Dampak Pengembangan Korporasi Petani terhadap Kinerja Usahatani Padi di Kabupaten Mesuji
Abstract
Tesis ini bertujuan untuk mengkaji dampak pengembangan kelembagaan
korporasi petani (corporate farming) terhadap kinerja usahatani di Kabupaten
Mesuji, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi struktural
pertanian di Indonesia yang masih didominasi oleh petani gurem, memiliki
keterbatasan akses terhadap pembiayaan, pasar, sarana produksi, dan program
peningkatan kapasitas. Sebagai respons atas persoalan tersebut, pemerintah telah
mendorong pembentukan kelembagaan korporasi petani yang diharapkan mampu
memperkuat posisi tawar petani dan meningkatkan efisiensi usahatani melalui
pendekatan kolektif berbasis Kawasan, terintegrasi, dan profesional.
Penelitian ini dirancang untuk menjawab tiga tujuan utama, yakni: (1)
menganalisis pelaksanaan penerapan korporasi petani, (2) menganalisis dampak
pengembangan korporasi petani terhadap kinerja usahatani; dan (3) menganalisis
faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kinerja usahatani. Pendekatan penelitian
menggunakan metode cam5puran (mixed methods), dengan pengumpulan data
kuantitatif melalui survei terhadap 100 petani anggota korporasi, serta data
kualitatif melalui wawancara mendalam. Analisis statistik dilakukan menggunakan
Wilcoxon Signed-Rank Test dan regresi logistik biner.
Implementasi korporasi petani di Kabupaten Mesuji melalui Koperasi Mesuji
Agro Lestari telah menunjukkan kemajuan dalam membangun pertanian berbasis
sistem agribisnis. Namun, evaluasi mendalam mengungkap tantangan kritis
diantaranya adalah kapasitas kelembagaan yang masih terbatas (96 persen petani
belum dapat pelatihan, 87 persen tidak memiliki akses pembiayaan, dan 58 persen
kesulitan memperoleh input produksi), serta penyerapan hasil panen oleh koperasi
yang baru mencapai 0,5-0,8 persen dari total produksi gabah daerah. Temuan ini
menunjukkan bahwa meskipun telah menunjukkan kemajuan namun, dibutuhkan
intervensi strategis berupa penguatan kapasitas petani berbasis kebutuhan spesifik,
optimalisasi fungsi koperasi sebagai penyedia input dan pembiayaan, serta
peningkatan kapasitas pengolahan untuk memperluas penyerapan hasil panen
sebagai prasyarat transformasi menuju sistem agribisnis berkelanjutan yang benar-
benar memberdayakan petani skala kecil pada skala yang lebih luas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendekatan korporasi petani memberikan
dampak yang signifikan terhadap peningkatan kinerja petani di Kabupaten Mesuji,
yang tercermin dari peningkatan produktivitas pada 48 dari 100 observasi,
peningkatan produksi sebesar 53 persen, serta kenaikan pendapatan sebesar 50,7
persen. Uji Wilcoxon turut mengonfirmasi tren positif tersebut, dengan rata-rata
peringkat sebesar 44,98 untuk produktivitas dan 41,35 untuk produksi. Faktor-
faktor kunci yang mendorong keberhasilan implementasi skema ini meliputi
pelatihan intensif, akses pasar melalui kelembagaan kolektif, ketersediaan input
produksi, serta dukungan permodalan. Meskipun demikian, program
pendampingan intensif belum menunjukkan kontribusi yang optimal terhadap
peningkatan kinerja petani. Lebih lanjut, analisis regresi logistik memperkuat
temuan ini, dengan nilai area under curve (AUC) berkisar antara 0,715 hingga
iii
0,802, yang mengindikasikan bahwa model memiliki kemampuan prediktif yang
baik dalam menjelaskan peningkatan kinerja usahatani.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan
kelembagaan korporasi petani memiliki potensi yang signifikan dalam
meningkatkan kinerja usahatani, sekaligus menjadi fondasi penting bagi
transformasi pertanian rakyat menuju sistem yang lebih modern, kolaboratif, dan
berkelanjutan. Skema ini tidak cukup hanya membentuk kelembagaan secara
struktural, tetapi juga diperlukan penguatan tata kelola internal yang akuntabel,
perluasan cakupan program pendampingan yang berkelanjutan, serta dukungan
sarana produksi dan pembiayaan yang memadai. Integrasi peran dan komitmen
antarpemangku kepentingan baik pemerintah, swasta, maupun kelembagaan petani
juga merupakan prasyarat utama agar korporasi petani benar-benar menjadi wahana
pemberdayaan ekonomi kolektif yang berdaya saing. Model kelembagaan yang
dikembangkan juga perlu disesuaikan dengan karakteristik sosial, ekonomi, dan
geografis lokal agar lebih adaptif dan kontekstual dalam pelaksanaannya
Collections
- MT - Economic and Management [3180]
