Pola Kesehatan Terumbu Karang dan Ekonomi Ekowisata di Kepulauan Seribu
Abstract
Kawasan konservasi merupakan kawasan yang dilindungi dalam batas tertentu untuk memastikan keberlanjutannya sekaligus menawarkan potensi ekonomi melalui ekowisata bagi masyarakat lokal. Pemanfaatan ini harus mengaplikasikan konsep blue economy yang mengedepankan keberlanjutan ekosistem. Penelitian menganalisis hubungan antara nilai ekonomi pelaku usaha ekowisata dengan nilai tutupan karang di Kepulauan Seribu. Data tutupan karang dan keuntungan pelaku usaha (penyewa kapal, alat snorkel, pemandu, katering, homestay) yang dikumpulkan, yaitu zona pemukiman (Pulau Kelapa, Pulau Harapan, dan Pulau Pramuka) dan zona pemanfaatan umum (Pulau Tidung, Pulau Pari, dan Pulau Untung Jawa), lalu dianalisis dengan uji korelasi pearson. Hasil menunjukkan, keuntungan tertinggi ada di zona pemukiman yang memiliki tutupan karang lebih rendah sebesar 9,62%, berbanding terbalik dengan zona pemanfaatan umum dengan tutupan karang sebesar 14,32% dan keuntungannya lebih rendah. Hasil uji korelasi pearson yaitu sebesar -0,60 dan p value 0,20, ini mengindikasikan dampak ekowisata secara tidak langsung, namun juga berarti kualitas karang belum jadi daya tarik utama. Hal ini dapat dikatakan pengelolaan saat ini, terutama di zona pemukiman, belum mencerminkan aspek blue economy. Saran dari penelitian ini diperlukannya penegakan zonasi dan praktik ekowisata berkelanjutan untuk menyeimbangkan ekonomi dan ekologi. Conservation areas are areas protected within certain boundaries to ensure their sustainability while offering economic potential through ecotourism for local communities. This utilization must apply the concept of the blue economy, which prioritizes ecosystem sustainability. This study analyzes the relationship between the economic value of ecotourism businesses and coral cover in the Seribu Islands. Coral cover data and business operator profits (boat rentals, snorkeling equipment, guides, catering, homestays) were collected from residential zones (Kelapa Island, Harapan Island, and Pramuka Island) and general use zones (Tidung Island, Pari Island, and Untung Jawa Island), then analyzed using Pearson's correlation test. The results showed that the highest profits were in the residential zone with lower coral cover of 9,62%, inversely proportional to the general use zone with coral cover of 14,32% and lower profits. The Pearson correlation test results were -0,60 with a p-value of 0,20, indicating an indirect impact of ecotourism, but also suggesting that coral quality is not yet the primary attraction. This suggests that current management, particularly in the residential zone, does not yet reflect the aspects of the blue economy. The recommendations from this study emphasize the need for enforcement of zoning and sustainable ecotourism practices to balance economic and ecological considerations.
