Risiko Produksi Usahatani Padi Teknik Salibu dan Non Salibu di Kabupaten Tanah Datar Sumetara Barat
Abstract
Padi (oryza sativa l.) merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia
karena menjadi makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat. Untuk menjaga
ketahanan pangan nasional, produksi padi harus stabil dan berkelanjutan. Namun,
pada kenyataannya, produksi padi di Indonesia sering menghadapi berbagai
tantangan seperti perubahan iklim serta serangan hama dan penyakit yang
menyebabkan hasil panen berfluktuasi. Fluktuasi hasil panen ini menunjukkan
adanya risiko produksi yang perlu diperhatikan oleh petani.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi sekaligus menjaga
optimalisasi budidaya adalah dengan memanfaatkan teknik padi salibu. Padi salibu
adalah teknik budidaya padi dengan memanfaatkan batang sisa panen untuk
menghasilkan tunas baru tanpa harus melakukan olah tanah ulang dan tanpa
menanam bibit baru. Teknik padi salibu dinilai lebih hemat waktu, tenaga kerja,
dan dapat meningkatkan jumlah panen dalam satu tahun. Rata-rata produktivitas
padi salibu mencapai sekitar 3-6 ton gabah per hektar per tahun. Kabupaten Tanah
Datar merupakan salah satu daerah yang sudah banyak menerapkan teknik
budidaya padi salibu.
Meskipun memiliki banyak keunggulan, budidaya padi salibu juga memiliki
risiko produksi yang berbeda dibandingkan budidaya padi non salibu. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko
produksi pada padi salibu dibandingkan dengan padi non salibu, serta faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi risiko tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, dengan jumlah responden sebanyak 129 orang
petani, terdiri atas 79 petani padi salibu dan 50 petani padi non salibu. Perbedaan
jumlah responden antara petani padi salibu dan padi non salibu disebabkan oleh
populasi petani padi salibu yang lebih banyak di lokasi penelitian. Data penelitian
dikumpulkan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner, kemudian
dianalisis menggunakan koefisien variasi (CV) untuk menganalisis tingkat risiko,
serta model regresi linier berganda dengan pendekatan Just and Pope untuk
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh. Hasil analisis menunjukkan bahwa
koefisien variasi (CV) usahatani padi salibu sebesar 0,4, sedangkan padi non salibu
sebesar 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa risiko produksi padi salibu lebih tinggi
dibandingkan padi non salibu.
Produksi padi salibu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas lahan dan
jumlah tenaga kerja. Luas lahan yang lebih besar dan tenaga kerja yang cukup dapat
meningkatkan hasil produksi. Sementara itu, produksi padi non salibu dipengaruhi
oleh luas lahan, pestisida, dan pupuk ponska. Penggunaan benih yang berlebihan
dan tenaga kerja yang tidak dikelola dengan baik justru dapat meningkatkan risiko
produksi padi salibu. Sebaliknya, penggunaan pupuk ponska dan pengalaman
berusahatani dapat membantu menurunkan risiko produksi padi salibu. Namun,
risiko produksi padi non salibu hanya dipengaruhi oleh faktor luas lahan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi padi salibu lebih tinggi
dibandingkan dengan padi non salibu. Hal ini berarti hasil panen padi salibu lebih
bervariasi dan jika tidak dikelola dengan baik dapat berpotensi menimbulkan
kerugian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa teknik padi salibu dapat memberikan hasil
panen yang lebih banyak dalam satu siklus tanam karena memungkinkan petani
untuk melakukan panen hingga tiga kali. Meskipun demikian, keberhasilan
budidaya padi salibu sangat bergantung pada pengetahuan petani dalam mengelola
risiko. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel
pengalaman berusahatani berpengaruh signifikan dalam mengurangi risiko. Oleh
karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dan penyuluh pertanian untuk
memberikan bimbingan, pelatihan, serta bantuan input produksi yang berkualitas
seperti benih unggul, pupuk, dan pestisida yang terjangkau. Selain itu, adanya
forum diskusi antar petani juga penting agar petani dapat saling bertukar
pengalaman dan solusi dalam menghadapi kendala di lapangan. Dengan
manajemen risiko yang baik dan dukungan kebijakan yang tepat, budidaya padi
salibu di Kabupaten Tanah Datar diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan produksi padi dan mendukung ketahanan pangan daerah maupun
nasional.
Collections
- MT - Economic and Management [3180]
