Variasi Dermatoglif Tikus (Rattus Rattus)
View/ Open
Date
1993Author
Akoso, Christianus Gumilar
Suryobroto, Bambang
Prawasti, Taruni Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pola dermatoglif selain terdapat pada primata juga muncul pada ke-banyakan mamalia non-primata. Primata memiliki pola dermatoglif yang muncul di lapisan epidermis, sedangkan umumnya mamalia non-primata ter-bentuk di lapisan dermis.
Untuk mengamati pola dermatoglif yang terbentuk di lapisan dermis, terlebih dahulu harus dilakukan pelepasan lapisan epidermis. Okajima (1975) menemukan metode maserasi epidermis. Dengan memperbaiki metode tersebut, Okajima dan Asai (1985) mengamati pola dermatoglif tikus. R. norvegicus. Pola yang teramati arch, whorl, cusp, triradii, dan loop. Dewasa ini, penelitian pola dermatoglif jenis-jenis tikus lainnya belum dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah, 1. mempelajari variasi dermatoglif tikus R. rattus dan 2. memodifikasi metode maserasi epidermis Okajima dan Asai (1985).
Tikus ditangkap dari beberapa wilayah di Bogor. Sampel berjumlah 100 ekor, terdiri dari 46 betina dan 54 jantan.
Variasi pola dermatoglif R. rattus sebagai berikut: Pola arch mendominasi kemunculan di setiap volar pad, kecuali di interdigital III kemunculannya lebih rendah daripada pola radial loop/tibial loop. Ti-dak muncul perbedaan bilateral di palmar maupun plantar. Perbedaan seksual muncul di thenar, interdigital III, dan hyphothenar palmar.
Modifikasi metode maserasi epidermis Okajima dan Asai (1985), menyangkut hal-hal sebagai berikut Tinggi suhu maserasi berkisar pada 2829°C, konsentrasi larutan KOH 2% untuk tikus yang belum dewasa dan 38 untuk tikus yang sudah dewasa. Lama maserasi epidermis 18 24 jam.
Collections
- UT - Biology [2396]
