Consumer Ethnocentrism and Instant Noodle Preferences: Comparative Study of Indonesian and Korean University Students
Abstract
With the rising production and consumption of instant noodle, this quantitative research analyzes and compares consumer ethnocentrism and its effect on instant noodle preferences among university students in Indonesia and South Korea. The study utilized a survey with questionnaire distributed to 60 respondents
— 30 from IPB University, Indonesia and 30 from Jeonbuk National University, South Korea. Results from the analysis show that the average ethnocentrism score for Indonesian students (53.8) falls into a moderate range, which is significantly higher compared to Korea students (29.9) whose score falls into a low range. Statistical analyses included t-test, ANOVA test, chi-square/fisher’s exact tests and binary logistic regression. Analysis on socio-demographic factors such as age, hometown showed no significant correlation with ethnocentrism in both countries. While monthly expenses also showed no consistent correlation, gender was found to be a significant factor in Korea. Furthermore, logistic regression analysis demonstrated that while ethnocentrism has a positive influence on the instant noodle preference, it is not statistically significant for both student groups. The low R2 values, 1.7% for Indonesia and 12.8% for Korea, shows that ethnocentrism is not a dominant factor determining instant noodle preferences. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi mie instan, penelitian kuantitatif ini menganalisis dan membandingkan etnosentrisme konsumen serta pengaruhnya terhadap preferensi mie instan di kalangan mahasiswa di Indonesia dan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar kepada 60 responden —30 mahasiswa IPB University (Indonesia) dan 30 mahasiswa Jeonbuk National University (Korea Selatan). Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata skor etnosentrisme mahasiswa Indonesia (58,3) berada pada kisaran menengah, dan secara signifikan lebih tinggi dibanding mahasiswa Korea (29,9), yang berada pada kisaran rendah. Analisis statistik yang digunakan meliputi uji T, uji ANOVA, uji chi-square/fisher’s exact, dan uji regresi logistic biner. Faktor sosiodemografis seperti usia dan kampung halaman tidak menunjukkan korelasi signifikan dengan etnosentrisme di kedua negara. Pengeluaran bulanan juga tidak menunjukkan korelasi yang konsisten, sedangkan jenis kelamin terbukti signifikan hanya di Korea. Selanjutnya, analisis regresi logistik mengindikasikan bahwa meski etnosentrisme berpengaruh posistif terhadap preferensi mie instan, pengaruhkan tidak signifikan secara statistik pada kedua kelompk mahasiswa. Nilai R-kuadrat yang rendah, 1,7% untuk Indonesia dan 12,8% untuk Korea, menunjukkan bahwa etnosentrisme bukanlah faktor dominan dalam menentukan preferensi mie instan.
Collections
- UT - Business [597]
