Evaluasi kualitas air dan respons fisiologis udang vaname dalam media budidaya mengandung Oscillatoria sp.
Date
2025Author
Adnesifa, Tanazia
Nirmala, Kukuh
Supriyono, Eddy
Pratiwi, Niken Tunjung Murti
Metadata
Show full item recordAbstract
Permintaan udang vaname yang tinggi menyebabkan adanya peningkatan
produksi udang vaname hampir di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia.
Peningkatan padat tebar dilakukan untuk memperoleh hasil produksi yang lebih
tinggi, sistem intensif hingga supra intensif banyak dipilih untuk budidaya udang
saat ini. Sistem intensif mengandalkan pakan buatan untuk pertumbuhan udang
selama proses budidaya berlangsung. Hal tersebut ternyata memberikan dampak
berupa adanya penumpukan limbah sisa pakan didasar tambak. Limbah sisa pakan
didasar tambak menyebabkan terjadinya dinamika kualitas perairan, sehingga
tercipta ketidakseimbangan antara komponen organik dan anorganik dalam
lingkungan budidaya. Dinamika kualitas air yang terjadi di dalam tambak menjadi
momentum untuk pertumbuhan cyanobacteria atau yang lebih dikenal blue green
algae (BGA).
BGA dapat dibedakan berdasarkan morfologinya dan dapat dikelompokkan
menjadi
Chroococcales,
Gloeobacterales,
Nostocales,
Oscillatoriales,
Pleurocapsales, Spirulinales, dan Synechococcales. Oscillatoria sp. sering kali
mendominasi komunitas fitoplankton, pada beberapa wilayah perairan Jawa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Indonusa Yudha Perwita, Indramayu
selama empat siklus pemeliharaan, genus Oscillatoria sp. merupakan genus yang
mendominasi media budidaya. Data beberapa siklus terdahulu yang diperoleh dari
PT. Sumur Unggul Persada, juga menunjukkan adanya dominansi Oscillatoria sp.
di dalam media budidaya. Dominansi BGA pada media budidaya udang berkorelasi
positif dengan terjadinya outbreak penyakit. Populasi BGA yang meningkat
menyebabkan kegagalan berbagai jenis fitoplankton dalam berkompetisi
memperoleh nutrien. BGA dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan karena dapat memanfaatkan N2 dari atmosfer ke dalam bentuk
yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan, melalui proses fiksasi nitrogen.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu mengevaluasi hubungan kelimpahan
BGA jenis Oscillatoria sp. terhadap kualitas air budidaya, kinerja produksi,
aktivitas respons imun, dan antioksidan pada udang vaname. Menghasilkan manfaat
berupa informasi tentang ambang batas aman kelimpahan Oscillatoria sp. serta
interaksinya dengan berbagai parameter kualitas air, sehingga dapat dijadikan dasar
dalam skema pergantian dan pengelolaan air di tambak, guna meningkatkan
produktivitas budidaya. Penelitian dilaksanakan pada rentang bulan Juli 2024
November 2024. Sampel air berisi fitoplankton diperoleh dari PT. Indonusa Yudha
Perwita, Indramayu, Jawa Barat. dan PT. Sumur Unggul Persada, Banten, Jawa
Barat. Pemeliharaan hewan uji dilakukan di Laboratorium Marikultur, IPB
University, isolasi dan pemeliharaan Oscillatoria sp. di Laboratorium Lingkungan
Biologi, IPB University. Analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium
Lingkungan Akuakultur, IPB University. Analisis histologi di Laboratorium
Patologi SKHB, IPB University dan status kesehatan udang dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik, IPB University.
Terdapat dua tahapan pada penelitian ini yaitu, isolasi dan proses pemeliharaan
Oscillatoria sp. serta pemeliharaan udang vaname dalam wadah yang ditambah
Oscillatoria sp.. Isolasi dan proses pemeliharaan dilakukan dalam laboratorium
terkontrol dengan tujuan menghasilkan inokulan murni Oscillatoria sp. yang
digunakan sebagai bahan uji pada tahap selanjutnya. Tujuan dilakukannya proses
pemeliharaan udang vaname pada wadah yang ditambahkan Oscillatoria sp. yaitu
untuk mengevaluasi dampak kelimpahan Oscillatoria sp. terhadap kualitas air dan
kinerja produksi udang, melalui beberapa parameter kualitas air (kimia, fisika, dan
biologi), status kesehatan udang serta aktivitas antioksidan. Rancangan penelitian
yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan yang terdiri dari P0 atau kontrol (tanpa penambahan Oscillatoria sp.), P4
(air laut + Oscillatoria sp. hingga kelimpahan 104 ind mL-1), P5 (air laut +
Oscillatoria sp. hingga kelimpahan 105 ind mL-1) dan P6 (air laut + Oscillatoria sp.
hingga kelimpahan 106 ind mL-1). Parameter uji yang dilakukan meliputi analisis
tingkat kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik,
analisis deskriptif, total haemocyte count, indeks keanekaragaman fitoplankton,
analisis komparatif dan kompratif lanjutan, analisis korelasi dan analisis
multivariant berupa dendrogram.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Oscillatoria sp.
mempengaruhi kualitas air dan kinerja produksi pada udang vaname. Hal tersebut
ditandai dengan adanya penurunan kualitas air budidaya terutama pada parameter
kimia dan biologi berupa pH, alkalinitas, serta kelimpahan koloni Vibrio sp..
