Strategi Pengelolaan Spasial Berkelanjutan Kegiatan Tambang di Kabupaten Bangka Tengah
Date
2025Author
Majid, Riza Nur Fajrin
Munibah, Khursatul
Suryaningtyas, R.A. Dyah Tjahyandari
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah terus berkembang sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan pada awal 2000-an, dengan dominasi tambang terbuka yang menjadi sektor andalan yang menyumbang 19% terhadap PDRB dan 97,20% dari total PNBP-SDA Provinsi Babel pada Triwulan I 2024. Namun, kontribusi ekonomi ini belum diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan per kapita masih di bawah rata-rata provinsi dan mayoritas penduduk hanya berpendidikan maksimal SD. Pertambangan, khususnya tambang inkonvensional, menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius berupa degradasi lahan, pencemaran air, dan peningkatan suhu permukaan. Nilai Indeks Kualitas Lahan (IKL) pada tahun 2023 tercatat sebesar 39,26 persen dan termasuk dalam kategori buruk. Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pengelolaan kegiatan pertambangan yang berkelanjutan dengan empat tujuan antara yaitu (1) menganalisis perubahan tutupan lahan antara tahun 2020 dan 2024 serta distribusi wilayah tambang legal dan inkonvensional terhadap perubahan luas tutupan lahan; (2) menganalisis tingkat kekritisan lingkungan berdasarkan perubahan kerapatan vegetasi dan suhu permukaan wilayah; (3) mengkaji persepsi masyarakat sekitar tambang terhadap keberlanjutan kegiatan pertambangan (aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan); (4) menilai tingkat keberlanjutan kegiatan pertambangan dengan menggunakan pendekatan Mining Area Sustainability Index (MASI).
Wilayah studi mencakup seluruh kawasan pertambangan, baik yang memiliki izin (legal) maupun yang bersifat inkonvensional. Penelitian ini mengambil dua sampel wilayah pemantauan, yaitu Wilayah Studi A yang mencakup area PT. Mitra Stania Kemingking dan PT. Timah di Kecamatan Koba, serta Wilayah Studi B yang mencakup area PT. Timah dan PT. Wallie Tampas Citratama di Kecamatan Lubuk Besar. Algoritma Extreme Gradient Boosting digunakan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan. Analisis spasio-temporal dengan pendekatan LandTrendr (Landsat-based Detection of Trends in Disturbance and Recovery) digunakan untuk mengkaji dinamika sebaran lahan tambang legal dan inkonvensional. Environmental Criticality Index digunakan untuk menilai tingkat kekritisan lingkungan berdasarkan perubahan kerapatan vegetasi dan suhu permukaan. Persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan kegiatan pertambangan dianalisis berdasarkan tiga aspek utama, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tingkat keberlanjutan kegiatan pertambangan dievaluasi menggunakan pendekatan Mining Area Sustainability Index dengan metode Multiaspect Sustainable Analysis (MSA). Strategi pengelolaan kegiatan pertambangan yang berkelanjutan dirumuskan berdasarkan hasil integrasi antara analisis spasial dan persepsi para ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka Tengah mengalami perubahan tutupan lahan yang signifikan akibat aktivitas pertambangan selama periode 2020 hingga 2024. Tutupan lahan vegetasi mempunyai proporsi terbesar di antara empat kelas tutupan lahan lainnya, yaitu 72,39 % dari keseluruhan luas wilayah. Tutupan lahan terbangun memiliki luas dengan persentase 5,46 %, lahan terbuka 15,19 %, badan air 4,26 % dan lahan tambang 2,70%. Selama empat tahun (2020-2024), luas lahan vegetasi mengalami penurunan sebesar 2.947 ha dan lahan terbuka mengalami peningkatan sebesar 776 ha. Sebaran tambang legal di Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan tren positif terhadap perbaikan lingkungan, yang ditunjukkan oleh peningkatan vegetasi sebesar 6% pada wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) sebagai hasil dari pelaksanaan program reklamasi lahan. Penurunan luas lahan tambang legal juga mengindikasikan adanya upaya penertiban oleh pemerintah daerah. Sebaliknya, tambang inkonvensional mengalami peningkatan luasan sebesar 3% dan tersebar lebih luas, terutama di luar wilayah IUP, sehingga sulit dikendalikan dan memperburuk kondisi lingkungan. Korelasi negatif antara lahan tambang dan vegetasi menegaskan bahwa upaya reklamasi efektif memulihkan tutupan lahan. Namun, peningkatan badan air pada wilayah tambang yang belum direklamasi mencerminkan terbentuknya kolong bekas tambang yang belum dikelola secara optimal.
