi tantangan berupa tingkat pertumbuhan yang masih cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukkan pentingnya merancang langkah strategis untuk memperkuat ketahanan dan daya saing industri manufaktur.
Pada konteks ini, keterampilan masa depan menjadi elemen kunci untuk mempercepat pemulihan dan pertumbuhan industri manufaktur secara berkelanjutan. Hal tersebut menjadi krusial terutama bagi program Management Trainee yang disiapkan untuk mencetak calon pemimpin masa, di mana penguasaan keterampilan masa depan tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan manjerial, namun juga dapat memperkuat kapasitas adaptasi dan kepemimpinan di tengah tantangan revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan masa depan apa saja yang dibutuhkan oleh industri manufaktur di Indonesia, dan merumuskan strategi untuk mengembangkan keterampilan masa depan di industri manufaktur Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu systematic literature review, in-depth interview, analisis tematik, dan analytical hierarchy process (AHP). Systematic literature review (SLR) dan in-depth interview digunakan untuk menjawab tujuan pertama penelitian. Temuan dari kedua metode tersebut kemudian disintesiskan guna memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kebutuhan keterampilan masa depan di industri manufaktur. Selanjutnya, hasil sintesis tersebut dianalisis menggunakan analisis tematik guna mengidentifikasi pola-pola utama serta menyusun kategori keterampilan masa depan yang lebih relevan dan sistematis. Selanjutnya, analytical hierarchy process (AHP) digunakan untuk menjawab tujuan kedua penelitian, yaitu untuk menentukan strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan masa depan di industri manufaktur Indonesia. Adapun terkait proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara hybrid (daring dan luring). Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2024 hingga Juli 2025.
Temuan dari penelitian ini berhasil mengidentifikasi 71 jenis future skills yang dibutuhkan dan relevan pada industri manufaktur, lalu mengelompokkannya ke dalam delapan klasifikasi. Klasifikasi keterampilan masa depan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Interpersonal Skills, mencakup kemampuan individu dalam berkomunikasi secara efektif, bekerja sama dengan orang lain, serta membangun hubungan interpersonal yang positif; 2) Leadership and Management, mencakup kemampuan untuk memimpin, mengelola sumber daya, serta mengarahkan individu atau organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan; 3) Adaptive and Resilience Skills, mencerminkan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan perubahan, menghadapi tantangan, serta tangguh dalam situasi yang dinamis dan penuh ketidakpastian; 4) Higher-Order Thinking Skills, mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, serta menyusun solusi secara sistematis dan logis; 5) Entrepreneurial and Business Skills, berkaitan dengan kemampuan dalam mengidentifikasi peluang dan mengembangkan strategi bisnis; 6) Learning and Development, mencerminkan kemampuan individu untuk terus belajar dan mengembangkan diri; 7) Social and Ethical Responsibility, mencerminkan kesadaran, tanggung jawab, dan komitmen individu terhadap aspek sosial, etika, dan keberlanjutan; dan 8) Personal Effectiveness, berkaitan dengan kemampuan dalam mengelola dan memanfaatkan potensi diri secara maksimal untuk mencapai sebuah tujuan, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.
Berdasarkan hasil analytical hierarchy process (AHP), faktor yang dinilai paling penting dalam pengembangan keterampilan masa depan di industri manufaktur Indonesia adalah organizational readiness. Selain itu, tujuan yang menjadi prioritas yaitu menyiapkan future leader yang kompeten. Setelahnya, ditemukan pula internal talent development sebagai strategi prioritas utama untuk mengembangkan keterampilan masa depan di industri manufaktur Indonesia.
Berdasarkan hasil dari tujuan pertama berupa klasifikasi dan jenis-jenis keterampilan masa depan yang dibutuhkan dan tujuan kedua berupa strategi pengembangan keterampilan masa depan di industri manufaktur Indonesia, kemudian disusun implikasi manajerial dengan menggunakan model PDCA (Plan-Do-Check-Act). Model tersebut dipilih karena dinilai dapat membantu organisasi dalam menerapkan strategi secara terstruktur dan berkesinambungan melalui siklus perbaikan berkelanjutan. | |