Karakteristik Semen Beku Domba dalam Pengencer dengan Lesitin Berbeda serta Kajian Kemampuan Fertilisasinya secara In Vitro
Date
2025Author
Damanik , Asman Ramadhan
Karja, Ni Wayan Kurniani
Setiadi, Mohamad Agus
Kaiin, Ekayanti Mulyawati
Metadata
Show full item recordAbstract
Lesitin dari sumber nabati, hewani, dan sintetis telah diidentifikasi sebagai pengencer yang potensial untuk mencegah kerusakan pada sperma akibat proses pembekuan. Evaluasi semen beku post thawing meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran dan kinematika sperma menggunakan Computer Assisted Sperm Analysis (CASA). Penilaian spermatozoa ditampilkan sebagai rata-rata±SD. Setiap percobaan diulang empat kali dan data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf nyata 95% dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan motilitas progresif sperma pada pengencer lesitin hewani (53,66%±1,33) secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengencer lesitin nabati (51,84%± 0,48) dan sintetik (50,14%±0,22). Viabilitas dan keutuhan membran plasma sperma pada pengencer berbasis sumber lesitin hewani (66,45%±2,50; 67,68%±2,33) secara signifikan (P<0,05) lebih baik dibandingkan pengencer sumber lesitin nabati (62,98%±1,94; 64,27%±1,51) dan sintetik (60,72%±0,81; 62,44%±1,37). Penggunaan pengencer dengan sumber lesitin yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan (P>0,05) terhadap nilai kinematika spermatozoa. Secara keseluruhan, lesitin yang berasal dari hewani, nabati, dan sintetis memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Kinematika semen beku domba lokal dengan pengencer berbasis lesitin hewani, nabati dan sintetik memiliki nilai yang optimal untuk dapat melakukan fertilisasi setelah kriopreservasi. Berdasarkan studi literatur pengencer berbasis lesitin nabati, hewani, dan sintetik memiliki keunggulan masing-masing dalam kriopreservasi spermatozoa. Lesitin sintetik menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan keberhasilan reproduksi in vivo, sementara lesitin hewani terbukti lebih baik dalam beberapa studi terkait rasio kebuntingan. Di sisi lain, lesitin nabati tetap menjadi alternatif menarik karena bebas dari protein hewani, menjadikannya lebih aman dalam aplikasi reproduksi hewan. This study evaluated the effectiveness of animal, vegetable, and synthetic lecithin-based extenders in preserving local Indonesian ram semen during cryopreservation. Post-thawing sperm quality was assessed using Computer-Assisted Sperm Analysis (CASA), focusing on motility, viability, membrane integrity, and kinematics. Data were analyzed using ANOVA and Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) at a 95% significance level. Results indicated that sperm motility, viability, and membrane integrity were significantly higher (P<0.05) in the animal lecithin-based extender (53.66%±1.33, 66.45%±2.50, and 67.68%±2.33, respectively) compared to vegetable (51.84%±0.48, 62.98%±1.94, 64.27%±1.51) and synthetic (50.14%±0.22, 60.72%±0.81, 62.44%±1.37) extenders. However, sperm kinematics were not significantly affected by the type of extender used. All lecithin-based extenders met the Indonesian National Standard (SNI) for semen quality, and sperm kinematics remained optimal for fertilization post-cryopreservation. Based on literature studies, vegetable, animal, and synthetic lecithin-based extenders have their respective
advantages in sperm cryopreservation. Synthetic lecithin showed great potential in improving in vivo reproductive success, while animal lecithin proved to be better in several studies related to pregnancy rate. On the other hand, vegetable lecithin remains an appealing alternative as it is free from animal proteins, making it safer
in animal reproductive applications.
Collections
- MT - Veterinary Science [929]