Terlihat rendahnya biomassa akhir, bobot akhir individu, pertumbuhan bobot
mutlak, serta laju pertumbuhan spesifik, pemanfaatan pakan kurang efisien yang
ditandai dengan nilai rasio konversi pakan yang cenderung tinggi. Perubahan
aktivitas respons imun dan antioksidan terjadi akibat adanya stres lingkungan, serta
ditemukan kerusakan pada gambaran organ hepatopankreas dan usus. Kualitas air
yang menurun menyebabkan stres pada udang yang dapat mempengaruhi
produktivitas budidaya. Berdasarkan hasil penelitian ini penting untuk dilakukan
pengelolaan kualitas air, seperti pergantian air budidaya sebelum kelimpahan
Oscillatoria sp. mencapai 105. The high demand for Litopenaeus vannamei (whiteleg shrimp) has led to
increased shrimp production across nearly all parts of the world, including
Indonesia. To achieve higher yields, stocking densities have been increased, and
intensive to super-intensive systems are commonly adopted in modern shrimp
farming practices. These intensive systems rely heavily on artificial feeds to support
shrimp growth throughout the cultivation process. However, this approach has
resulted in the accumulation of feed waste at the pond bottom. The presence of
residual feed waste on the pond floor contributes to fluctuations in water quality,
leading to an imbalance between organic and inorganic components within the
aquaculture environment. This water quality dynamic creates favourable conditions
for the proliferation of cyanobacteria, also known as blue-green algae (BGA).
Cyanobacteria can be morphologically classified and grouped into various
orders, including Chroococcales, Gloeobacterales, Nostocales, Oscillatoriales,
Pleurocapsales, Spirulinales, and Synechococcales. Among them, Oscillatoria
species often dominate the phytofitoplankton community in several aquatic regions
of Java. According to data obtained from PT. Indonusa Yudha Perwita in Indramayu
over four cultivation cycles, Oscillatoria spp. consistently dominated the culture
medium. Similarly, data from previous cycles at PT. Sumur Unggul Persada also
showed the dominance of Oscillatoria spp. in shrimp pond environments. The
dominance of BGA in shrimp culture media has shown a positive correlation with
disease outbreaks. An increase in BGA populations hinders the survival of various
other phytoplankton species by outcompeting them for essential nutrients. BGA can
thrive in unfavourable environmental conditions due to its ability to utilize CO2
during photosynthesis to produce oxygen, as well as convert atmospheric nitrogen
(N2) into more bioavailable forms through nitrogen fixation.
This study aims to evaluate the relationship between the abundance of BGA,
specifically Oscillatoria sp., and aquaculture water quality, shrimp growth
performance, immune response activity, and antioxidant levels in L.vannamei. The
study is expected to provide insights into the safe threshold levels of Oscillatoria
sp. abundance and its interactions with various water quality parameters. These
findings will serve as a foundation for water management strategies in shrimp farms
to enhance aquaculture productivity. The research was conducted from July 2024
to November 2024. Water sampels containing phytoplankton were collected from
PT. Indonusa Yudha Perwita, Indramayu, West Java, and PT. Sumur Unggul
Persada, Banten, West Java. Experimental shrimp cultivation at the Mariculture
Laboratory, IPB University, while Oscillatoria sp. cultures was maintained at the
Environmental Biology Laboratory, IPB University. Water quality analysis was
performed at the Aquaculture Environmental Laboratory, IPB University,
histological analysis at the Pathology Laboratory, SKHB, IPB University, and
shrimp health status assessment at the Aquatic Organism Health Laboratory, IPB
University.
This study was conducted in two stages: the isolation and culture of
Oscillatoria sp., and the cultivation of L.vannamei in containers supplemented with
Oscillatoria sp. The isolation and culturing processes were carried out in a
controlled laboratory setting with the aim of producing a pure Oscillatoria sp.
inoculum to be used as a test material in the subsequent experimental phase. The
purpose of shrimp cultivation in containers supplemented with Oscillatoria sp. was
to evaluate the impact of Oscillatoria sp. abundance on water quality and shrimp
production performance, using several parameters including water quality
(chemical, physical, and biological), shrimp health status, and antioxidant activity.
The research design follows a Complete Random Design (CRD) with four
treatments and three replicates: P0 (control, no Oscillatoria sp. addition), P4
(seawater + Oscillatoria sp. at 104 cells mL?¹), P5 (seawater + Oscillatoria sp. at
105 cells mL?¹), and P6 (seawater + Oscillatoria sp. at 106 cells mL?¹). Data analysis
includes survival rate, feed conversion ratio (FCR), specific growth rate (SGR),
descriptive analysis, total hemocyte count (THC), phytoplankton diversity index,
comparative and advanced comparative analysis, correlation analysis, and
multivariate dendrogram analysis.
The results of this study indicate that the presence of Oscillatoria sp. affects
water quality and the production performance of L.vannamei. This is evidenced by
a decline in water quality, particularly in chemical and biological parameters such
as pH, alkalinity, and the abundance of Vibrio sp. colonies. A decrease was also
observed in final biomass, individual final weight, absolute weight gain, and
specific growth rate. Feed utilization was less efficient, as indicated by a tendency
toward higher feed conversion ratios. Changes in immune response activity and
antioxidant levels occurred as a result of environmental stress, and tissue damage
was observed in the histological structure of the hepatopancreas and intestine. The
deterioration of water quality caused stress in the shrimp, which negatively
impacted aquaculture productivity. Based on the findings of this study, it is essential
to implement effective water quality management. Water exchange in the culture
system should be carried out before the abundance of Oscillatoria sp. reaches 105
individuals each milliliter.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
