| dc.description.abstract | Konflik gajah-manusia (KGM) merupakan salah satu dampak yang terjadi
dari pergesekan kepentingan dan penggunaan sumberdaya. Hal ini juga dapat
diperparah oleh deforestasi, pertumbuhan penduduk, dan minimnya informasi
tentang pergerakan gajah. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab penurunan
populasi gajah dalam beberapa dekade terakhir. Kelompok Gajah Minas merupakan
salah satu populasi kecil yang tersisa dari kantong populasi gajah yang tersisa di
sekitar Minas, Kabupaten Siak, Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
lintasan pergerakan gajah (panjang, durasi, frekuensi, bentk, topografi, dan tutupan
lahan), mengkaji faktor habiat, ketersediaan tanaman pakan, serta mengembangkan
model distribusi spesies (MaxEnt) untuk memprediksi potensi konflik. Hasilnya
diharapkan menjadi dasar kebijakan konservasi dan mitigasi konflik yang meliputi
pemantauan pergerakan, zonasi konflik, penyuluhan masyarakat, dan penguatan
implementasi regulasi pelindungan gajah.
Data primer dikumpulkan melalui observasi lapang, groundcheck, serta
rekaman GPS-collar, sementara data sekunder diperoleh dari dokumen BBKSDA,
citra satelit Landsat 8, dan informasi iklim. Analisis meliputi deskripsi lintasan,
perhitungan vegetasi (INP), serta analisis statistik Multiple Regression Analysis
(MRA) untuk menilai hubungan faktor habitat terhadap pergerakan gajah.
Pemodelan distribusi menggunakan MaxEnt dengan input variabel lingkungan ke
berbagai fitur lanskap. Penelitian ini mengkaji faktor habitat yang memengaruhi
pergerakan gajah Sumatera di kawasan Minas selama periode 2020–2021.
Hasil menunjukkan bahwa gajah memiliki panjang lintasan jelajah 1.236,75
km tanpa perbedaan mencolok antar musim. Gajah menunjukkan preferensi
terhadap area tertentu, melintasi delapan tipe tutupan lahan, dan menyesuaikan
bentuk pergerakan serta penggunaan habitat berdasarkan musim dan ketersediaan
sumber daya. Analisis statistik menunjukkan bahwa seluruh bentuk pergerakan
gajah secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor habitat seperti jarak dari
air, HTI, tanah terbuka, perkebunan, dan permukiman, dengan kecenderungan
menghindari tekanan antropogenik. Inventarisasi vegetasi menunjukkan adanya 52
jenis tumbuhan pakan utama yang sebagian besar ditemukan di hutan sekunder,
menjadikannya habitat penting untuk pemenuhan kebutuhan pakan gajah.
Pemodelan MaxEnt terhadap potensi konflik gajah-manusia menghasilkan nilai
evaluasi yang cukup tinggi (AUC 0,958), dengan zona risiko tertinggi berada dekat
tanah terbuka, permukiman, dan perkebunan. Model ini efektif dalam
mengidentifikasi prioritas mitigasi konflik dan menegaskan pentingnya pendekatan
spasial dalam konservasi gajah di lanskap yang terfragmentasi. | |