Fisiologi Produksi Senyawa Antimikrob Ekstraselular dan Intraselular dari Lentumus spp. Isolat LCEL dan LC
View/ Open
Date
1997Author
Norayani
Sudirman, Lisdar Manaf I.
Adijuwana, Hendra
Metadata
Show full item recordAbstract
Jamur telah digunakan sebagai bahan obat sejak zaman Kaisar Shi Huang Thi (259210 SM). Beberapa jamur yang dilaporkan berpotensi sebagai bahan obat, antara lain Ganoderma tsugae, Pleurotus citrinopileatus, P. sajor-caju, Polyporus confluens, Tricholoma giganteum, Volvariella volvacea. Hericium erinaceum, Fomes fomentarius dan Schizophyllum commune.
Salah satu jamur yang berpotensi menghasilkan senyawa antimikrob adalah Lentinus. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang, fenomena antagonisme antara Lentinus spp. isolat LCEL dan LC dengan Rigidoporus lignosus dan aktivitas ekstrak miseliumnya yang menghambat pertumbuhan beberapa mikrob uji, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kondisi pertumbuhan dan produksi senyawa antimikrob yang optimal dari Lentinus spp. isolat tersebut. Untuk itu isolat ditumbuhkan pada medium cair ekstrak malt pepton dalam dua kondisi aerasi pertumbuhan, yaitu kondisi statik dan agitası, pada suhu 35°C kemudian diukur pertumbuhannya berdasarkan bobot kering untuk setiap waktu pengamatan (7, 14, 21, dan 30 hari). Selain itu secara terpisah dan dalam kondisi pertumbuhan yang sama diamati produksi senyawa antimikrob dari filtrat kultur dan ekstrak miselium untuk waktu pengamatan yang sama. Produksi senyawa antimikrob dari filtrat kultur dideteksi berdasarkan uji aktivitas filtrat terhadap R. lignosus dengan metode antibiografi pada medium cair. Produksi senyawa antimikrob dari ekstrak miselium dideteksi berdasarkan uji aktivitas ekstrak miselium terhadap Bacillus subtilis dengan metode cakram kertas pada medium tripton glukosa yeast
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa bobot kering Lentinus spp. isolat LCEL dan LC semakin tinggi dengan bertambahnya umur koloni dengan bobot kering yang paling tinggi dicapai pada umur kultur 30 hari. Kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan Lentinus spp. isolat LCEL dan LC adalah kondisi agitasi dibandingkan dengan kondisi statik, dengan bobot kering pada umur 30 hari 538 mg (statik) dan 918 img (agitasi) untuk isolat LCEL dan 645 mg (statik) dan 1075 mg (agitasi) untuk isolat LC. Bobot kering, Lentinus spp. isolat LCEL dan LC pada kondisi agitasi hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan bobot kering pada kondisi statik. Bobot kering yang paling tinggi adalah isolat LC dibandingkan dengan isolat LCEL, baik pada kondisi statik maupun agitasi.
Nilai pH filtrat kultur Lentinus spp. isolat LCEL dan LC pada kondisi agitasi umumnya lebih rendah dibandingkan dengan kondisi statik, walaupun nilai tersebut tidak berbeda jauh, dengan pH masing-masing 6.2 dan 6,0 pada awal fermentasi kultur (7 hari) dan 4,9 dan 5,5 pada akhir fermentası kultur (30 hari) untuk kondisi agitasi dan 6,4 dan 6,4 pada awal fermentasi kultur (7 hari) dan 5,9 dan 5,7 pada akhir fermentasi kultur (30 hari) untuk kondisi statik. Nilai pH filtrat kultur yang dihasilkan tampaknya tidak dipengaruhi oleh produksi asam organik, dan hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut.
Filtrat kultur Lentinus spp. isolat LCEL dan LC dari kultur agitasi lebih menghambat pertumbuhan R lignosus dibandingkan dengan kultur statik, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh dengan persen hambatan pertumbuhan 79% untuk isolat LCEL dan 81% untuk isolat LC untuk umur filtrat 30 hari yang berasal dari kultur agitasi, sedangkan untuk filtrat yang berasal dari kultur statik untuk masing-masing isolat LCEL dan LC adalah 74% dan 73%,.
Aktivitas hambatan ekstrak miselium yang diperoleh dari kultur statik Lentinus spp. isolat LCEL dan LC yang berumur 30 hari terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis lebih besar dibandingkan dengan ekstrak miselium yang berasal dari kultur agitasi dengan diameter zona hambatan masing-masing 4,4 mm dan 2,3 mm (statik) dan 3,7 mm dan 1,6 mm (Agitasi). Aktivitas hambatan pertumbuhan B. subtilis oleh ekstrak miselium Lentinus sp. isolat LCEL yang diperoleh dari kultur statik maupun agitasi lebih besar dibandingkan dengan aktivitas ekstrak miselium isolat LC. Aktivitas terbesar dihasilkan oleh Lentimus sp. inolat LCEL pada kultur statik dengan diameter zona hambatan 4,4 mm.
Collections
- UT - Biology [2396]
