Show simple item record

dc.contributor.advisorDwiriani, Cesilia Meti
dc.contributor.advisorKustiyah, Lilik
dc.contributor.authorIkhsyania, Nuria
dc.date.accessioned2025-03-31T23:12:32Z
dc.date.available2025-03-31T23:12:32Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161498
dc.description.abstractGangguan pertumbuhan terutama terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Berdasarkan pendekatan perilaku teori HBM, ibu akan memiliki motivasi yang lebih besar untuk mengambil tindakan pencegahan jika merasa rentan terhadap risiko kekurangan gizi pada anak-anak serta mempertimbangkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang yang mungkin timbul. Sebaliknya, memahami manfaat mencegah kekurangan gizi dan berusaha mengatasi hambatan untuk perilaku pencegahan dapat meningkatkan kemungkinan melakukan tindakan tersebut (Bhandari et al. 2004). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji dampak edukasi gizi interaktif menggunakan Instagram dengan pendekatan HBM terhadap pemberian MPASI bayi 6-12 bulan. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental study dengan rancangan pre test - post test control group. Subjek pada penelitian ini adalah ibu dengan bayi berusia 6-12 yang direkrut secara daring melalui berbagai komunitas, iklan berbayar di Instagram, serta jejaring kader Posyandu di Kota Bogor, dipilih secara sengaja atau purposive bulan dengan kriteria inklusi: ibu yang memiliki bayi/anak usia 6-12 bulan, dan berdomisili di Kota Bogor selama masa penelitian, ibu memiliki smartphone dengan kuota internet dalam masa penelitian, ibu bersedia mengunduh aplikasi dan memiliki akun Instagram, ibu bersedia mengikuti penelitian yang dinyatakan dengan mengisi informed consent, dan ibu bersedia tidak mengikuti edukasi terkait MPASI dari provider lain selama masa penelitian. Penelitian dilaksanakan pada 12 Agustus – 22 September 2024 dan telah lolos kaji etik dari Komisi Etik Penelitian yang Melibatkan Subjek Manusia Institut Pertanian Bogor dengan nomor 1384/IT3.KEPMSM-IPB/SK/2024. Penentuan jumlah minimal subjek menggunakan aplikasi G*Power 3.1.9.7. didasari hasil penelitian Khani et al. (2021) dan Diddana et al. (2018), sehingga diperolah jumlah ibu sebanyak 76 orang untuk kedua kelompok. Data yang dikumpulkan sebelum penelitian (baseline) meliputi karakteristik subjek (usia, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga per bulan, besar keluarga), karekteristik bayi (jenis kelamin, usia, urutan kelahiran), dan komponen HBM (penerimaan kerentanan, penerimaan keparahan, penerimaan manfaat, penerimaan hambatan, keyakinan diri, dan isyarat untuk bertindak), food recall 24 jam. Data setelah diberikan edukasi gizi (endline) meliputi komponen HBM dan food recall 24 jam, kemudian diambil data telusur lanjut (follow-up) food recall 24 jam 5 minggu setelah edukasi gizi selesai diberikan. Data dari kuesioner komponen HBM diberi skor dengan skala Likert 1-4 dan diolah menggunakan Microsoft Excel 2019 untuk mendapatkan skor pre-test dan post-test, kemudian menggunakan IBM Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 29.0 untuk analisis univariat (uji deskriptif), dan analisis bivariat (uji beda). Analisis univariat dilakukan untuk melihat sebaran karakteristik ibu, bayi dan sosial ekonomi demografi keluarga. Sebelum dilakukan analisis inferensia, dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya data dianalisis dengan uji beda, yaitu