Pengaruh Sertifikasi Terhadap Estimasi Biomassa Berdasarkan Citra UAV Studi Kasus Kebun Kakao di Luwu Timur

Abstract

Pemantauan stok karbon pada sistem agroforestri tropis, seperti kebun kakao, memiliki peran strategis dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menduga potensi Biomassaa tegakan kakao menggunakan data tinggi pohon hasil pemodelan citra UAV (Unmanned Aerial Vehicle), (2) menghitung stok karbon yang tersimpan berdasarkan estimasi Biomassaa, dan (3) menganalisis pengaruh status sertifikasi kebun terhadap cadangan karbon. Data dikumpulkan dari 34 plot observasi di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Tinggi pohon estimasi dari UAV dikombinasikan dengan pengukuran diameter lapangan untuk menghitung Biomassaa menggunakan persamaan alometrik spesifik kakao. Hasil regresi menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara tinggi estimasi dan tinggi observasi (R² = 0,7344), menandakan validitas UAV sebagai alat estimasi yang efisien dan non-destruktif. Estimasi stok karbon menunjukkan nilai yang bervariasi antara 6,17 hingga 39,34 ton CO2e/ha berdasarkan kombinasi data tinggi dan diameter pohon observasi. Menariknya, kebun non-sertifikasi menunjukkan rata-rata stok karbon yang secara signifikan lebih tinggi (14,55 ton CO2e/ha) dibandingkan dengan kebun bersertifikasi (9,18 ton CO2e/ha; p = 0,007). Model GLMM menunjukkan bahwa parameter struktural vegetasi, seperti kerapatan pohon, diameter batang, dan tinggi tajuk, merupakan determinan utama stok karbon, sementara status sertifikasi tidak memberikan pengaruh signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan mikro oleh petani memiliki pengaruh lebih besar dibanding skema sertifikasi formal terhadap akumulasi karbon.Penelitian ini menegaskan bahwa agroforestri kakao berpotensi tinggi dalam mitigasi perubahan iklim, tidak hanya melalui akumulasi karbon, tetapi juga melalui penyediaan jasa ekosistem lainnya. Namun, kecenderungan pendekatan yang menitikberatkan pada akuntansi karbon semata berisiko mengaburkan manfaat ko-ekologis seperti konservasi keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, pendekatan pemantauan berbasis UAV yang dikombinasikan dengan indikator ekologis dan sosial perlu dikembangkan untuk mendukung kebijakan iklim yang lebih holistik dan inklusif. Kata kunci: agroforestri kakao, Biomassaa, sertifikasi, stok karbon, UAV.

Monitoring carbon stocks in tropical agroforestry systems, such as cocoa plantations, plays a strategic role in climate change mitigation efforts. This study aims to: (1) estimate the Biomassa potential of cocoa stands using tree height data derived from UAV (Unmanned Aerial Vehicle) imagery; (2) calculate stored carbon stocks based on Biomassa estimation; and (3) analyze the influence of farm certification status on carbon reserves. Data were collected from 34 observation plots in East Luwu District, South Sulawesi, Indonesia. Estimated tree heights derived from UAV imagery were combined with field-measured diameters to compute Biomassa using cocoa-specific allometric equations. Regression results showed a strong correlation between estimated and observed tree height (R² = 0.7344), indicating UAVs are a valid, efficient, and non-destructive tool for field- scale estimation. Carbon stock estimates varied from 6.17 to 39.34 tCO2e/ha, based on observed height and diameter data. Notably, non-certified farms exhibited significantly higher average carbon stocks (14.55 tCO2e/ha) compared to certified farms (9.18 tCO2e/ha; p = 0.007). GLMM analysis indicated that structural vegetation parameters—such as tree density, diameter, and canopy height—were key determinants of carbon stock, while certification status had no significant influence. These findings suggest that micro-level management practices implemented by farmers may have a greater impact on carbon accumulation than formal certification schemes. Overall, this study highlights the high mitigation potential of cocoa agroforestry, not only through carbon sequestration but also through broader ecosystem services. However, the dominant focus on carbon accounting risks overlooking ecological co-benefits such as biodiversity conservation. Thus, UAV-based monitoring approaches should be integrated with ecological and social indicators to inform more holistic and inclusive climate policies.

Keywords: Biomassa, carbon stock, certification, cocoa agroforestry, UAV.