Show simple item record

dc.contributor.advisorHernowo, Jarwadi Budi
dc.contributor.advisorSetiawan, Yudi
dc.contributor.authorMuhsandi, Kemal
dc.date.accessioned2025-08-07T09:05:27Z
dc.date.available2025-08-07T09:05:27Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166980
dc.description.abstractMaleo (Macrocephalon maleo) adalah burung endemik Sulawesi yang tergolong spesies terancam punah (Endangered) karena penurunan populasi akibat fragmentasi habitat dan eksploitasi telur. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan kesesuaian habitat maleo dengan pendekatan ekologis dan spasial. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesesuaian habitat, membandingkan kinerja tiga algoritma pemodelan Maximum Entropy (MaxEnt), Random Forest (RF), dan Boosted Regression Trees (BRT) serta mengkaji populasi dan karakteristik habitat secara rinci. Hasil survei menunjukkan bahwa populasi maleo di SM Buton Utara sangat rendah, hanya ditemukan 20 individu dengan kepadatan 0,12 individu/ha. Habitat utama yaitu area terbuka yang berada di sempadan sungai, berfungsi sebagai lokasi peneluran, dikelilingi semak Eupatorium odoratum serta pohon pelindung dan pengawas sarang. Vegetasi didominasi oleh Pterospermum diversifolium (fase semai, INP: 15,35%), Cerbera manghas (pancang, INP: 8,29%), dan Dillenia serrata (tiang dan pohon, INP: 13,44% dan 17,40%). maleo mencari makan dengan mengais serasah dan mengonsumsi invertebrata (serangga, siput darat dan air tawar) serta bahan tumbuhan (buah dan biji). Pohon tidur yang digunakan meliputi Anthocephalus macrophyllus, Artocarpus elasticus, Guazuma tomentosa, Nauclea orientalis, dan Terminalia sp., yang merupakan pohon emergen bertajuk terbuka dengan percabangan mendatar. Sarang peneluran ditemukan di pasir panas pada sempadan sungai dengan kedalaman 35–82 cm, lebar 23–44 cm, dan suhu berkisar antara 27,25–29,20°C (pagi) hingga 34,80–37,75°C (sore), serta kelembapan 66,60–88,61%. Terdapat dua tipe substrat utama: pasir kasar dan pasir berlempung. Analisis preferensi menunjukkan habitat hutan sekunder paling sering digunakan (indeks pemilihan: 0,857), terutama untuk mencari makan (54%), sedangkan habitat sungai jarang digunakan karena aktivitas manusia yang tinggi. Ancaman utama mencakup predator alami seperti biawak dan ular sanca, serta aktivitas manusia seperti eksploitasi telur, pelepasan ternak, dan pembalakan liar. Analisis PCA menghasilkan tiga komponen utama (PC1, PC2, PC3) yang menjelaskan 79,93% variasi habitat. Regresi menunjukkan PC1 (faktor fisik habitat peneluran) berpengaruh signifikan terhadap kehadiran maleo (R² = 0,737). Model BRT memberikan akurasi tertinggi (AUC; 0.997, Kappa; 0.951, TSS; 0.951, Jaccard; 0.953, Sørensen; 0.976) dan mengidentifikasi jarak ke peneluran (47,8%) dan sungai (16,9%) sebagai faktor utama kesesuaian habitat. Habitat sangat sesuai mencakup 9,11% wilayah dan menjadi prioritas utama dalam upaya konservasi dan reintroduksi maleo.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKesesuaian Habitat Maleo (Macrocephalon maleo) di Suaka Margasatwa Buton Utaraid
dc.title.alternativeHabitat Suitability of the Maleo (Macrocephalon maleo) in the North Buton Wildlife Reserve
dc.typeTesis
dc.subject.keywordgangguanid
dc.subject.keywordkarakteristik habitatid
dc.subject.keywordkesesuaian habitatid
dc.subject.keywordpopulasiid
dc.subject.keywordmaleoid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record