independent t test untuk membandingkan skor komponen HBM antar kelompok ii intervensi dan kelompok kontrol, dan paired t test untuk membandingkan skor sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi dalam masing- masing kelompok. Data food recall 3x24 jam kemudian diolah untuk mendapatkan data keragaman makan minimal (Minimum Dietary Diversity/MDD), frekuensi makan minimal (Minimum Meal Frequency/MMF), dan frekuensi minum susu minimal (Minimum Milk Feeding Frequency/MMFF). Data antropometri meliputi berat badan, panjang badan dan lingkar lengan atas diperoleh menggunakan timbangan bayi digital, baby length board dan pita lila. Hasil analisis menunjukkan usia ibu kelompok intervensi dan kelompok kontrol sedikit lebih banyak pada usia =35 tahun, namun perbedaan ini tidak signifikan. Lebih dari 50% bayi pada kedua kelompok berusia 6-8 bulan dan berjenis kelamin perempuan. Selain itu, lebih dari 50% bayi merupakan anak pertama atau kedua. Karakteristik pekerjaan ibu tidak menunjukkan perbedaan antara kedua kelompok. Tingkat pendidikan ibu yang tinggi menjadi karakteristik dominan pada kedua kelompok penelitian. Secara keseluruhan edukasi gizi dengan Instagram meningkatkan komponen HBM pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Peningkatan signifikan pada kedua kelompok untuk komponen penerimaan kerentanan, penerimaan keparahan, dan penerimaan manfaat (p<0,05), namun tidak untuk komponen penerimaan hambatan. Selain itu, kelompok intervensi dengan edukasi interaktif menunjukkan peningkatan signifikan dalam keyakinan diri dan isyarat untuk bertindak (p<0,05). Perbandingan antara kedua kelompok yang diberikan edukasi gizi menunjukkan kelompok yang diberi edukasi interaktif memiliki skor yang signifikan lebih tinggi dalam penerimaan kerentanan, penerimaan hambatan, dan isyarat untuk bertindak (p<0,05). Intervensi edukasi gizi interaktif pada penelitian ini secara signifikan meningkatkan keragaman makanan yang dikonsumsi bayi. Terdapat perbedaan signifikan pada skor MDD (p<0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi edukasi gizi, dan perbedaan signifikan pada skor MMF (p<0,05) antara kelompok intervensi yang diberi edukasi interaktif dan kelompok kontrol setelah diberikan edukasi gizi dan 5 minggu setelah edukasi gizi selesai. Dengan peningkatan keragaman makan minimal dan frekuensi makan minimal pada kedua kelompok, terdapat peningkatan dari kecukupan makan minimal (MAD) baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana sebelum diberikan edukasi gizi MAD kelompok intervensi dan kontrol adalah 29%, setelah diberikan edukasi gizi meningkat menjadi kelompok intervensi 76% dan kelompok kontrol 55%. Pemenuhan keragaman pangan minimum anak 6-12 bulan masih dapat dioptimalkan dengan menambah satu sampai dua porsi pangan kelompok protein hewani dan sayur serta buah kaya vitamin A, agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan sepanjang masa pertumbuhan. Edukasi gizi yang diberikan pada penelitian ini efektif meningkatkan praktik pemberian MPASI pada kedua kelompok yang ditandai dengan peningkatan berat badan, panjang badan, dan lingkar lengan (p<0,05) pada masing-masing kelompok setelah diberikan edukasi gizi, namun intervensi diskusi interaktif tidak memberikan perbedaan dengan selisih nilai yang lebih tinggi pada kelompok kontrol. Hal ini juga dapat disebabkan intervensi yang diberikan belum sampai mengarah ke penilaian status gizi.
