| dc.description.abstract | Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana tinggi karena tingkat
keterpaparan dan kerentanan yang besar. Bencana dapat mengganggu kehidupan
individu, keluarga, dan komunitas. Namun, Sistem Nasional Penanggulangan
Bencana (SNPB) masih berfokus pada aspek fisik, sementara aspek sosial kurang
mendapat perhatian. Resiliensi keluarga menjadi hal yang penting dalam
menghadapi dampak bencana agar keluarga dapat berfungsi kembali secara normal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan
karakteristik keluarga, tekanan ekonomi, strategi koping, religiusitas, interaksi
suami-istri dan resiliensi keluarga antara keluarga penyintas bencana gempa bumi
di Kabupaten Cianjur dengan keluarga yang mengalami rumah rusak ringan dan
rumah rusak berat; menganalisis hubungan tekanan ekonomi, strategi koping,
religiusitas, interaksi suami-istri terhadap resiliensi keluarga penyintas bencana
gempa bumi di Kabupaten Cianjur; menganalisis pengaruh tekanan ekonomi,
strategi koping, religiusitas, interaksi suami-istri terhadap resiliensi keluarga
penyintas bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur; merumuskan rekomendasi
model kebijakan peningkatan resiliensi keluarga penyintas bencana gempa bumi di
Kabupaten Cianjur.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian yang
digunakan adalah explanatory research. Penelitian dilakukan di Desa Gasol
(Kecamatan Cugenang), Desa Nagrak, Desa Limbangansari, dan Desa Mekarsari
(Kecamatan Cianjur) Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data
dilakukan pada Oktober 2023. Populasi penelitian adalah keluarga penyintas
bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur. Contoh pada penelitian dipilih
menggunakan teknik stratified non-proportional random sampling berdasarkan
kriteria rumah rusak ringan dan rumah rusak berat. Penelitian melibatkan 200
responden dan indepth interview terhadap 20 responden. Penelitian telah lolos kaji
etik manusia di Institut Pertanian Bogor dengan Nomor: 1074/IT3.KEPMSM
IPB/SK/2023.
Alat ukur variabel yang digunakan yaitu: 1) tekanan ekonomi menggunakan
kuesioner Teken-Ga (tekanan keluarga) yang dikembangkan Sunarti (2021) dengan
nilai Cronbach Alpha tekanan ekonomi subjektif sebesar 0,876 dan tekanan
ekonomi objektif sebesar 0,591; 2) religiusitas menggunakan kuesioner dari konsep
Glock dan Stark (1968) dengan beberapa modifikasi, nilai Cronbach Alpha sebesar
0,963; 3) strategi koping menggunakan kuesioner konsep Folkman et al. (1986)
dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,780; 4) interaksi suami-istri menggunakan
kuesioner Aksi-Ga (kualitas interaksi keluarga) dikembangkan Sunarti (2021)
dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929; 5) Resiliensi keluarga dikembangkan
oleh Sunarti (2021) dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929. Pengolahan dan
analisis data dimulai dengan proses editing, coding, entry, dan scoring, kemudian
pengolahan dan analisis data menggunakan Statistical Package for Social Science
(SPSS) 25.0 untuk analisis deskriptif dan analisis inferensia (uji
independent simple T-Test dan correlation pearson) dan SEM-PLS
(Structural Equation Modelling Partial Least Square) untuk analisis uji pengaruh.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata usia suami 46 tahun, dan istri
40 tahun. Lama pendidikan suami berada pada rentang 3-16 tahun dengan rata-rata
8,5 tahun dan istri 1-18 tahun dengan rata-rata 8 tahun. Pekerjaan suami cukup
beragam, sebanyak 14,0 persen bekerja sebagai pegawai swasta/karyawan, 23,5
persen petani, 37,5 persen buruh (bangunan) dan sebanyak 20,0 persen lainnya,
seperti pekerjaan serabutan, supir dan distributor barang. Pekerjaan istri pada
penelitian didominasi oleh ibu rumah tangga/ tidak bekerja yaitu sebanyak 79,0
persen, dan sebanyak 12,5 persen bekerja sebagai petani. Rata-rata pendapatan per
kapita sebesar Rp760.480,00. Rata-rata pengeluaran per kapita sebesar
Rp792.737,00. Hasil uji beda menunjukkan tekanan ekonomi subjektif keluarga di
rumah rusak berat lebih tinggi, sedangkan potensi konflik/kesenjangan suami-istri
keluarga di rumah rusak ringan lebih tinggi. Resiliensi keluarga di rumah rusak
ringan lebih tinggi.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa religiusitas, strategi koping,
frekuensi interaksi suami-istri, keterlibatan interaksi suami-istri, kepuasan interaksi
suami-istri berhubungan positif dengan resiliensi keluarga. Tekanan ekonomi
objektif, tekanan ekonomi subjektif dan potensi konflik/kesenjangan suami-istri
berhubungan negatif dengan resiliensi keluarga. Hasil analisis SEM menunjukkan
bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap resiliensi keluarga baik dengan
kerusakan rumah berat maupun ringan adalah interaksi suami istri. Sedangkan
strategi koping tidak berpengaruh pada resiliensi keluarga. Tekanan ekonomi
berpengaruh negatif signifikan terhadap resiliensi keluarga pada rumah rusak berat.
Religiusitas berpengaruh positif signifikan terhadap resiliensi keluarga pada rumah
rusak ringan dan total responden. Secara konsisten di rumah rusak ringan dan rumah
rusak berat, tekanan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap religiusitas.
Selanjutnya, religiusitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap strategi
koping dan interaksi suami-istri.
Rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan resiliensi keluarga penyintas
bencana meliputi beberapa langkah. Peningkatan ekonomi keluarga dapat
dilakukan dengan menciptaan lapangan kerja, sistem pengupahan jangka pendek
dan berkeadilan, meningkatkan home industry, subsidi kebutuhan bertani dan
beternak, memberikan permodalan skala kecil serta meningkatkan ekonomi digital.
Peningkatan religiusitas dapat dilakukan dengan menyediakan sumber belajar
agama, revitalisasi fungsi masjid/mushala, menguatkan ibadah kolektif,
menguatkan keterampilan berbasis agama, dan menyediakan pendamping rohani
keluarga. Peningkatan interaksi suami istri dapat dilakukan dengan menyediakan
waktu berkualitas untuk menguatkan ikatan emosi suami istri, edukasi komunikasi
sehat, dan menghidupkan gerakan rumah resiko. | |