Uji Plot Lysimeter: Dampak Reaksi Pozolanik, Pergerakan Hara dan Perbaikan Sifat Tanah Masam Melalui Ameliorasi Coal Fly Ash
Date
2025Author
Jubaedah
Iskandar
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Mulyanto, Budi
Nurida, Neneng Laela
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
mengeluarkan fly ash bottom ash (FABA) dari kategori limbah B3, merupakan
terobosan penting dalam kebijakan nasional Indonesia. Hal ini membuka potensi
pemanfaatan fly ash dan bottom ash, khususnya coal fly ash (CFA), sebagai
pembenah tanah. Namun, pemanfaatan CFA di Indonesia masih terbatas, sebagian
besar karena kekhawatiran terkait potensi pencemaran dan sifat pozolaniknya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh aplikasi CFA dosis tinggi
pada perbaikan beberapa sifat fisika dan kimia serta dampak reaksi pozolanik pada
tanah masam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung (Zea mays
L.) sebagai tanaman indikator, dan juga menghitung konsentrasi hara dari air lindian
pada plot lysimeter. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Taman Bogo,
Lampung Timur, yang merupakan pewakil ekosistem lahan kering berpasir dengan
pH tanah masam. Perlakuan yang digunakan adalah 0%, 3%, 6% dan 12% CFA
dengan ulangan lima kali. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan uji
keragaman (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95%, pengaruh beda nyata dari
faktor peubah akibat perlakuan serta interaksinya dilakukan uji beda nyata terkecil
Fisher pada taraf nyata 95% (a = 5%). CFA yang digunakan berasal dari PLTU
Sebalang, Lampung Selatan dengan kandungan CaO 10,31-11,31%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa CFA memiliki potensi untuk menjadi pembenah
tanah pada lahan kering masam berpasir. CFA mampu memperbaiki porositas tanah
berpasir ditandai dengan menurunnya bobot isi dan meningkatnya ruang pori total
secara konsisten selama dua musim tanam, sehingga kapasitas air tersedia bagi
tanaman meningkat pesat. CFA juga mampu meningkatkan pH tanah pada lahan
kering masam, dan meningkatkan konsentrasi kation basa dan hara N, P dan K.
Namun demikian, pada musim tanam (MT) kedua, terjadi peningkatan tahanan
penetrasi (PR) tanah pada kedalaman 0-20 cm pada aplikasi 6% dan 12% CFA,
meskipun masih dibawah ambang batas kompaksi pada tanah berpasir, sehingga
tidak mengganggu pertumbuhan akar jagung. Hal tersebut diduga merupakan
indikasi terjadinya reaksi pozolanik sesudah aplikasi CFA. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa peningkatan dosis CFA mampu menurunkan kehilangan tanah
meskipun aliran permukaan cenderung meningkat. Penyebabnya kedua hal tersebut
adalah terbentuknya kerak pada permukaan tanah. Selain itu hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hara-hara yang berpotensi hilang dari sistem perakaran adalah
hara-hara dengan mobilitas tinggi. Aplikasi 12% CFA menghambat pertumbuhan
tanaman pada MT 1 karena ketidakseimbangan hara dan tingginya garam-garam
terlarut, sehingga mengurangi produktivitas jagung. Pada MT 2 produktivitas
jagung meningkat seiring dengan peningkatan dosis CFA. Aplikasi 6% CFA
merupakan dosis optimum dalam mendukung perbaikan sifat fisika-kimia tanah dan
produktifitas jagung yang ditanam pada lahan kering masam berpasir. The enactment of Government Regulation (PP) No. 22 of 2021 on
Environmental Protection and Management, which removes fly ash and bottom ash
(FABA) from the category of hazardous and toxic waste (B3), represents an
important breakthrough in Indonesia’s national policy. The enactment opens up the
potential for utilizing fly ash and bottom ash, particularly coal fly ash (CFA), as a
soil amendment. However, the use of CFA in Indonesia remains limited, mainly
due to concerns about potential contamination and its pozzolanic properties. This
study aims to examine the effects of high-dose CFA application on the
improvement of several physical and chemical soil properties, as well as the impact
of pozzolanic reactions on acidic soils on the growth and productivity of maize (Zea
mays L.) as an indicator crop, and to measure nutrient concentrations in leachate
water from lysimeter plots. This research was conducted at the Taman Bogo
Experimental Garden, East Lampung, which represents the ecosystem of sandy
upland with acidic soil pH. The treatments used were 0%, 3%, 6%, and 12% CFA
with five replications. Data analysis was performed statistically using Analysis of
Variance (ANOVA) with a 95% confidence interval. Significant differences
between factors and interactions were analyzed using the Fisher’s Least Significant
Difference (LSD) test at the 95% significance level (a = 5%). The CFA used in this
study was obtained from the Sebalang Coal-Fired Power Plant (PLTU), South
Lampung, with a CaO content of 10.31-11.31%. The results of the study indicate
that CFA has the potential to be a soil amendment for sandy, acidic upland soils.
CFA improved soil porosity, as evidenced by a decrease in bulk density and
increased total pore space consistently over two planting seasons, resulting in a
significant increase in available water capacity for plants. CFA also increased soil
pH in acidic upland soils and enhanced the concentration of base cations and
nutrients such as N, P, and K. However, during the second planting season, there
was an increase in soil penetration resistance (PR) at a depth of 0-20 cm with the
application of 6% and 12% CFA, although it remained below the compaction
threshold for sandy soils, thus not interfering with maize root growth. The increased
PR indicates the occurrence of pozzolanic reactions following CFA application.
This study also showed that increasing CFA doses reduced soil loss, although
surface runoff tended to increase. Both of these effects were caused by the
formation of a crust on the soil surface. Additionally, this study demonstrated that
high-mobility nutrients are more likely to be lost from the root system. The 12%
CFA application inhibited plant growth during season 1 due to nutrient imbalance
and high concentrations of dissolved salts, which reduced maize productivity. The
study further revealed that the 6% CFA application was optimal dosage to improve
soil physical-chemical properties and maize productivity when planted on sandy,
acidic upland soils.
Collections
- DT - Agriculture [770]
