Kajian Penilaian Lingkungan dan Ekonomi Berbasis Daur Hidup Produk Keripik Sanjai (Studi Kasus: CV. Sanjai Nabian Kota Payakumbuh)
Abstract
Keripik Sanjai merupakan camilan tradisional dari Sumatera Barat yang
terbuat dari ubi kayu. Saat ini terdapat 45 usaha keripik Sanjai di Kota Payakumbuh
yang tersebar di berbagai kecamatan, termasuk Payakumbuh Barat, Payakumbuh
Utara, Payakumbuh Selatan, Payakumbuh Timur, dan Lampasi Tigo Nagari.
Perkembangan industri keripik Sanjai tidak hanya memberikan manfaat ekonomi,
tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan di sekitar wilayah tersebut.
Proses pengolahan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengupasan, pencucian,
pengirisan, penggorengan, pembuatan bumbu balado, pencampuran bumbu, dan
pengemasan. Potensi emisi muncul dari penggunaan energi, bahan baku, dan
sumber daya pada setiap tahap daur hidup produk, serta dari output yang dihasilkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan yang menilai secara menyeluruh potensi
emisi dan merumuskan rekomendasi perbaikan untuk mengurangi emisi sepanjang
daur hidup keripik Sanjai. Life Cycle Assessment (LCA) dan Life Cycle Costing
(LCC) digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan dan ekonomi, baik yang
bersifat positif maupun negatif, yang dihasilkan dari daur hidup keripik Sanjai.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi potensi dampak lingkungan
dan ekonomi yang dihasilkan dari daur hidup keripik Sanjai, dimulai dari tahap
perkebunan hingga pendistribusian, serta menentukan skenario perbaikan untuk
meminimalkan emisi, meningkatkan efisiensi, meningkatkan produktivitas dalam
produksi keripik Sanjai, yang diharapkan dapat mendukung kelayakan ekspor dan
daya saing produk di pasar global. Tahapan penelitian dimulai dengan penentuan
tujuan dan ruang lingkup yang akan dikaji (goal and scope), identifikasi aliran
proses dan material yang digunakan pada tahap inventarisasi (life cycle inventory
analysis) yang disusun dalam neraca massa, analisis dampak lingkungan (life cycle
impact assessment) menggunakan software SimaPro 9.4.0.2. dan dilanjutkan
dengan analisis dampak ekonomi (life cycle cost) menggunakan software exel.
Tahapan terakhir adalah interpretasi dampak yang dihasilkan berdasarkan analisis
(interpretation). Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan
adalah CML-IA Baseline, dengan dampak yang dianalisis meliputi Global
Warming Potential (GWP), Acidification Potential (AP), Eutrophication Potential
(EP), dan Ozone Layer Depletion Potential (ODP).
Berdasarkan hasil penelitian dengan unit fungsi 1 kg keripik Sanjai dengan
lingkup cradle-to-grave menunjukkan dampak pada setiap 1 kg keripik Sanjai,
dengan menghasilkan GWP sebesar 2,90E+00 kg CO2 eq, AP sebesar 1,34E-02 kg
SO2 eq, EP sebesar 8,76E-02 kg PO4 eq, dan ODP sebesar 7,41E-02 kg CFC-11 eq.
Tahapan produksi menjadi tahap yang memberikan kontribusi terbesar terhadap emisi lingkungan. Dampak EP menjadi faktor lingkungan yang paling signifikan
(hotspot). Penggunaan minyak goreng dalam proses penggorengan serta aplikasi
pupuk yang mengandung nitrogen dan fosfor dalam daur hidup keripik Sanjai,
menjadi penyebab utama dari tingginya dampak EP. Adapun hasil analisis LCC
menunjukkan biaya bahan baku Rp 15.615,75, biaya manajemen Rp 1.226,00,
biaya investasi Rp 238,37, biaya energi Rp 1.483,04. Biaya produksi per 1 kg
keripik Sanjai mencapai Rp 18.564,30. Tingginya biaya produksi terutama
disebabkan oleh penggunaan bahan baku utama yaitu ubi kayu dan minyak goreng
dalam jumlah besar.
Skenario perbaikan diterapkan untuk mengurangi dampak lingkungan dan
meningkatkan efisiensi produksi. Skenario 1 pada perkebunan yaitu substitusi
pupuk kimia dengan pupuk organik dengan pengomposan limbah padat perkebunan
menurunkan dampak perkebunan sebesar GWP sebesar 6,60E-02 kg CO2 eq,
AP sebesar 3,23E-04 kg SO2 eq, EP sebesar 6,48E-05 kg PO4 eq, dan ODP
sebesar 7,86E-09 kg CFC-11 eq. Skenario 2 mengganti kendaraan dengan kapasitas
yang lebih besar dalam tahapan transportasi menurunkan dampak transportasi
sebesar GWP sebesar 7,65,E-02 kg CO2 eq, AP sebesar 7,87,E-09 kg SO2 eq, EP
sebesar 2,98,E-04 kg PO4 eq, dan ODP sebesar 5,77,E-05 kg CFC-11 eq. Skenario
3 substitusi minyak goreng sawit dengan minyak goreng kelapa pada tahap produksi
menurunkan dampak produksi sebesar GWP sebesar 3,40E-01 kg CO2 eq,
AP sebesar 4,24E-03 kg SO2 eq, EP sebesar 6,57E-02 kg PO4 eq, dan ODP
sebesar 4,16E-07 kg CFC-11 eq. Skenario 4 mengintegrasikan perbaikan pada
tahapan perkebunan, transportasi, dan produksi menurunkan dampak total sebesar
GWP 31,17 %, AP 33,73%, EP 88,73% dan ODP 69,05%.
Analisis perbaikan dampak ekonomi menunjukkan adanya perubahan dalam
biaya produksi dibandingkan dengan kondisi existing, skenario 3 menunjukkan
biaya tertinggi sebesar Rp26.369,30 dan biaya terendah pada skenario 1 yaitu
sebesar Rp17.588,90.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2415]
