| dc.description.abstract | Konflik manusia-beruang madu (Helarctos malayanus) di Sumatra Barat
dipicu oleh hilangnya habitat alami dan interaksi negatif seperti kerusakan tanaman
pertanian yang dilakukan oleh beruang madu. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi faktor dan memetakan probabilitas konflik di Sumatera Barat.
MaxEnt digunakan untuk memprediksi wilayah konflik dan faktor penyebabnya.
Analisis 54 konflik dengan 8 variabel lingkungan menunjukkan jarak dari batas
kawasan konservasi, ketinggian, dan jarak dari pertanian sebagai faktor penting.
Seluas 3.269.393 hektar wilayah Sumatra Barat memiliki potensi konflik rendah,
192.683 hektar berisiko konflik, dan 39.849 hektar tergolong berpotensi konflik
tinggi. Manajemen konflik direkomendasikan berdasarkan kategori potensi konflik:
edukasi dan rambu peringatan untuk potensi rendah, penyediaan pakan alternatif
untuk potensi sedang, dan pembangunan zona penyangga untuk potensi tinggi.
Hasil pemodelan menunjukkan jarak dari batas kawasan konservasi, ketinggian,
dan jarak dari pertanian merupakan variabel penting yang mendefinisikan konflik
manusia-beruang madu. Hasil pemodelan menunjukkan jarak dari batas kawasan
konservasi, ketinggian, dan jarak dari pertanian merupakan variabel penting yang
mendefinisikan konflik manusia-beruang madu. | |