Indeks kekritisan lingkungan di Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan tren perbaikan pada wilayah tambang legal, ditandai dengan penurunan luas area dengan tingkat kekritisan tinggi sebesar 4%. Sebaliknya, tambang inkonvensional mengalami penurunan kualitas lingkungan, yang ditunjukkan oleh peningkatan luas area dengan tingkat kekritisan tinggi sebesar 10% dan pergeseran dari kategori sedang menjadi lebih kritis. Tingkat kekritisan lingkungan pada tambang inkonvensional cenderung lebih tinggi dan memburuk dibandingkan tambang legal. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan pada tambang legal cenderung lebih baik dibandingkan tambang inkonvensional.
Selain dampak ekologis, aktivitas pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah turut memengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Meskipun pertambangan memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan sektor usaha lokal, dampak negatif seperti pencemaran air, penurunan produktivitas lahan pertanian, serta meningkatnya risiko kesehatan dan keselamatan tetap menjadi tantangan utama. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat menuntut langkah strategis berupa transformasi ekonomi berbasis keseimbangan supply–demand, pelestarian kebudayaan lokal, serta kepastian tata kelola pertambangan yang baik dan berkeadilan. Peningkatan peran pemerintah dan perusahaan dalam pengawasan serta penegakan hukum menjadi krusial guna menjamin keberlanjutan sosial-ekonomi wilayah tambang.
Penilaian keberlanjutan mencakup tiga dimensi (lingkungan, ekonomi dan sosial) terhadap 8 indikator keberlanjutan menunjukan bahwa nilai indeks keberlanjutan MASI berada pada kategori kurang berkelanjutan (42,55). Dari tiga dimensi yang dinilai, aspek ekonomi memperoleh nilai tertinggi (50,00) dan tergolong berkelanjutan, sedangkan aspek sosial (44,33) dan lingkungan (33,33) masih tergolong kurang berkelanjutan. Aspek lingkungan menjadi dimensi terlemah. Tiga faktor kunci yang berkontribusi terhadap rendahnya keberlanjutan wilayah pertambangan meliputi pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambang, rendahnya pemanfaatan lahan bekas tambang, serta tingginya dampak pertambangan terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Upaya peningkatan keberlanjutan dilakukan melalui penerapan tiga skenario kebijakan, yaitu Business as Usual (BAU), moderat dan optimistik. Analisis skenario kebijakan moderat dipilih sebagai solusi terbaik. Skenario ini berfokus pada pengelolaan dampak lingkungan, pemanfaatan lahan bekas tambang, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan masyarakat dengan kebijakan yang lebih realistis dibandingkan skenario progresif namun lebih efektif dibandingkan BAU. Strategi pengelolaan kegiatan pertambangan yang berkelanjutan di Kabupaten Bangka Tengah memerlukan sinergi antara dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial untuk mengurangi dampak negatif tambang serta mendorong pertumbuhan yang inklusif. Upaya rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, diversifikasi ekonomi pascatambang, peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat menjadi strategi utama dalam meningkatkan indeks keberlanjutan wilayah. Penerapan kebijakan yang terukur dan kolaborasi antar pemangku kepentingan berperan dalam mewujudkan ekosistem pertambangan yang lebih bertanggung jawab dan berdaya saing.
Collections
- MT - Agriculture [3994]
