Pengembangan Usaha Pupuk Kompos dari Limbah Pakis dan Ruskus pada PT Florex Farmindo
Date
2025Author
Indah, Diva Aprilia Nur
Ridwan, Wonny Ahmad
Ridwan, Wonny Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pupuk kompos diproduksi melalui fermentasi selama 21 hari dalam tiga tahap, mencakup pencacahan, pencampuran dengan EM4 dan molase, fermentasi, hingga pengemasan. Frekuensi produksi sebanyak 10 kali per bulan menghasilkan total 630 kg. Survei pasar menunjukkan minat tinggi dari ibu rumah tangga dan penghobi tanaman hias di Sukabumi. Sebanyak 93,3% responden tidak mengalami kendala penggunaan, 70% melihat daun tanaman lebih hijau, dan 66,7% merasakan pertumbuhan tanaman lebih subur. Perencanaan bisnis menggunakan pendekatan Business Model Canvas menghasilkan sembilan blok model bisnis yang saling terintegrasi. Proposisi nilai utama yaitu pupuk kompos praktis tanpa bau, cocok untuk aglonema. Pemasaran melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Tiktok menjadi saluran potensial. Evaluasi finansial menunjukkan nilai R/C ratio sebesar 2,20. Biaya produksi Rp1.306.717 per siklus menghasilkan pendapatan Rp2.884.000 dan laba bersih Rp1.577.283. Titik impas tercapai pada penjualan 969 unit per bulan, sedangkan target laba Rp10.000.000 per bulan dicapai dengan menjual 1.880 unit. Compost fertilizer is produced through a 21-day fermentation process conducted in three stages, including chopping, mixing with EM4 and molasses, fermentation, and packaging. A production frequency of 10 times per month yields a total of 630 kg. Market surveys indicate high interest from housewives and ornamental plant hobbyists in the Sukabumi area. A total of 93.3% of respondents reported no usage issues, 70% observed greener plant leaves, and 66.7% experienced more vigorous plant growth. Business planning using the Business Model Canvas approach resulted in nine integrated business model blocks. The main value proposition is a practical, odorless compost fertilizer suitable for aglaonema plants. Marketing channels include social media platforms such as Instagram, Facebook, and TikTok. Financial evaluation shows an R/C ratio of 2.20. A production cost of Rp1.306.717 every cycle yields revenue of Rp2.884.000 and a net profit of Rp1.577.283. The break-even point is achieved at 969 units sold per month, while a monthly profit target of Rp10.000.000 is reached by selling 1,880 units.
