Pengaruh Intervensi Edukasi Gizi Interaktif melalui Instagram dengan Pendekatan HBM terhadap Praktik Pemberian MPASI Bayi 6- 12 Bulan
Date
2025Author
Ikhsyania, Nuria
Dwiriani, Cesilia Meti
Kustiyah, Lilik
Metadata
Show full item recordAbstract
Gangguan pertumbuhan terutama terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.
Berdasarkan pendekatan perilaku teori HBM, ibu akan memiliki motivasi yang
lebih besar untuk mengambil tindakan pencegahan jika merasa rentan terhadap
risiko kekurangan gizi pada anak-anak serta mempertimbangkan komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang yang mungkin timbul. Sebaliknya, memahami manfaat
mencegah kekurangan gizi dan berusaha mengatasi hambatan untuk perilaku
pencegahan dapat meningkatkan kemungkinan melakukan tindakan tersebut
(Bhandari et al. 2004). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji dampak
edukasi gizi interaktif menggunakan Instagram dengan pendekatan HBM terhadap
pemberian MPASI bayi 6-12 bulan.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental study dengan
rancangan pre test - post test control group. Subjek pada penelitian ini adalah ibu
dengan bayi berusia 6-12 yang direkrut secara daring melalui berbagai komunitas,
iklan berbayar di Instagram, serta jejaring kader Posyandu di Kota Bogor, dipilih
secara sengaja atau purposive bulan dengan kriteria inklusi: ibu yang memiliki
bayi/anak usia 6-12 bulan, dan berdomisili di Kota Bogor selama masa penelitian,
ibu memiliki smartphone dengan kuota internet dalam masa penelitian, ibu bersedia
mengunduh aplikasi dan memiliki akun Instagram, ibu bersedia mengikuti
penelitian yang dinyatakan dengan mengisi informed consent, dan ibu bersedia
tidak mengikuti edukasi terkait MPASI dari provider lain selama masa penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada 12 Agustus – 22 September 2024 dan telah lolos kaji
etik dari Komisi Etik Penelitian yang Melibatkan Subjek Manusia Institut Pertanian
Bogor dengan nomor 1384/IT3.KEPMSM-IPB/SK/2024. Penentuan jumlah
minimal subjek menggunakan aplikasi G*Power 3.1.9.7. didasari hasil penelitian
Khani et al. (2021) dan Diddana et al. (2018), sehingga diperolah jumlah ibu
sebanyak 76 orang untuk kedua kelompok.
Data yang dikumpulkan sebelum penelitian (baseline) meliputi karakteristik
subjek (usia, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga per bulan, besar
keluarga), karekteristik bayi (jenis kelamin, usia, urutan kelahiran), dan komponen
HBM (penerimaan kerentanan, penerimaan keparahan, penerimaan manfaat,
penerimaan hambatan, keyakinan diri, dan isyarat untuk bertindak), food recall 24
jam. Data setelah diberikan edukasi gizi (endline) meliputi komponen HBM dan
food recall 24 jam, kemudian diambil data telusur lanjut (follow-up) food recall 24
jam 5 minggu setelah edukasi gizi selesai diberikan. Data dari kuesioner komponen
HBM diberi skor dengan skala Likert 1-4 dan diolah menggunakan Microsoft Excel
2019 untuk mendapatkan skor pre-test dan post-test, kemudian menggunakan IBM
Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 29.0 untuk analisis univariat
(uji deskriptif), dan analisis bivariat (uji beda). Analisis univariat dilakukan untuk
melihat sebaran karakteristik ibu, bayi dan sosial ekonomi demografi keluarga.
Sebelum dilakukan analisis inferensia, dilakukan uji normalitas data menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya data dianalisis dengan uji beda, yaitu
independent t test untuk membandingkan skor komponen HBM antar kelompok
ii
intervensi dan kelompok kontrol, dan paired t test untuk membandingkan skor
sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi dalam masing- masing kelompok. Data
food recall 3x24 jam kemudian diolah untuk mendapatkan data keragaman makan
minimal (Minimum Dietary Diversity/MDD), frekuensi makan minimal (Minimum
Meal Frequency/MMF), dan frekuensi minum susu minimal (Minimum Milk
Feeding Frequency/MMFF). Data antropometri meliputi berat badan, panjang
badan dan lingkar lengan atas diperoleh menggunakan timbangan bayi digital, baby
length board dan pita lila.
