Show simple item record

dc.contributor.advisorFauzi, Ichsan Achmad
dc.contributor.advisorSetiawati, Mia
dc.contributor.advisorEkasari, Julie
dc.contributor.authorHidayat, Azizi Putri Nurilita
dc.date.accessioned2025-07-04T09:40:20Z
dc.date.available2025-07-04T09:40:20Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163979
dc.description.abstractPeningkatan produksi ikan nila (Oreochromis sp.) di Indonesia sesuai dengan tingginya jumlah konsumsi ikan nasional per kapita per tahun. Pemenuhan protein hewani dari produk perikanan perlu didukung dengan sistem budidaya intensif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Budidaya sistem intensif membutuhkan ketersediaan stok pakan buatan yang cukup tinggi. Namun, pakan buatan kini diketahui masih mengandalkan bahan baku impor dengan harga yang bergantung pada dinamika global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan potensi bahan baku lokal dalam pembuatan pakan ikan. Kacang koro pedang (Canavalia ensiformis) merupakan salah satu jenis legum dengan potensi tinggi yaitu produktivitas tinggi, masa budidaya yang cepat, tahan terhadap perubahan lingkungan, dan kandungan nutrien yang cukup tinggi. Namun, pemanfaatan bahan baku nabati dipengaruhi oleh faktor antinutrien yang dapat membatasi penyerapan nutrien dari pakan oleh ikan. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu dilakukan proses pretreatment untuk menurunkan kadar antinutrien pada bahan. Pretreatment yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kombinasi perendaman dan autoklaf. Sehingga, penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh proses pretreatment (perendaman dan autoklaf) pada kacang koro pedang sebagai bahan baku pakan. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu proses pretreatment berupa perendaman selama 6 jam dalam air dan dilanjutkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121? pada kacang koro pedang yang telah dikupas dari kulit ari, kemudian dilakukan pengeringan dan penepungan untuk dilakukan uji proksimat (kadar air, abu, serat kasar, protein, dan lemak) serta uji kadar antinutrien (phytic acid, trypsin inibitor, dan tannin). Tahap kedua yaitu pemberian pakan formulasi untuk uji kecernaan pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila dengan rancangan acak faktorial (RAF) 2x2 masing-masing tiga ulangan, sebagai perlakuan yaitu bahan baku (kacang koro pedang non pretreatment (nPr) dan pretreatment (Pr)) dengan dosis (5% dan 15%). Penelitian ini juga dilengkapi dengan perlakuan kontrol (tanpa penambahan kacang koro pedang). Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 60 hari dengan bobot awal ikan 8,19 g dengan padat tebar 200 ekor m-3 dalam akuarium ukuran 50 x 50 x 40 cm3 dengan volume air 75 L. Frekuensi pemberian pakan yaitu tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB secara at satiation (sekenyangnya). Pada hari ke-61 pemeliharaan dilakukan penimbangan biomassa, pengambilan 0,5 mL darah menggunakan syringe yang telah dibilas dengan antikoagulan pada pangkal ekor ikan, dan pengambilan 1 cm usus bagian anterior. Uji kecernaan pakan dilakukan dengan pemberian pakan formulasi yang ditambahkan indikator kecernaan berupa Cr2O3 sebanyak 0,5%. Kemudian, selama 15 hari dilakukan pengumpulan feses ikan nila pada jam ke-1 setelah pemberian pakan. Feses ikan nila dikumpulkan dan disimpan dalam freezer suhu -25?. Parameter uji pada tahap kedua penelitian ini yaitu aktivitas enzim pencernaan (amilase, lipase, dan tripsin), histologi dan morfometri usus (tinggi vili, lebar vili, dan luas area penyerapan), kecernaan pakan (kecernaan total dan nutrien), total protein plasma, dan kinerja pertumbuhan (rasio konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik, retensi protein, retensi lemak, jumlah konsumsi pakan dan tingkat kelangsungan hidup). Data penelitian yang didapat dilakukan uji homogenitas (Levene’s Test) dan normalitas (Kolmogorov-Smirnov) sebelum dilakukan uji analisis sidik ragam (One-Way ANOVA dan Two-Way ANOVA). Hasil yang menunjukkan perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan multiple range test (DMRT). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar antinutrien kacang koro pedang berupa phytic acid, trypsin inhibitor, dan tannin mengalami penurunan setelah dilakukan perendaman dan autoklaf. Hal tersebut dapat terjadi karena proses pretreatment yang dilakukan sesuai dengan sifat dan karakteristik antinutrien uji yaitu soluble dan thermolabile. Aktivitas enzim pencernaan, morfometri usus, nilai kecernaan pakan, total protein plasma, dan kinerja pertumbuhan tertinggi didapatkan pada perlakuan penambahan kacang koro pedang pretreatment dengan dosis 5% lalu diikuti dengan perlakuan kontrol dan cenderung menurun pada perlakuan lainnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkatan kadar antinutrien pada bahan baku yang digunakan. Sehingga, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kacang koro pedang hasil perendaman dan autoklaf aman digunakan pada dosis 5% dalam formulasi pakan ikan nila.
