Analisis Perubahan Garis Pantai menggunakan Citra Sentinel-2A di Wilayah Pesisir Kebumen, Jawa Tengah

Abstract

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 13.466 pulau dan panjang garis pantai mencapai sekitar 81.000 km, memiliki dinamika lingkungan pesisir yang sangat kompleks, terutama di daerah-daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, seperti Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju perubahan garis pantai di Kabupaten Kebumen menggunakan teknologi penginderaan jauh, dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dan algoritma Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) pada citra satelit Sentinel-2. Metode DSAS digunakan untuk menghitung laju perubahan garis pantai dengan dua parameter utama, yaitu Net Shoreline Movement (NSM) dan Endpoint Rate (EPR), yang dapat mendeteksi abrasi dan akresi. Hasil analisis perubahan garis pantai menunjukkan terdapat pantai yang mengalami akresi dan abrasi. Abrasi tertinggi terjadi pada zona A di Kecamatan Ayah dengan jarak kemunduran garis pantai selama 9 tahun mencapai 114.80 m dan laju kemunduran garis pantai -14.29 m/th. Akresi tertinggi terjadi selama 9 tahun pada zona B di Kecamatan Buayan dengan jarak kemajuan garis pantai mencapai 210.31 m dan laju kemajuan garis pantai 26.17 m/th.

Indonesia, as an archipelagic country with more than 13,466 islands and a coastline stretched approximately 81,000 km, exhibited a highly complex coastal environmental conditions, especially in regions facing directly the Indian Ocean, such as Kebumen Regency in Central Java. The study aimed to analyze the rate of coastal line change in Kebumen Regency using remote sensing technology, specifically the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method and the Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) algorithm on Sentinel-2 satellite imagery. The DSAS method was used to calculate the rate of coastal line change with two main parameters, namely Net Shoreline Movement (NSM) and Endpoint Rate (EPR), which could detect erosion and accretion. The results from the DSAS method showed both positive and negative coastal line change values. Positive values indicated accretion, while negative values indicated erosion. The highest abrasion occurred in zone A in Ayah District with a coastline retreat distance over 9 years reaching 114.80 m and a coastline retreat rate of -14.29 m/yr. The highest accretion occurred during 9 years in zone B in Buayan District with a coastline advance distance of 210.31 m and a coastline advance rate of 26.17 m/yr.