Rekayasa Proses Degumming Enzimatis-Alkali Pada Serat Rami Untuk Aplikasi Bahan Baku Tekstil
Abstract
Berdasarkan sumber bahan bakunya, serat tekstil dikelompokkan menjadi
serat sintetik dan serat alam. Umumnya, serat sintetik berasal dari turunan minyak
bumi yang tidak terbarukan, sehingga sumber dayanya semakin terbatas.
Sedangkan, serat alam umumnya berasal dari hewan dan tumbuhan yang dapat
terbarukan. Serat kapas adalah salah satu serat alam yang memiliki karakteristik
nyaman, dan dapat menyerap air dengan baik. Sifat kapas tersebut membuat
permintaan pasar serat kapas semakin besar. Pasokan serat kapas di Indonesia
didominasi 99% oleh pasokan impor dari berbagai negara. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi aktivitas industri tekstil nasional ketika ada kendala rantai pasok,
sehingga dibutuhkan alternatif serat alam lainnya. Serat rami (Boehmeria nivea L.
Gaud) berpotensi sebagai alternatif serat kapas yang memiliki keunggulan seperti
kekuatan, tekstur, dan warna yang baik sehingga berkontribusi dalam mengurangi
ketergantungan impor serat kapas. Namun, serat rami memiliki kandungan gum
seperti lignin, hemiselulosa, pektin, wax, dan komponen lainnya yang lebih tinggi
dibandingkan serat kapas, sehingga dapat menurunkan kualitasnya sebagai serat
tekstil.
Proses penghilangan atau pengurangan gum pada serat rami disebut sebagai
proses degumming. Secara umum degumming dapat dilakukan secara fisik, kimiawi,
biologi, atau gabungan diantara metode tersebut. Metode secara fisik dapat
dilakukan dengan cepat. Degumming secara kimiawi dapat menghilangkan gum
secara efektif. Sedangkan secara enzimatis ramah lingkungan dan hemat energi.
Namun setiap metode memiliki kelemahan seperti metode secara fisik, dan biologi
belum optimal dalam penghilangan gum. Sedangkan, secara kimiawi menghasilkan
limbah yang berbahaya untuk lingkungan. Selain itu, berdasarkan tinjauan lapangan,
banyak limbah serat kusut yang dihasilkan yang disebabkan salah satunya karena
penghilangan gum serat rami yang belum optimal, sehingga Yield yang diperoleh
dari bahan baku awal tanaman rami menjadi lebih rendah yaitu sekitar 5%. Hal
tersebut menunjukkan perlunya strategi degumming yang lebih efektif, efisien, dan
ramah lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
proses ekstraksi serat rami melalui pre-treatment ultrasonikasi, degumming
enzimatis, dan alkali, baik proses yang dilakukan secara tunggal maupun kombinasi,
serta menganalisis karakteristik fisik dan kimia dari serat yang dihasilkan.
Metode degumming pada penelitian ini melibatkan tiga pendekatan utama
yaitu enzimatis, alkali, dan kombinasi keduanya yang diawali dengan pre-treatment
ultrasonikasi. Sebanyak 50 gram serat rami mentah direndam dalam akuades
dengan rasio 1:20 (B/B) dan diproses dengan sonikasi pada frekuensi 42 kHz
selama 30 menit pada suhu 40 °C. Degumming alkali dilakukan dengan merendam
serat dalam larutan NaOH berkonsentrasi 3% dan 4% pada suhu 90 °C dengan rasio
serat dan larutan 1:20 (B/B) selama 60, 90, dan 120 menit. Degumming enzimatis
dilakukan dengan merendam serat dengan rasio serat dan larutan 1:10 (B/B) dalam
larutan enzim dengan konsentrasi campuran enzim pektinase dan xilanase sebanyak
2% dari berat serat rami. Serat diinkubasi pada suhu 30 °C dan 40 °C dengan variasi
waktu 24, 48, dan 72 jam. Degumming kombinasi mengawali proses dengan
perlakuan enzimatis pada suhu 30°C selama 24 jam, kemudian dilanjutkan dengan
degumming alkali menggunakan konsentrasi NaOH 1% dengan variasi waktu 30,
40, dan 60 menit, serta diakhiri dengan proses pemutihan menggunakan larutan
hidrogen peroksida pada suhu 90 °C selama 60 menit.
Karakterisasi serat rami mencakup pengujian sifat fisik dan kimia, termasuk
analisis kuat tarik, rendemen, gum residu, kehalusan serat (fineness), dan indeks
putih. Analisis kimia meliputi identifikasi gugus fungsi dengan Fourier transform
infrared spectroscopy (FT-IR), analisis struktur kristal selulosa dengan X-Ray
diffraction (XRD), serta komposisi lignoselulosa menggunakan metode Van Soest.
Efek kavitasi dari ultrasonikasi mengganggu struktur ikatan lignoselulosa
serat rami secara fisik sehingga terdapat pengurangan gum residu. Selain itu, pre
treatment ultrasonikasi memperluas area permukaan serat rami yang dapat
meningkatkan efektivitas degumming. Proses menggunakan alkali menunjukkan
penghilangan gum yang paling efektif, dan peningkatan komposisi selulosa yang
paling tinggi. Konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu proses yang lebih lama dapat
menurunkan gum residu dan fineness yang semakin baik, namun dapat menurunkan
kuat tarik serat rami. Walaupun serat rami degumming enzimatis menunjukkan
penghilangan gum yang lebih sedikit dibandingkan serat rami yang diproses
menggunakan alkali, tetapi menghasilkan kuat tarik yang lebih baik, dan nilai
indeks putih yang menyerupai. Selain itu, perlakuan enzimatis memberikan
permukaan serat rami yang lebih seragam dibandingkan dengan perlakuan alkali
pada pengamatan morfologi menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
Berdasarkan indeks efektivitas degumming, perlakuan kombinasi dengan
perlakuan enzimatis pada suhu 30 °C selama 24 jam yang diikuti dengan
degumming alkali 1% selama 40 menit menghasilkan serat rami terbaik dengan
hasil pengukuran gum residu (8,72%), rendemen (75,95%), kuat tarik (1564,82
MPa), fineness (1,17 tex), dan indeks putih (53,08%). Degumming kombinasi juga
meningkatkan derajat kristalinitas berdasarkan hingga 48,28%. Pertimbangan
efisiensi energi, dan sifat fisik serta mekanis yang tidak berbeda nyata, kombinasi
degumming enzimatis selama 24 jam dengan degumming alkali 1% selama 30 menit
adalah metode optimal untuk meningkatkan kualitas serat rami sebagai bahan baku
tekstil. Pengurangan jumlah penggunaan alkali hingga 75% pada degumming
kombinasi dapat menurunkan potensi dampak lingkungan dan meningkatkan
efisiensi penggunaan air pada degumming serat rami.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2415]
