Pemetaan Risiko Banjir dan Arahan Mitigasi di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar
Date
2025Author
Bunga, Brigitta Audrynne Rombe
Barus, Baba
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Kecamatan Biringkanaya menghadapi persoalan banjir yang parah dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai pusat perkotaan yang baru di Kota Makassar, dampak banjir terhadap kawasan ini sangat terasa baik kerugian materiil maupun non-materiil. Pemetaan risiko banjir menjadi langkah awal yang perlu dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab risiko banjir yang tinggi. Selain itu, sebaran wilayah yang teridentifikasi mengalami banjir dapat diketahui dengan baik. Pemanfaatan teknologi yang berkembang saat ini tentunya akan memudahkan identifikasi risiko yang bersifat real-time. Sementara itu, identifikasi risiko merupakan sebuah pondasi dalam menyusun arahan mitigasi yang nantinya bertujuan untuk menurunkan risiko banjir itu sendiri. Penyusunan arahan mitigasi adalah sesuatu yang bersifat kompleks tidak cukup hanya pada analisis risiko yang berbasis fisik wilayah, tetapi juga variabel sosial perlu untuk diperhitungkan. Penilaian persepsi risiko dilakukan untuk menggambarkan bagaimana masyarakat memandang banjir itu sendiri untuk nantinya menjadi acuan dalam penyusunan arahan mitigasi. Terakhir pada penelitian ini dilakukan evaluasi kesesuaian pola ruang untuk menentukan kawasan yang menjadi prioritas dalam implementasi arahan mitigasi.
Dalam menilai risiko banjir, terdapat 2 (dua) komponen utama yang harus dianalisis, yakni bahaya dan kerentanan. Bahaya dianalisis dengan terlebih dahulu memetakan sebaran genangan menggunakan Citra Sentinel-1 SAR lalu dilanjutkan dengan menentukan kawasan yang rawan menggunakan frequency ratio. Sementara itu, penilaian kerentanan dilakukan dengan menentukan indeks kerentanan banjir, yaitu menggabungkan beberapa indikator yang memiliki pengaruh untuk menentukan tingkat kerentanan suatu wilayah. Pemilihan indikator berdasarkan studi literatur dan ketersediaan data, yang selanjutnya dapat direduksi menjadi sebuah dimensi yang di dalamnya terdiri atas gabungan indikator yang saling berkorelasi satu sama lain. Pendekatan Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk mereduksi serta menentukan tingkat kepentingan setiap dimensi dengan pembobotan yang hasil akhirnya akan mencerminkan tingkat kerentanan pada suatu wilayah.
Selanjutnya penilaian persepsi risiko banjir berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden. Persepsi risiko banjir dibangun berdasarkan 3 (tiga) variabel yaitu fear of risk, preparedness and awareness, dan terakhir government trust. Penilaian ini dilakukan untuk melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap kejadian banjir dan menjadi sebuah acuan dalam merumuskan arahan mitigasi. Kemudian, dilakukan evaluasi pola ruang untuk menentukan arahan penggunaan ruang serta perumusan arahan mitigasi yang dihasilkan melalui pendekatan strength, weakness, opportunities, threats (SWOT).
Hasil penilaian risiko banjir diperoleh beberapa kawasan yang termasuk dalam risiko tinggi, yakni Kelurahan Paccerakkang, Sudiang, Laikang, dan Katimbang. Adapun kawasan yang termasuk risiko sedang yaitu Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia, yang terletak di garis pantai. Penilaian ini menjadi gambaran terkait kawasan mana saja yang menjadi prioritas untuk segera dilakukan tindakan mitigasi.
Kemudian hasil penilaian persepsi risiko masyarakat terhadap variabel fear of risk menunjukkan bahwa masyarakat terkhusus yang telah terdampak banjir memiliki nilai persepsi risiko yang tinggi. Mereka mengetahui dan tetap khawatir akan kemungkinan terjadinya banjir di kawasan permukiman mereka. Namun di satu sisi, pada variabel prepared and awareness, pengalaman mereka terhadap banjir telah membuat mereka mempersiapkan diri dengan baik untuk dapat menghadapi banjir. Meskipun tidak dipungkiri bahwa kerugian akibat banjir pasti ada namun mereka telah berhasil untuk meminimalisir dampak kejadian banjir dalam kehidupan mereka. Dan pada variabel government trust, masyarakat terdampak banjir memberi penilaian positif terhadap kinerja pemerintah dalam proses evakuasi banjir. Meskipun kebijakan mitigasi pemerintah masih belum terlihat dampaknya tetapi dengan adanya bantuan fisik dan moril oleh pemerintah saat terjadi banjir, masyarakat hampir sepenuhnya puas dengan kinerja pemerintah.
Setelah identifikasi risiko dan penilaian persepsi risiko, perumusan arahan mitigasi untuk kawasan yang berisiko banjir ditentukan. Strategi terbaik dan cocok untuk lokasi penelitian adalah strategi turnaround yang merupakan pemanfaatan peluang eksternal untuk dapat meminimalisir kelemahan internal dari lokasi penelitian. Strategi ini akan fokus pada upaya memaksimalkan peluang yang dimiliki wilayah agar kelemahan wilayah tidak menjadi hambatan dalam upaya penurunan risiko banjir. Kawasan prioritas mitigasi ditentukan berdasarkan hasil kesesuaian pola ruang dengan mengidentifikasi faktor risiko penyebab ketidaksesuaian. Kawasan I adalah kawasan yang pola ruangnya tidak sesuai disebabkan karena bahaya banjir yang tinggi di area tersebut. Untuk itu arahan mitigasinya lebih bersifat struktural diantaranya penyediaan RTH, revitalisasi dan normalisasi drainase, dan penyediaan fasilitas evakuasi. Sedangkan Kawasan II merupakan kawasan dengan ditemukan banyak rencana pola ruang yang tidak sesuai akibat keberadaan bahaya banjir dan diikuti oleh tingkat kerentanan wilayah yang tinggi. Sehingga, arahan mitigasi pada kawasan ini fokus pada mitigasi struktural dan non-struktural. Mitigasi non-struktural yang dimaksud berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat seperti program edukasi, pelatihan, sosialisasi, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pemberian insentif bagi masyarakat terdampak banjir.
Penelitian ini menekankan pentingnya integrasi aspek fisik dan sosial dalam menentukan upaya mitigasi banjir. Dengan menggabungkan pemetaan risiko banjir, penilaian persepsi masyarakat, serta evaluasi kesesuaian pola ruang, strategi mitigasi yang lebih efektif dan terarah dapat dikembangkan untuk mengurangi risiko banjir di Kecamatan Biringkanaya.
Collections
- MT - Agriculture [3853]