Aplikasi DNA Barcoding dan Marker Genetik untuk Identifikasi Spesies Tanaman Herbal: Studi Kasus pada Genus Uncaria
Abstract
Identifikasi spesies tanaman secara cepat dan akurat merupakan tantangan besar bagi
para ahli botani, ekolog, dan spesialis forensik tumbuhan. Salah satu pendekatan modern yang
digunakan untuk tujuan ini adalah DNA barcoding, yaitu metode yang memanfaatkan sekuens
DNA pendek (sekitar 400–800 pasangan basa) yang dapat dengan mudah diisolasi dan
dikarakterisasi dari hampir seluruh spesies tanaman di dunia. Dengan mengintegrasikan
genetika molekuler, teknologi sekuensing, dan bioinformatika, DNA barcoding memiliki
potensi besar dalam mempercepat penemuan dan penamaan ribuan spesies tanaman yang
belum teridentifikasi, terutama di wilayah tropis. Awalnya, konsep DNA barcoding
dikembangkan untuk identifikasi spesies hewan. Penerapannya pada tanaman tidak langsung
diterima oleh komunitas botani, hingga beberapa tahun kemudian, seiring dengan kemajuan
pesat dalam studi genom plastid, mitokondria, dan nukleus. Saat ini, empat marker genetik
yang telah disetujui sebagai standar DNA barcode untuk tanaman adalah rbcL, matK, trnHpsbA, dan ITS.
Secara umum, DNA barcode digunakan untuk mengidentifikasi spesies berdasarkan
pohon filogenetiknya. Metode ini memperluas kemampuan dalam mendiagnosis spesies
tanaman, termasuk spesimen dalam bentuk buah, biji, atau bahkan bagian yang telah rusak.
DNA barcode kini diakui secara universal sebagai salah satu pendekatan identifikasi spesies
yang andal. Selain membantu dalam mengidentifikasi spesies baru terutama spesies kriptik
metode ini juga berperan penting dalam bidang taksonomi, seperti mengidentifikasi spesies
invasif dan spesies yang terancam punah. Selain itu, DNA barcoding juga digunakan untuk
menguji keaslian dan kemurnian produk botani, termasuk obat-obatan herbal komersial dan
suplemen makanan (Nicholas dan Robert, 2015). ..
Collections
- Medicine [92]
