Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan berbasis rendah karbon di Kasepuhan Girijaya Kecamatanm Cidahu, Kabupaten Sukabumi
Abstract
Wisata telah lama dipandang sebagai salah satu alternatif penggunaan sumberdaya alam yang lebih berkelanjutan karena sifatnya yang tidak esktraktif. Aktivitas wisata memberikan dampak positif peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan maupun kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal, kesempatan memperoleh pendapatan, serta perbaikan infrastruktur (Malik et al., 2023). Sektor wisata telah mengalami pertumbuhan dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional di Indonesia (Haryana, 2020). Pada tahun 2023 di Indonesia, sektor wisata telah tumbuh sebesar 29,5% hampir mencapai 1,008 triliun rupiah, mewakili sebesar 4,8% output ekonomi nasional dan menciptakan lebih dari 543 ribu pekerjaan baru (World Travel & Tourism Council, 2024). Wisata juga memberikan dampak positif berupa kohesi sosial, interaksi budaya, kesempatan pendidikan dan pembelajaran, serta standar hidup yang lebih tinggi (Malik et al., 2023). Pada skala yang lebih luas, wisata dapat memberikan pendapatan bagi pemerintah daerah, meningkatkan perekonomian wilayah dan memberikan devisa bagi negara. Bagi lingkungan, wisata dapat mendorong terbentuknya dukungan untuk konservasi sumberdaya lingkungan.
Selain berbagai dampak positif, wisata juga menghasilkan dampak negatif, baik terhadap sosial budaya masyarakat maupun terhadap ekosistem. Wisata dapat menyebabkan kerumunan yang padat, pergeseran norma dan nilai sosial, dan terusirnya masyarakat setempat serta komodifikasi kebudayaan dan hilangnya gaya hidup tradisional (Malik et al., 2023). Wisata memberi tekanan terhadap lingkungan melalui berbagai layanan yang disediakannya, baik berupa akomodasi, makanan, aktivitas wisata maupun transportasi (Casals Miralles et al., 2023). Wisata menyumbangkan hampir 8% dari total gas rumah kaca global dari berbagai komponen wisata (Liu et al., 2023), yaitu Akses, Akomodasi, Atraksi, Aktivitas dan Amenitas (5A). Komponen akses, yaitu transportasi, menjadi penyumbang karbon terbesar dalam aktivitas wisata (Casals Miralles et al., 2023). Peningkatan kunjungan wisata memberikan konsekuensi peningkatan polutan yang terbuang ke lingkungan dari berbagai sumber, seperti polusi suara, air, dan udara (Ahmad et al., 2021). Studi lainnya menyebutkan bahwa wisata memberikan sumbangan besar bagi pemanasan global dan perubahan iklim melalui emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai aktivitas wisata, baik emisi langsung dari penggunaan bahan bakar pada lokasi wisata, moda transportasi dan emisi bocoran, maupun emisi tidak langsung dari penggunaan listrik untuk berbagai kebutuhan (Nhamo et al., 2023). ..