| dc.description.abstract | Agar dilakukan tindakan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tepat diperlukan infor-masi mengenai kondisi hidrologis DAS, yang tercermin dari neraca air daerah tersebut. Lettau (1969) mengemukakan suatu cara untuk menduga nilai komponen-komponen neraca air, yaitu pe-modelan Evapoklimatonomi, yang merupakan pemodelan numerik siklus hidrologi dalam suatu wila-yah.
Pada penelitian ini model evapoklimatonomi diterapkan pada DAS Ciliwung Hulu untuk menduga nilai beberapa parameter, serta nilai evapotranspirasi dan lengas tanah bulanan daerah tersebut. Data-data yang digunakan adalah data curah hujan, debit bulanan, dan radiasi global bulanan yang mewaki-DAS Ciliwung Hulu. Selain itu digunakan pula peta DAS tersebut.
Dalam evapoklimatonomi diasumsikan input massa hanya berasal dari curah hujan, sedangkan input energi adalah radiasi surya. Diasumsikan pula proses penghilangan air melalui proses-proses limpasan langsung dan tak langsung, serta evapotranspirasi langsung dan tak langsung. Untuk mendu-ga nilai komponen-komponen neraca air terlebih dahulu dilakukan parameterisasi untuk proses-proses tersebut. Setelah itu dilakukan kalibrasi parameter. Nilai parameter-parameter untuk DAS Ciliwung Hulu berdasarkan kalibrasi adalah sebagai berikut: :n- n 0.22, P 0 mm/bulan, e = 0.3. V 0.1025/bulan, 0.552-0.968, dimana 8-0 untuk April, Mei, Oktober, dan November, B=1 N untuk Januari, Februari, Maret, Juni, September, Desember B=1.5 untuk Juli dan Agustus. Nilai limpasan yang dihasilkan dengan menggunakan parameter-parameter tersebut hampir identik dengan data pengamatan.
Pada penelitian ini juga dilakukan eksperimentasi dengan mengubah satu atau beberapa nilai parameter, dan dengan mengubah input massa. Pada skenario-1, 2, dan 3 dilakukan perubahan nilai parameter yang diarahkan pada perubahan yang diakibatkan oleh pembukaan hutan. Sedangkan pada skenario-4 dan 5 digunakan curah hujan pada tingkat peluang 69% dan 90%. Dengan eksperimenta-si ini dapat diketahui kepekaan nilai komponen neraca air terhadap perubahan parameter.
Peningkatan nilai parameter n menjadi 0.34 tanpa modifikası parameter-parameter lain (skenar-10-1) menyebabkan peningkatan limpasan langsung dan total limpasan. Peningkatan parameter n menjadi 0.34, yang disertai peningkatan rata-rata albedo menjadi 0.16 (skenario-2) menghasilkan output yang hampir identik dengan skenario-1. Peningkatan parameter n dan albedo rata-rata yang disertai penurunan nilai e, menghasilkan penurunan total evapotranspirasi. Selain itu terjadi pening-katan nilai m dibandingkan jika nilai n naik dan e tetap (skenario-1).
Model evapoklimatonomi ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi keadaan hidrologi DAS untuk mengelola DAS dengan baik dan tepat. | id |