Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwakusuma, Wahyu
dc.contributor.advisorWahjunie, Enni Dwi
dc.contributor.authorSaputro, Muhamad Kebad
dc.date.accessioned2025-03-22T01:40:20Z
dc.date.available2025-03-22T01:40:20Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161469
dc.description.abstractDesa Tejamulya didominasi oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, terutama pada lahan tegalan. Lahan tegalan merupakan lahan kering yang pengairannya tergantung pada curah hujan tanpa irigasi yang teratur. Kesuburan tanahnya rendah dan rentan terhadap degradasi. Ketahanan penetrasi tanah merupakan sifat tanah yang menggambarkan mudah tidaknya tanah untuk ditembus benda atau akar tanaman dan menjadi petunjuk pemadatan tanah. Sampai tahap tertentu kepadatan tanah dapat dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah dan tingkat kemiringan lahan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis ketahanan penetrasi tanah pada lahan tegalan di berbagai kemiringan lereng dilakukan di Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Pengamatan ketahanan penetrasi tanah dan pengambilan sampel tanah untuk penetapan sifat-sifat tanah dilakukan pada lahan pertanian dengan kemiringan lereng 15-25% (LD), 25-40% (LE), dan > 40% (LF), serta lahan hutan sebagai pembanding dengan kemiringan lereng 15-25% (LH). Pengukuran ketahanan penetrasi tanah dan pengambilan sampel dilakukan pada dua kedalaman, yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm, dengan tiga kali ulangan di setiap lokasi. Sifat fisik tanah, seperti kandungan C- organik, bobot isi, dan stabilitas agregat tanah sangat mempengaruhi nilai ketahanan penetrasi tanah. Semakin tinggi kandungan C-organik, ketahanan penetrasi tanah cenderung menurun. Berbeda dengan bobot isi tanah, semakin tinggi bobot isi tanah ketahanan penetrasi tanah meningkat. Ketahanan penetrasi tanah pada kedalaman 0-30 cm lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 30-60 cm. Semakin curam lereng, nilai ketahanan penetrasi tanah pada kedua kedalaman tersebut cenderung meningkat. Hal itu terjadi karena pada lereng yang curam telah terjadi pengikisan lapisan atas tanah sehingga menyisakan tanah lapisan bawah, dimana kepadatan tanah pada tanah lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan tanah lapisan atas. Responsivitas ketahanan penetrasi tanah terhadap kadar air tanah paling tinggi yaitu di lahan tegalan pada lereng >40% (LF) kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm sebesar -0,06 dan - 0,05 yang berarti peningkatan kadar air dapat menurunkan sebesar 0,06 dan 0,05 kg/cm² ketahanan penetrasi tanah.
dc.description.abstractTejamulya Village is dominated by people who depend on the agricultural sector for their livelihood, especially on dry land. Dry land is dry land whose irrigation depends on rainfall without regular irrigation. Its soil fertility is low and is susceptible to degradation. Soil penetration resistance is a soil property that describes how easily the soil is penetrated by objects or plant roots and is an indication of soil compaction. To a certain extent, soil density can be influenced by the method of soil processing and the slope of the land. The study aimed to analyze soil penetration resistance on dry land at various slopes was conducted in Tejamulya Village, Argapura District, Majalengka Regency. Observations of soil penetration resistance and soil sampling for determining soil properties were carried out on agricultural land with slopes of 15-25% (LD), 25-40% (LE), and > 40% (LF), as well as forest land as a comparison with a slope of 15-25% (LH). Soil penetration resistance measurements and sampling were carried out at two depths, namely 0-30 cm and 30-60 cm, with three replications at each location. The physical properties of the soil, such as C-organic content, bulk density, and soil aggregate stability greatly affect the value of soil penetration resistance. The higher the C-organic content, the soil penetration resistance tends to decrease. In contrast to soil bulk density, the higher the soil bulk density, the soil penetration resistance increases. Soil penetration resistance at a depth of 0-30 cm is lower than at a depth of 30-60 cm. The steeper the slope, the soil penetration resistance value at both depths tends to increase. This happens because on steep slopes there has been erosion of the topsoil, leaving the lower layer of soil, where the soil density in the lower layer of soil is higher than the upper layer of soil. The highest responsiveness of soil penetration resistance to soil water content is in dry land on slopes >40% (LF) at depths of 0-30 cm and 30-60 cm of -0.06 and -0.05, which means that increasing water content can reduce soil penetration resistance by 0.06 and 0.05 kg/cm²
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKetahanan Penetrasi Tanah pada Lahan Tegalan Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.id
dc.title.alternativeSoil Penetration Resistance on Dry Land in Tejamulya Village, Argapura District, Majalengka Regency.
dc.typeSkripsi
dc.subject.keywordkemiringan lerengid
dc.subject.keywordketahanan penetrasi tanahid
dc.subject.keywordslopeid
dc.subject.keywordtegalanid
dc.subject.keyworddry landid
dc.subject.keywordsoil penetration resistanceid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record