| dc.description.abstract | Kualitas air merupakan kunci dari kehidupan organisme perairan. Salah satu
parameter kualitas air yang umum diukur pada kegitan akuakultur adalah
kelimpahan fitoplankton. Pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien. Salah satu jenis nutrien yang memiliki peran
penting dalam pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton adalah N dan P.
Permasalahan yang terjadi pada budidaya udang vaname (L. vannamei) adalah air
mengandung limbah. Air limbah umumnya berasal dari limbah rumah tangga,
limbah perikanan, dll. Limbah tersebut dapat menaikan kandungan nutrien terutama
N dan P kedalam perairan yang dapat menyebabkan terjadinya Harmful algae
bloom (HAB). Akan tetapi, jika suatu perairan kekurangan kandungan N dan P,
maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton, hal ini dapat menyebabkan
kenaikan suhu perairan, penurunan DO dalam perairan dan dapat mempengaruhi
siklus rantai makan. Salah satu cara menekan kelimpahan fitoplankton dan
menekan pertumbuhan fitoplankton yang berbahaya dengan menjaga dan
memahami N:P rasio dalam perairan. Penelitian ini bertujuan menganalisis
pengaruh perbedaan N:P rasio terhadap keseimbangan fitoplankton dan
pertumbuhan udang vaname (L. vannamei).
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan tiga ulangan yaitu, Kontrol atau K (16:1), A (20:1), B (25:1), C (30:1)
dengan penambahan sumber N dan P sesuai dengan perlakuan yang akan diuji dan
dimasukkan kedalam air. Udang yang digunakan memiliki bobot rata-rata awal 3,51
± 0,07 gram/ekor dengan padat tebar disetiap wadah sebanyak 23 ekor. Pemberian
pakan udang dilakukan sebanyak 4 kali sehari (pagi, siang, sore, dan malam)
dengan dosis sebesar 7 % biomasa/hari serta menggunakan pakan berbentuk
crumble (remah). Pemeliharaan udang vaname (L. vannamei) dilakukan selama 30
hari. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan plankton, kelimpahan relatif,
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks keseragaman Evennes (E),
indeks dominansi (C), Total ammonia nitrogen (TAN), Nitrit, Nitrat, Fosfat
(Orthofosfat), tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, Total
Hemosit Count (THC), Histopatologi, dan kualitas air (suhu, pH, DO, salinitas).
Hasil uji dengan penambahan N:P rasio menunjukkan terjadinya peningkatan
kelimpahan fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton tertinggi mulai dari hari ke-7
sampai hari ke 28 didapat pada perlakuan C (30:1). Pengukuran kelimpahan relatif
fitoplankton pada hari ke 7 didominasi jenis Bacillariophyceae pada setiap
perlakuan. Hari ke-14 sampai hari ke-28 terjadi perubahan jenis fitoplankton yang
mendominasi, jenis fitoplankton tersebut adalah Cyanophyceae. Untuk indeks
keanekaragaman yang diberi perlakuan menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan A di hari ke 14 (2,10), indeks keseragaman yang diberi perlakuan
menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A di hari ke 14 (0,72), dan
indeks dominansi yang diberi perlakuan menunjukkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan B di hari ke 21 (0,14) yang artinya dengan pemberian N:P rasio dapat
mempengaruhi indeks keseragaman, keanekaragaman, dan dominansi fitoplankton.
Hasil uji dengan penambahan N:P rasio menunjukkan kandungan Total
Ammonia Nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, dan fosfat pada perairan perlakuan
menunjukkan pola fluktuatif selama pengamatan. Hari ke-0 kandungan TAN, nitrit,
dan nitrat menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05) yang artinya
dengan penambahan kandungan nitrogen dengan rasio yang berbeda dapat
mempengaruhi kandungan nitrogen dalam air. Kandungan fosfat pada hari ke-0
menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (P>0,05). Kandugan TAN terjadi
penurunan pada hari ke-7, Perlakuan Kontrol berbeda nyata dengan perlakuan A
dan B, namun tidak berbeda dengan perlakuan C (P<0,05). Pada hari ke-14,
kandungan TAN meningkat tanpa perbedaan nyata antar perlakuan (Kontrol, A, B
dan C) (P>0,05). Hari ke-21 hingga ke-28, TAN menurun dengan hasil yang juga
tidak berbeda nyata antar setiap perlakuan (P>0,05). Untuk kandungan nitrit, terjadi
peningkat pada hari ke-7 dan stabil hingga hari ke-28 tanpa perbedaan nyata antar
perlakuan (P>0,05). Untuk kandungan nitrat, terjadi penurunan pada hari ke-7,
Perlakuan Kontrol berbeda nyata dengan perlakuan A dan B, dan C (P<0,05). Hari
ke-14, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan C, namun tidak dengan A dan B
(P<0,05). Hari ke-21 hingga ke-28, kandungan nitrat tidak menunjukkan perbedaan
nyata antar setiap perlakuan (P>0,05). Untuk kandungan fosfat, menunjukkan pola
fluktuatif selama pengamatan mulai dari hari ke-7 hingga hari ke-28 Selama periode
tersebut, tidak ditemukan perbedaan nyata antar perlakuan, kecuali pada hari ke-28,
di mana perlakuan A berbeda nyata dengan C, namun tidak dengan kontrol dan B
(P<0,05).
Hasil uji dengan penambahan rasio N:P menunjukkan tingkat kelangsungan
hidup tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (40,58%), yang berbeda nyata
dibandingkan perlakuan A, B, dan C (P<0,05). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi
tercatat pada perlakuan A (2,85%), namun tidak terdapat perbedaan nyata antar
perlakuan (P>0,05). Total Hemocyte Count (THC) tertinggi ditemukan pada
perlakuan C (36,11 × 104 sel/mL), tetapi perbedaan antar perlakuan juga tidak
signifikan (P>0,05). Pengamatan histopatologi pada pancreas udang menunjukkan
adanya kerusakan jaringan pancreas pada udang yaitu vakuola dan nekrosis di
semua perlakuan (Kontrol, A, B, dan C).
Hasil uji dengan penambahan rasio N:P terhadap parameter suhu, salinitas,
dan DO masih berada pada kisaran optimum SNI. Namun, parameter pH pada
media pemeliharaan tidak berada pada kisaran optimum SNI. Hal ini diduga karena
terjadinya penguraian bahan organik dalam suatu perairan sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan pH air. | |