Pasokan Biomassa Tongkol Jagung Berkelanjutan untuk Pabrik Compressed Biogas (CBG) di Kabupaten Lombok Barat
Abstract
Tanaman jagung merupakan salah satu sumber penting untuk produksi biogas. Di Eropa sendiri, tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan tanaman yang paling banyak digunakan dalam memproduksi biogas. Pertanian di Nusa Tenggara Barat didominasi oleh tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Produksi jagung NTB tahun 2020 di provinsi ini mencapai 1,72 juta ton. Namun keberlanjutan pasokan tongkol jagung di Kabupaten Lombok Barat menjadi isu krusial mengingat perannya dalam berbagai sektor, mulai dari pangan hingga industri terutama disektor energi baru terbarukan.
Oleh karena itu tujuan utama penelitian adalah untuk mensintesis prospek penyediaan pasokan tongkol jagung. Untuk mencapai tujuan utama, maka disusun tujuan khusus, yaitu: (1) Menganalisis potensi lahan pertanian untuk budidaya jagung di Kabupaten Lombok Barat. (2) Menganalisis status keberlanjutan ketersediaan biomassa tongkol jagung di Kabupaten Lombok Barat. (3) Menyusun strategi prioritas pengembangan. Metode adalah analisis ketersediaan lahan, analisis keberlanjutan menggunakan Multiaspect Sustainability Analysis (MSA), serta pengembangan strategi prioritas menggunakan pendekatan Interpretive Structural Model (ISM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan lahan jagung di Kabupaten Lombok Barat masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan local. Hasil analisis ketersediaan lahan menunjukkan bahwa lahan tersedia adalah seluas 30.401 hektar. Hasil perhitungan dari luas rata-rata panen menunjukkan bahwa luas panen jagung dalam periode 2016 sampai 2020 adalah seluas 16.104 ha. Luasan eksisting ini sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi pasokan tongkol jagung, yaitu sebesar 26.974 ton. Karena itu berdasarkan analisis ketersediaan lahan jagung, Kab. Lombok Barat masih memiliki potensi lahan tanaman jagung tambahan sebesar 14.297 ha. Analisis MSA menghasilkan nilai indeks keberlanjutan pasokan tongkol jagung di Kabupaten Lombok Barat yang terdiri 5 aspek terdapat 4 aspek yaitu aspek Ekologi, aspek Sosial, aspek Teknologi dan Infrastruktur dan aspek Hukum dan Kelembagaan memiliki nilai status cukup berkelanjutan. Dari ke-5 aspek tersebut, hanya Aspek Ekonomi yang termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan karena memiliki nilai <50, yaitu 43,75. Secara keseluruhan, status keberlanjutan pasokan tongkol jagung berada pada status cukup berkelanjutan dengan nilai 62,42. Untuk meningkatkan nilai keberlanjutan dapat dilakukan dengan menyusun skenario sedemikian rupa sehingga status cukup berkelanjutan meningkat menjadi sangat berkelanjutan. Hasil pengolahan ISM menunjukkan bahwa strategi prioritas yang perlu didahulukan adalah pengembangan modal finansial bagi BUMDes dan petani serta penyelesaian masalah kelompok tani untuk meningkatkan partisipasi aktif. Penyelesaian faktor Ketersediaan Modal (E3) dan Kelompok Tani (E7) akan berkontribusi terhadap pemecahan masalah faktor Kelembagaan Keuangan (E6) dan Teknologi Budidaya Jagung (E5). Faktor pengungkit yang memiliki daya dorong paling kuat dengan ketergantungan paling kecil adalah Ketersediaan Modal (E3) dan Kelompok Tani (E7).
