Pengaruh Pengalaman Kerjasama dan Transparansi Kontribusi terhadap Perilaku Konflik: Studi Eksperimental
Date
2025Author
Sudibya, Hermawan
Priyarsono, Dominicus Savio
Pasaribu, Syamsul Hidayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Konflik sebagai situasi di mana keuntungan sesorang memberikan konsekuensi kerugian bagi orang lain merupakan hal yang sering ditemukan dan mewarnai kehidupan manusia dengan beragam intensitasnya. Konflik dapat muncul dalam bentuk yang sederhana seperti penyerobotan antrian atau pencurian, hingga bentuk yang ekstrim seperti duel fisik yang mempertaruhkan nyawa. Konflik antarindividu yang melibatkan identitas suku, agama, atau golongan dapat tereskalasi menjadi konflik komunal seperti kerusuhan, penjarahan, hingga konflik bersenjata yang memiliki dampak sosial ekonomi yang panjang terhadap pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, dan angka harapan lama sekolah.
Dalam dunia yang diwarnai konflik ini, pada saat yang sama manusia saling membutuhkan sikap kerjasama terutama untuk mewujudkan barang publik. Sebagai contoh, di lingkungan perumahan, baik disadari atau tidak, setiap individu saling bekerjasama untuk mewujudkan barang publik seperti keamanan, kenyamanan, ketertiban, atau kebersihan lingkungan. Namun tidak dapat disangkal bahwa konflik dapat juga terjadi ketika antarindividu bekerjasama memproduksi barang publik tersebut, baik yang bersumber dari luar kelompoknya (orang asing) atau berasal dari internal kelompoknya. Konflik antarindividu tak hanya terjadi pada kondisi di mana antarindividu tidak saling mengenal, namun juga terjadi pada kondisi di mana antarindividu saling mengenal dan bekerjasama untuk mewujudkan barang publik.
Penelitian ini mengamati perilaku konflik antarindividu dalam bentuk yang paling primitif, yaitu keinginan merebut kekayaan yang dimiliki individu lain untuk meningkatkan kekayaan diri sendiri, dipengaruhi oleh pengalaman kerjasama antarindividu tersebut. Penelitian ini menguji perbedaan perilaku konflik antarindividu pada kondisi di mana antarindividu sepenuhnya asing dan kondisi di mana antarindividu memiliki pengalaman kerjasama dalam menghasilkan barang publik. Di samping itu, diteliti juga bagaimana transparansi kontribusi dalam produksi barang publik juga mempengaruhi perilaku konflik antarindividu, mengingat bahwa dalam memproduksi barang publik dapat terjadi kondisi di mana individu bisa saling mengamati kontribusi individu lainnya.
Penelitian ini menggunakan eksperimen online terkontrol yang memakai permainan barang publik standar untuk memberikan pengalaman kerjasama antarindividu dalam memproduksi barang publik, dan juga menjadi dasar pembentukan informasi mengenai kontribusi individu, dan permainan kontes dalam pengaturan gun vs. butter untuk mengamati perilaku konflik antarindividu. Pengaturan permainan kontes ini menggunakan sebagian kesejahteraan lawan sebagai hadiah bagi pemenang kompetisi. Setiap pemain akan memutuskan pilihan antara aksi berkompetisi yang membawanya berada dalam situasi konflik, atau aksi tidak berkompetisi yang membawanya pada situasi damai. Setiap pemain juga diminta menentukan jumlah kekayaan yang digunakan untuk investasi di dalam konflik. Pengaturan permainan kontes ini memungkinkan potensi konflik dimunculkan melalui motivasi individu untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan cara merebut sebagian kesejahteraan orang lain. Pada titik inilah konflik antarindividu terjadi.
Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman kerjasama dapat menurunkan odd ratio konflik hingga lebih dari 50 persen. Frekuensi konflik antarindividu yang memiliki pengalaman kerjasama dalam permainan barang publik lebih rendah dibanding antarindividu yang sepenuhnya asing. Pengalaman kerjasama juga mempengaruhi tingkat agregat kesejahteraan kelompok dengan mekanisme penurunan investasi dalam konflik untuk tujuan defensif. Individu dalam kelompok yang memiliki pengalaman kerjasama melakukan investasi untuk konflik lebih sedikit dibanding kelompok yang antarindividu sepenuhnya asing. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman sosial dapat membentuk norma kooperatif dan meningkatkan kepercayaan antarindividu. Penelitian ini juga menemukan bahwa transparansi kontribusi tidak berpengaruh terhadap frekuensi konflik yang terjadi antarindividu, namun memiliki dampak terhadap konvergensi perilaku investasi dengan tujuan ofensif dan investasi dengan tujuan defensif. Dalam kelompok dengan transparansi kontribusi, individu cenderung menyelaraskan strategi mereka secara lebih akurat berdasarkan observasi terhadap kontribusi individu lain. Hal ini menunjukkan bahwa transparansi kontribusi dapat meningkatkan efisiensi strategis, meskipun tidak secara otomatis mengarah pada perdamaian atau penurunan konflik.
Penelitian ini berkontribusi dalam menambah literatur mengenai penelitian konflik secara eksperimental dan memahami faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi dan perilaku investasi di dalam konflik, dalam hal ini pengalaman kerjasama dan tipe informasi di dalam kelompok (informasi lengkap atau tidak lengkap). Implikasi kebijakan yang dapat diambil untuk menekan frekuensi konflik adalah dengan meningkatkan interaksi sosial antarindividu dan antarkelompok dalam memproduksi barang publik. Conflict, defined as a situation where one person’s gain results in another person’s loss, is a common and pervasive feature of human life, manifesting at varying levels of intensity. Conflict can arise in simple forms, such as queue-jumping or theft, to more extreme forms, such as physical duels that risk lives. Interpersonal conflicts that involve ethnic, religious, or group identities can escalate into communal conflicts, including riots, looting, and even armed conflict, all of which can have long-term socioeconomic impacts on economic growth, life expectancy, and education attainment.
In a world marked by conflict, humans simultaneously rely on cooperation, particularly for the provision of public goods. For example, in a residential neighborhood, individuals, whether consciously or not, cooperate to produce public goods such as safety, comfort, order, and cleanliness. However, it is undeniable that conflicts can also arise during the collective production of public goods, stemming either from outsiders or from within the group itself. Interpersonal conflict occurs not only in situations where individuals are complete strangers, but also among individuals who know each other and work together to produce public goods.
This study examines interpersonal conflict behavior in its most primitive form, namely, the desire to seize others’ wealth in order to increase one’s own— while considering the influence of prior cooperative interactions. We test differences in conflict behavior between individuals who are complete strangers and those who have prior experience cooperating to produce a public good. In addition, we examine how transparency of contribution information during public good production affects interpersonal conflict behavior, acknowledging that individuals can often observe each other’s contributions when producing public goods.
We employ a controlled online experiment that uses a standard public goods game to generate experience of cooperative interaction and to establish information about individual contributions, followed by a contest game in a gun-vs.-butter setting to observe interpersonal conflict behavior. In the contest setting, part of the opponent’s welfare serves as the prize for the winner of the competition. Each player decides between a competitive action, placing them in a conflict situation, or a non-competitive action, maintaining peace. Players also decide how much wealth to invest in conflict. This contest game setting allows conflict potential to emerge through individuals’ motivation to improve their welfare by appropriating part of another’s welfare, this is the point at which interpersonal conflict occurs.
Our findings show that cooperative interaction experience can reduce the odds ratio of conflict by more than 50 percent. The frequency of interpersonal conflict is lower among individuals with public goods game cooperation experience than among complete strangers. Cooperative interaction also influences group-level aggregate welfare by reducing defensive conflict investments: individuals in groups with prior cooperative experience invest less in conflict compared to those in stranger groups. This suggests that social experience can foster cooperative norms and increase interpersonal trust.
We also find that contribution information transparency does not affect the frequency of interpersonal conflict, but it does influence the convergence of offensive and defensive investment behaviors. In groups with transparent information, individuals tend to align their strategies more precisely based on observations of others’ contributions. This suggests that transparency can improve strategic efficiency, even if it does not necessarily lead to peace or reduced conflict.
This study contributes to the experimental conflict literature by providing insights into factors that shape the frequency and investment behavior in conflict, namely cooperative interaction experience and information type within groups (complete vs. incomplete information). A key policy implication is that fostering social interaction among individuals and groups in the production of public goods can help reduce the frequency of conflict.
Collections
- MT - Economic and Management [3180]
