AktivitasAntibakteri danSitotoksitas Kombucha Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

Abstract

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung senyawa bioaktif dengan potensi antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antibakteri, kadar flavonoid total dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dan kuersetin sebagai standar, serta sitotoksisitas kombucha rimpang temulawak. Uji antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi cakram, sementara uji sitotoksisitas dilakukan dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombucha tidak meningkatkan kadar flavonoid secara signifikan pada filtrat temulawak, namun menurunkannya secara signifikan pada bentuk freeze-dry. Sementara, kombucha meningkatkan aktivitas antibakteri sebesar 46.65% dibandingkan ekstrak rimpang temulawak dengan zona hambat 23,80 ± 2,62 mm (E. coli) dan 16,23 ± 2,86 mm (S. aureus). Sementara itu, evaluasi sitotoksitas menunjukkan bahwa kombucha temulawak memiliki nilai LC50 fermentasi temulawak (604,70 µg/L) lebih rendah dibandingkan ekstrak rimpang temulawak (1186,67 µg/L). Hal ini menunjukkan peningkatan toksisitas pada sampel yang sudah di fermentasikan dengan kombucha. Oleh karena itu, kombucha rimpang temulawak meningkatkan aktivitas antibakteri, tetapi juga meningkatkan toksisitasnya. Kata kunci: Antibakteri, flavonoid, kombucha, sitotoksisitas, temulawak.

Curcuma xanthorrhiza Roxb. (temulawak) contains bioactive compounds with antibacterial and antioxidant potential. This study evaluated the antibacterial activity, total flavonoid content using UV-Vis spectrophotometry and quercetin as a standard, also cytotoxicity of kombucha derived from temulawak rhizome. Antibacterial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus was assessed using the disc diffusion method, while cytotoxicity was tested using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). The results showed that kombucha fermentation did not significantly increase the flavonoid content in the filtrate but significantly reduced it in the freeze-dried form. Meanwhile, fermentation enhanced antibacterial activity by 46,65% compared to the temulawak rhizome extract, with inhibition zones of 23,80 ± 2\,62 mm (E. coli) and 16,23 ± 2,86 mm (S. aureus). Furthermore, cytotoxicity evaluation showed that fermented temulawak kombucha had a lower LC50 value (604,70 µg/L) than the temulawak rhizome extract (1186,67 µg/L), indicating increased toxicity of sample fermentation kombucha of temulawak rhizome. Therefore, kombucha fermentation of temulawak rhizome enhances antibacterial activity but also increases its toxicity. Keywords: Antibacterial, curcuma, cytotoxicity, flavonoid, kombucha.