dc.description.abstractThe increase of tilapia (Oreochromis sp.) production in Indonesia is in accordance with the high amount of national fish consumption per capita per year. Fulfillment of animal protein from fishery products needs to be supported by an intensive cultivation system to produce maximum production. Intensive system cultivation requires the availability of a high stock of artifical feed. However, artificial feed is now known to still rely on imported raw materials with prices that depend on global dynamics. One of the efforts that can be made is to develop the potential of local raw materials in making fish feed. Jack bean (Canavalia ensiformis) is a type of legume with high potential, including high productivity, fast cultivation period, resistance to environmental changes, and high nutrient content. However, the utilization of plant-based materials is affected by antinutrient factors that can limit the absorption of feed nutrients by fish. A solution that can be offered is a pretreatment process to reduce antinutrient levels in the material. Pretreatment carried out in this study is a combination of soaking and autoclaving. Thus, this study aims to evaluate the effect of pretreatment processes (soaking and autoclaving) on jack bean as feed raw material. This study consisted of two stages, namely the pretreatment process in the form of soaking for 6 hours in water and followed by autoclaving for 30 minutes at 121? on peeled jack bean, then dried and ground for proximate tests (moisture, ash, crude fiber, protein, and lipid) and antinutrient content tests (phytic acid, trypsin inhibitor, and tannin). The second stage is feeding formulation trial for feed digestibility test and tilapia growth performance with a 2x2 factorial randomized design (FRD) with three replications each consisting of factor in the form of raw materials (unpretreated jack bean (nPr) and pretreated jack bean (Pr)) and addition dose (5% and 15%). This study was also completed with a control treatment (without addition of jack bean). Tilapia were reared for 60 days with an initial weight of 8.19 g for 15 fish in an aquarium measuring 50 x 50 x 40 cm3 with a water volume of 75 L. The frequency of feeding was three times a day at 08.00, 12.00, and 16.00 WIB at satiation. On the 61st day of rearing, biomass was weighed, 0.5 mL of blood was taken using a syringe that had been rinsed with anticoagulant at the base of the fish tail, and 1 cm of anterior intestine was taken. The feed digestibility test was carried out by giving formulated feed which added a digestibility indicator in the form of Cr2O3 as much as 0.5%. then, for 15 days, tilapia feces were collected at hour 1 after feeding then collected and stored in a freezer at -25?. Test parameters in the second stage of this research were digestive enzyme activity (amylase, lipase, and trypsin), intestinal histology and morphometry (villus height, villus width, and absorption area), feed digestibility (total and nutrient digestibility), total protein plasma, and growth performance (feed conversion ratio, specific growth rate, protein retention, lipid retention, total feed consumption and survival rate). The data obtained were tested for homogeneity (Levene’s Test) and normality (Kolmogorov-Smirnov) before the analysis of variance (One-Way ANOVA and Two-Way ANOVA). Results that showed significant differences were followed by the Duncan’s multiple range test (DMRT). The results of this study showed that the levels of jack bean antinutrients in the form of phytic acid, trypsin inhibitor, and tannin decreased after soaking and autoclaving. This can occur because the pretreatment process carried out is in accordance with the characteristics of the test antinutrients, namely soluble and thermolabile. The highest digestive enzyme activity, intestinal morphometry, feed digestibility value, total plasma protein, and growth performance were obtained in tilapia with feed containing pretreated jack bean at a dose of 5%, followed by control treatment and tended to decrease in other treatments. This can be influenced by the presence of antinutrient content in the raw materials used. So, from this study it can be concluded that pretreated jack bean is safe to use at a dose of 5% in tilapia feed formulations.
dc.description.sponsorshipProgram BIMA Kemdikbudristek 2024 Skema Penelitian Tesis Magister
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePemanfaatan Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Hasil Pretreatment sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila (Oreochromis sp.)id
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordautoklafid
dc.subject.keywordikan nilaid
dc.subject.keywordkacang koro pedangid
dc.subject.keywordperendamanid
dc.subject.keywordantinutrienid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record