dc.description.abstractGrowth disorders mainly occur in the first two years of life. Based on the behavioral approach of HBM theory, mothers will have greater motivation to take preventive measures if they feel vulnerable to the risk of malnutrition in children and consider the short-term and long-term complications that may arise. Conversely, understanding the benefits of preventing malnutrition and overcoming barriers to preventive behavior can increase the likelihood of taking such action (Bhandari et al., 2004). Therefore, this study aims to examine the impact of interactive nutrition education using Instagram with the HBM approach on providing complementary feeding for babies aged 6-12 months. This study used a quasi-experimental design with a pretest - posttest control group. The subjects in this study were mothers with babies aged 6-12 who were recruited online through various communities, paid advertisements on Instagram, and Posyandu cadre networks in Bogor City, selected purposively with inclusion criteria: mothers who have babies aged 6-12 months, and domiciled in Bogor City during the study period, have smartphones with internet quota during the study period, willing to download the application and have an Instagram account, willing to participate in the study as stated by filling out an informed consent, and willing not to participate in education related to MPASI from other providers during the study period. The study was conducted from August 12 - September 22, 2024, and has passed the ethical review of the Research Ethics Commission Involving Human Subjects, Bogor Agricultural University, with number 1384 / IT3.KEPMSM-IPB / SK / 2024. Determination of the minimum number of subjects using the G * Power 3.1.9.7 application. Based on the results of the study by Khani et al. (2021) and Diddana et al. (2018), the number of mothers was 76 people for both groups. Data collected before the study (baseline) included subject characteristics (age, education, employment status, monthly family income, family size), infant characteristics (gender, age, birth order), and HBM components (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, and cues to action), 24-hour food recall. Data after being given nutrition education (endline) included HBM components and 24-hour food recall; follow-up data was taken on 24-hour food recall 5 weeks after the nutrition education was completed. Data from the HBM component questionnaire were scored on a Likert scale of 1-4 and processed using Microsoft Excel 2019 to obtain pre-test and post-test scores, then using IBM Statistical Program for Social Sciences (SPSS) version 29.0 for univariate analysis (descriptive test), and bivariate analysis (difference test). Univariate analysis was carried out to see the distribution of the family's maternal, infant, and socio-economic demographic characteristics. Before the inferential analysis, data normality was tested using the Kolmogorov-Smirnov test. Furthermore, the data were analyzed using different tests: an independent t-test to compare HBM component scores between the intervention group and the control group and a paired t-test to compare scores before and after being given nutrition iv education in each group. The 3x24-hour food recall data were then processed to obtain data on Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF), and Minimum Milk Feeding Frequency (MMFF). Anthropometric data were obtained using digital baby scales, baby length boards, and lila tape, including body weight, body length, and upper arm circumference. The analysis showed that the mothers' age in the intervention group and the control group was slightly higher at =35 years, but this difference was not significant. More than 50% of babies in both groups were 6-8 months old and female. In addition, more than 50% of babies were their first or second child. The characteristics of maternal employment did not show any differences between the two groups. High maternal education levels were the dominant characteristics in both study groups. Overall, nutrition education with Instagram increased the scores of the six HBM components in both the intervention and control groups. The increase was significant in both groups for the components of perceived susceptibility, perceived severity, and perceived benefit (p<0.05) but not for the perceived barrier. In addition, the intervention group with interactive education showed a significant increase in self-efficacy and cues to action (p<0.05), but not in the control group. Comparison between the two groups given nutrition education showed that the group given interactive education had significantly higher scores in perceived susceptibility, perceived barrier, and cues to action (p<0.05). This study showed that interactive nutrition education intervention significantly increased the diversity of food infants consume. There was a significant difference in MDD scores (p<0.05) between the intervention group and the control group after being given nutrition education intervention, and a significant difference in MMF scores (p<0.05) between the intervention group given interactive education and the control group after being given nutrition education and 5 weeks after the completion of nutrition education. With the increase in MDD and MMF in both groups, there was an increase in Minimum Acceptable Diet (MAD) in both the intervention group and the control group, where before being given nutrition education, the MAD of the intervention and control groups was 29%, after being given nutrition education it increased to the intervention group 76% and the control group 55%. Optimizing of MDD for children aged 6-12 months can still be optimized by adding one to two portions of animal protein, vegetables, and fruits rich in vitamin A to meet the nutritional needs needed throughout the growth period. Nutrition education in this study effectively improved the practice of providing complementary feeding in both groups, which was indicated by a significant increase in body weight, body length, and upper arm circumference (p<0.05) in each group before and after nutrition education. However, the interactive discussion intervention did not provide a difference with a higher value difference in the control group. This may also be due to the intervention not yet leading to an assessment of nutritional status.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengaruh Intervensi Edukasi Gizi Interaktif melalui Instagram dengan Pendekatan HBM terhadap Praktik Pemberian MPASI Bayi 6- 12 Bulanid
dc.title.alternativeThe Effect of Interactive Nutrition Education Intervention via Instagram with the HBM Approach on the Practice of Providing Complementary Food for Infants Aged 6-12 Months
dc.typeTesis
dc.subject.keywordedukasi giziid
dc.subject.keywordHBMid
dc.subject.keywordpraktik pemberian MPASIid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record