Benchmarking Efisiensi Relatif Belanja Pelayanan Dasar pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Abstract
Desentralisasi fiskal memiliki tujuan utama memberikan kemandirian pemerintah daerah untuk mengelola belanjanya. Namun tolok ukur kinerja anggaran pemerintah daerah sering kali hanya pada tingkat penyerapan anggaran dan dampaknya (outcome) tidak dirasakan langsung oleh masyarakat. IPM memberikan gambaran menyeluruh mengenai capaian pembangunan manusia di suatu wilayah, sehingga mencerminkan sejauh mana pemerintah daerah berhasil menyediakan pelayanan publik yang mendasar. Terdapat fenomena kesenjangan antara besaran belanja dengan skor IPM yang menunjukkan adanya urgensi untuk beralih dari hanya mengukur input (alokasi dana) dan output (realisasi belanja) ke pengukuran efisiensi yang menghubungkan belanja tersebut dengan outcome riil, yaitu peningkatan kualitas hidup masyarakat. Penelitian ini memiliki 3 tujuan: (1) mengestimasi skor efisiensi relatif belanja fungsi pendidikan dan fungsi kesehatan pada kabupaten/kota di Jawa Barat; (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi skor efisiensi relatif; (3) merumuskan strategi untuk meningkatkan skor efisiensi. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode analisis yang digunakan meliputi DEA, Regresi Tobit dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat efisiensi belanja pelayanan dasar di Jawa Barat masih bervariasi dan menunjukkan adanya ruang perbaikan. Rata-rata skor efisiensi untuk fungsi pendidikan (0,681) dan fungsi kesehatan (0,608) berada di bawah 1,00. Pemerintah kota secara rata-rata lebih efisien daripada pemerintah kabupaten pada fungsi pendidikan, sebaliknya pemerintah kabupaten lebih efisien pada fungsi kesehatan. (2) Hasil analisis Regresi Tobit mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mendorong efisiensi di pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan berbeda. Untuk Efisiensi Kesehatan, pendorong utamanya adalah penguatan kapasitas layanan primer berbasis komunitas dan keunggulan lokasi. Untuk Efisiensi Pendidikan, pendorong utamanya adalah aksesibilitas pendidikan dasar. (3) Analisis Matriks Internal-Eksternal menempatkan pendidikan dan kesehatan pada posisi strategis "Jaga dan Pertahankan”, yang artinya fokus pada peningkatan kualitas dan optimalisasi program yang sudah ada
Collections
- MT - Economic and Management [3180]