Hasil analisis menunjukkan usia ibu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sedikit lebih banyak pada usia =35 tahun, namun perbedaan ini tidak
signifikan. Lebih dari 50% bayi pada kedua kelompok berusia 6-8 bulan dan
berjenis kelamin perempuan. Selain itu, lebih dari 50% bayi merupakan anak
pertama atau kedua. Karakteristik pekerjaan ibu tidak menunjukkan perbedaan
antara kedua kelompok. Tingkat pendidikan ibu yang tinggi menjadi karakteristik
dominan pada kedua kelompok penelitian. Secara keseluruhan edukasi gizi dengan
Instagram meningkatkan komponen HBM pada kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol. Peningkatan signifikan pada kedua kelompok untuk komponen
penerimaan kerentanan, penerimaan keparahan, dan penerimaan manfaat (p<0,05),
namun tidak untuk komponen penerimaan hambatan. Selain itu, kelompok
intervensi dengan edukasi interaktif menunjukkan peningkatan signifikan dalam
keyakinan diri dan isyarat untuk bertindak (p<0,05). Perbandingan antara kedua
kelompok yang diberikan edukasi gizi menunjukkan kelompok yang diberi edukasi
interaktif memiliki skor yang signifikan lebih tinggi dalam penerimaan kerentanan,
penerimaan hambatan, dan isyarat untuk bertindak (p<0,05).
Intervensi edukasi gizi interaktif pada penelitian ini secara signifikan
meningkatkan keragaman makanan yang dikonsumsi bayi. Terdapat perbedaan
signifikan pada skor MDD (p<0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol setelah diberikan intervensi edukasi gizi, dan perbedaan signifikan pada
skor MMF (p<0,05) antara kelompok intervensi yang diberi edukasi interaktif dan
kelompok kontrol setelah diberikan edukasi gizi dan 5 minggu setelah edukasi gizi
selesai. Dengan peningkatan keragaman makan minimal dan frekuensi makan
minimal pada kedua kelompok, terdapat peningkatan dari kecukupan makan
minimal (MAD) baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana
sebelum diberikan edukasi gizi MAD kelompok intervensi dan kontrol adalah 29%,
setelah diberikan edukasi gizi meningkat menjadi kelompok intervensi 76% dan
kelompok kontrol 55%. Pemenuhan keragaman pangan minimum anak 6-12 bulan
masih dapat dioptimalkan dengan menambah satu sampai dua porsi pangan
kelompok protein hewani dan sayur serta buah kaya vitamin A, agar dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan sepanjang masa pertumbuhan.
Edukasi gizi yang diberikan pada penelitian ini efektif meningkatkan praktik
pemberian MPASI pada kedua kelompok yang ditandai dengan peningkatan berat
badan, panjang badan, dan lingkar lengan (p<0,05) pada masing-masing kelompok
setelah diberikan edukasi gizi, namun intervensi diskusi interaktif tidak
memberikan perbedaan dengan selisih nilai yang lebih tinggi pada kelompok
kontrol. Hal ini juga dapat disebabkan intervensi yang diberikan belum sampai
mengarah ke penilaian status gizi. Growth disorders mainly occur in the first two years of life. Based on the
behavioral approach of HBM theory, mothers will have greater motivation to take
preventive measures if they feel vulnerable to the risk of malnutrition in children
and consider the short-term and long-term complications that may arise. Conversely,
understanding the benefits of preventing malnutrition and overcoming barriers to
preventive behavior can increase the likelihood of taking such action (Bhandari et
al., 2004). Therefore, this study aims to examine the impact of interactive nutrition
education using Instagram with the HBM approach on providing complementary
feeding for babies aged 6-12 months.
