Analisis Overall Equipment Effectiveness Dalam Peningkatan Kinerja Produksi Ban Studi Kasus Pt Goodyear Indonesia
View/ Open
Date
2015Author
Rivai, Yusron
Fauzi, Anas Miftah
Rusli, Meika Syahbana
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri ban merupakan salah satu komoditi agroindustri yang berorientasi
ekspor dengan memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara.
Industri ban termasuk salah satu industri yang kokoh saat ini. Pertumbuhan
industri ban sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif. Goodyear Indonesia
adalah salah satu perusahaan ban terbesar dan tertua di Indonesia yang merupakan
salah satu dari 22 Goodyear di negara lain. Saat ini perusahaan memiliki 123 gerai
autocare, sentra service, dan tire center. Penjualan dan saluran distribusi produk
tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri. Kompetisi global perusahaan ban
saat ini mengharuskan perusahaan mampu bersaing dan memiliki keunggulan agar
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan mengembangkan usaha, meningkatkan kapasitas
perusahaan, meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan melakukan efisiensi
terhadap kegiatan logistik. Untuk memiliki keunggulan tersebut, salah satu cara
yang digunakan oleh perusahaan adalah melakukan perbaikan terus menerus
(continuous improvement) di setiap bagian atau departemen serta pada setiap
proses di dalamnya.
Untuk meningkatkan fungsi produksi dibutuhkan analisis yang cermat
terhadap kinerja tiap proses sehingga ditemukan akar masalah dan menentukan
prioritas perbaikannya. Salah satu alat yang dipakai untuk memetakan kondisi
proses produksi saat ini secara tepat dalam konsep lean manufacturing dikenal
dengan istilah value stream mapping/VSM (peta aliran nilai). Dengan
menggambar peta kondisi sekarang (current state map) ini diharapkan kita dapat
mengerti dengan benar aliran proses dan material dari produk yang telah
ditentukan dan dapat melihat peluang untuk dilakukannya perbaikan. Peta kondisi
sekarang ini akan menjadi dasar untuk membuat peta kondisi masa depan (future
state map).
Alat ukur lain yang digunakan untuk meningkatkan produktifitas adalah
overall equipment effectiveness (OEE) yang meliputi: waktu yang tersedia
(avalibility), dayaguna mesin (performance) dan kualitas (quality). Dari ketiga
variable ini akan terlihat kontribusi downtime terbesar yang mengakibatkan
rendahnya nilai OEE. Setelah peta aliran nilai mengidentifikasi proses
terlemah/terendah dari rangkaian proses panjang pembuatan ban, selanjutnya
metode OEE akan menggali penyebab terjadinya hasil produksi yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan
prioritas masalah yang berpengaruh terhadap kinerja proses produksi ban melalui
model peta aliran nilai (value stream mapping / VSM), memberikan beberapa
solusi untuk meningkatkan kinerja proses produksi ban berdasarkan nilai OEE
serta memetakan aliran nilai masa depan (future state mapping) pada proses
produksi ban setelah proses terlemah diperbaiki. Melalui kedua metode ini maka
terlihat proses di mesin curing merupakan proses terlemah/terendah dari
keseluruhan proses produksi yaitu 7 814 ban perhari yang disebabkan pergantian tipe/produk yang berkontribusi sebesar 18.8% dari total waktu yang tersedia
namun demikian ada juga penyebab lain seperti waktu menunggu yang
berkontibusi sebesar 4.9%.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perorang langsung dari objeknya (Supranto 2000). Data primer
dalam penelitian ini diperoleh melalui diskusi dan observasi proses produksi.
Hasil dari observasi akan memperkuat terkait perumusan masalah dan penentuan
tujuan penelitian. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Divisi
Produksi dan Divisi Countinous Improvement. Data sekunder yang digunakan
untuk memperoleh gambaran mengenai proses setiap tahap proses.
Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja produksi
mesin curing adalah mengurangi waktu pergantian tipe/produk dengan
menggunakan metode Single Minutes Exchange Dies (SMED). Dengan metode
SMED ini akan terlihat aktifitas yang dapat diperbaiki untuk mengurangi waktu
pergantian tipe yaitu dengan penambahan satu orang operator bladder. Tindakan
perbaikan ini dapat mengurangi waktu tunggu (downtime) selama 30.4 menit
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pergantian tipe menjadi 59.6 menit. Cara
lain untuk mengurangi downtime dengan menggunakan kontrol visual. Visual
kontrol merupakan cara yang termudah untuk melihat kinerja dan memahami
kegiatan harian yang terjadi (Brady 2013). Salah satu contoh penerapannya adalah
penempatan barang yang harus ditempatnya, penandaan gambar atau warna untuk
setiap alat kerja serta pemasangan papan jadwal produksi berkelanjutan. Tujuan
pemasangan jadwal produksi berkelanjutan ini agar semua pihak yang terkait
dapat mempersiapkan material dan peralatan sehingga waktu tunggu menjadi
lebih sedikit. Pemasangan automatic regulator supply sebagai langkah
pencegahan ketidaksetabilan temperatur antara aktual dan yang seharusnya
(2700C) yang berakibat produk menjadi cacat, menjadi bagian dari pelaksanaan
metode poka-yoke (anti salah).
Perbaikan yang dilakukan di mesin curing mempengaruhi sistem produksi
secara keseluruhan. Pengaruh tersebut berupa inventori barang hasil proses
sebelumnya yang semakin sedikit dan pengiriman barang hasil produksi mesin
curing yang semakin meningkat sehingga hasil akhir dari keseluruhan proses
produksi diharapkan akan juga meningkat. Berdasarkan peta nilai masa depan
dapat terlihat peningkatan output di mesin curing dari 7 814 menjadi 8 205,
namun tidak serta merta hasil akhir menjadi 8 205 karena terjadi pergeseran titik
terlemah ke mesin 4 roll calendar yang hanya 7 997 ban per hari maka untuk
perbaikan selanjutnya mesin 4 roll calendar menjadi priotitas. Perbaikan ini akan
terus menerus berjalan dengan priotitas titik terlemah dalam peta aliran nilai.
Tindakan lanjutan untuk menjaga agar perbaikan yang telah dilakukan tetap
dilaksanakan maka harus dimasukan kedalam SOP. Pelaksanaan audit secara
berkala terhadap SOP akan dilakukan seiring dengan persyaratan dari Manajemen
Quality System.
Collections
- MT - Business [4044]
