Abstract
Bursa Efek Indonesia tidak hanya memperdagangkan saham, namun ada
produk Reksa Dana yang dikelola secara profesional oleh manajer investasi. Total
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp. 215
triliun dan tumbuh sebesar 228% menjadi Rp. 489 triliun pada tahun 2018. Reksa
Dana ETF (Exchange Traded Fund) mampu menikmati perkembangan positif pada
tiap tahunnya. ETF merupakan produk investasi hybrid dengan fitur saham dan
Reksa Dana yang mengacu pada indeks tertentu. Fitur menarik yang ditawarkan
adalah perdagangkan yang dapat dilakukan secara real time seperti saham dan tiap
unitnya telah terdiversivikasi seperti Reksa Dana. Peristiwa politik seperti pilpres
merupakan peristiwa berskala nasional yang berdampak luas dan berpengaruh
terhadap iklim investasi. Peristiwa pemilu presiden dapat menimbulkan sentimen
positif maupun negatif dari investor karena informasi yang beredar sehingga
mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Kondisi tersebut memungkinkan
investor untuk memperoleh abnormal return. Pasar Reksa Dana ETF di Indonesia
masih sangat hijau dimana informasi dan kajian yang berkaitan dengan produk ini
masih sangat terbatas, serta belum diketahui apakah terdapat abnormal return dan
abnormal volume pada produk ETF selama pemilu.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis peristiwa
pemilihan umum presiden tahun 2014 dan 2019 terhadap abnormal return return
Reksa Dana ETF, dan (2) Menganalisis peristiwa pemilihan umum presiden tahun
2014 dan 2019 terhadap abnormal volume Reksa Dana ETF.
Penelitian ini menggunaan pendekatan deskriptif dan kuantitatif dengan
menggunakan permodelan ekonometriks dan data sekunder. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa harga penutupan (closing price)
dan volume harian masing-masing Reksa Dana ETF dan IHSG yang aktif
diperdagangkan atau diperjual-belikan di lantai bursa selama pemilihan umum
presiden tahun 2014 dan 2019. Objek penelitian ini adalah Reksa Dana ETF RLQ45X,
XIIT, XIJI, XIIC, EIDO, dan IDX. Periode estimasi ditetapkan selama 90
hari dan penetapan event window adalah 10 hari (H-5 sampai H+5). Metode event
study digunakan untuk mengukur efek peristiwa yang tidak dapat diantisipasi pasar,
yang mana menggunakan pendekatan estimasi market model pada tiap perusahaan.
Abnormal return (AR) menggambarkan reaksi pasar saham terhadap informasi baru
yang merupakan selisih antara return pada saat terjadinya peristiwa (actual return)
dan return yang diharapkan investor (expected return). Aktivitas perdagangan
selama periode pemilu presiden diamati menggunakan abnormal volume.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasar saham Indonesia masih belum
efisien dengan ditemukannya abnormal return positif ataupun negatif akibat
peristiwa pemilu presiden 2014 maupun 2019. Average abnormal return Reksa
Dana ETF Indonesia menunjukkan bahwa ETF bereaksi dengan peristiwa politik
pemilu presiden, terutama pada H+1 signifikan positif dengan nilai tertinggi dan
H+2 signifikan negatif dengan nilai terendah. Abnormal volume pada ETF Indonesia diperdagangkan dibawah ekspektasi pasar dan cenderung tidak
diperdagangkan pada pemilu presiden tahun 2019.
Investor dapat mempertimbangkan Reksa Dana ETF kedalam portofolionya
untuk mengurangi risiko. Produk Reksa Dana ETF secara keseluruhan mampu
untuk memperoleh abnormal return pada lima hari disekitar periode peristiwa
pemilu presiden, , terutama pada H+1 investor jangka pendek memiliki kesempatan
untuk memperoleh keuntungan dengan opsi jual dan H+2 dengan opsi beli. OJK
sebagai regulator perlu mendorong investor untuk menanamkan modalnya kedalam
ETF karena ETF mampu memberikan imbal balik yang menguntungkan untuk
investor baik di periode pemilu 2014 yang cenderung optimis maupun periode
pemilu 2019 yang cenderung pesimis. Potensi ETF baiknya tidak disia-siakan
mengingat kondisi ETF yang sedang melakukan ekspansi dalam beberapa tahun
terakhir sehingga dapat membantu menyerap dan mempengaruhi supply dan
demand pasar modal Indonesia. Performa ETF dapat ditingkatkan dengan
memberikan insentif berupa kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung kinerja
ETF oleh OJK sehingga lebih aktif diperdagangkan di pasar bursa Indonesia.
Manajer Investasi penerbit ETF dapat menilai dan melakukan evalusasi secara
berkala terhadap kinerja ETF yang telah dibentuk. Manajer dapat menggunakan
strategi investasi aktif dalam meningkatkan performa menandingi indeks acuannya
untuk meningkatkan minat investor. Potensi ETF cukup baik namun awareness dan
product knowledge masih relatif rendah dilihat dari rendahnya volume perdagangan
ETF baik dalam periode pemilu presiden 2014 maupun 2019. Produk ETF yang
masih hijau ini memerlukan pemasaran dan edukasi agar lebih populer dari produk
lainnya.