This study used a quasi-experimental design with a pretest - posttest control
group. The subjects in this study were mothers with babies aged 6-12 who were
recruited online through various communities, paid advertisements on Instagram,
and Posyandu cadre networks in Bogor City, selected purposively with inclusion
criteria: mothers who have babies aged 6-12 months, and domiciled in Bogor City
during the study period, have smartphones with internet quota during the study
period, willing to download the application and have an Instagram account, willing
to participate in the study as stated by filling out an informed consent, and willing
not to participate in education related to MPASI from other providers during the
study period. The study was conducted from August 12 - September 22, 2024, and
has passed the ethical review of the Research Ethics Commission Involving Human
Subjects, Bogor Agricultural University, with number 1384 / IT3.KEPMSM-IPB /
SK / 2024. Determination of the minimum number of subjects using the G * Power
3.1.9.7 application. Based on the results of the study by Khani et al. (2021) and
Diddana et al. (2018), the number of mothers was 76 people for both groups.
Data collected before the study (baseline) included subject characteristics
(age, education, employment status, monthly family income, family size), infant
characteristics (gender, age, birth order), and HBM components (perceived
susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy,
and cues to action), 24-hour food recall. Data after being given nutrition education
(endline) included HBM components and 24-hour food recall; follow-up data was
taken on 24-hour food recall 5 weeks after the nutrition education was completed.
Data from the HBM component questionnaire were scored on a Likert scale of 1-4
and processed using Microsoft Excel 2019 to obtain pre-test and post-test scores,
then using IBM Statistical Program for Social Sciences (SPSS) version 29.0 for
univariate analysis (descriptive test), and bivariate analysis (difference test).
Univariate analysis was carried out to see the distribution of the family's maternal,
infant, and socio-economic demographic characteristics. Before the inferential
analysis, data normality was tested using the Kolmogorov-Smirnov test.
Furthermore, the data were analyzed using different tests: an independent t-test to
compare HBM component scores between the intervention group and the control
group and a paired t-test to compare scores before and after being given nutrition
iv
education in each group. The 3x24-hour food recall data were then processed to
obtain data on Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency
(MMF), and Minimum Milk Feeding Frequency (MMFF). Anthropometric data
were obtained using digital baby scales, baby length boards, and lila tape, including
body weight, body length, and upper arm circumference.
The analysis showed that the mothers' age in the intervention group and the
control group was slightly higher at =35 years, but this difference was not
significant. More than 50% of babies in both groups were 6-8 months old and
female. In addition, more than 50% of babies were their first or second child. The
characteristics of maternal employment did not show any differences between the
two groups. High maternal education levels were the dominant characteristics in
both study groups. Overall, nutrition education with Instagram increased the scores
of the six HBM components in both the intervention and control groups. The
increase was significant in both groups for the components of perceived
susceptibility, perceived severity, and perceived benefit (p<0.05) but not for the
perceived barrier. In addition, the intervention group with interactive education
showed a significant increase in self-efficacy and cues to action (p<0.05), but not
in the control group. Comparison between the two groups given nutrition education
showed that the group given interactive education had significantly higher scores
in perceived susceptibility, perceived barrier, and cues to action (p<0.05).
This study showed that interactive nutrition education intervention
significantly increased the diversity of food infants consume. There was a
significant difference in MDD scores (p<0.05) between the intervention group and
the control group after being given nutrition education intervention, and a
significant difference in MMF scores (p<0.05) between the intervention group
given interactive education and the control group after being given nutrition
education and 5 weeks after the completion of nutrition education. With the increase
in MDD and MMF in both groups, there was an increase in Minimum Acceptable
Diet (MAD) in both the intervention group and the control group, where before
being given nutrition education, the MAD of the intervention and control groups
was 29%, after being given nutrition education it increased to the intervention group
76% and the control group 55%. Optimizing of MDD for children aged 6-12 months
can still be optimized by adding one to two portions of animal protein, vegetables,
and fruits rich in vitamin A to meet the nutritional needs needed throughout the
growth period.
Nutrition education in this study effectively improved the practice of
providing complementary feeding in both groups, which was indicated by a
significant increase in body weight, body length, and upper arm circumference
(p<0.05) in each group before and after nutrition education. However, the
interactive discussion intervention did not provide a difference with a higher value
difference in the control group. This may also be due to the intervention not yet
leading to an assessment of nutritional status.
Collections
- MT - Human Ecology [2270]