Strategi Konservasi Orangutan Tapanuli di APL Lanskap Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.
Abstract
Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh manusia sampai saat ini masih bersifat antroposentris dan eksploitatif. Tidak terkecuali sumberdaya hutan yang merupakan habitat Orangutan Tapanuli sehingga orangutan terasingkan bahkan terusir dari rumahnya sendiri dan bermigrasi di kebun masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu, masyarakat menganggap orangutan sangat jahat dengan perilaku mencuri dan merusak hasil perkebunan mereka yang mengakibatkan penurunan pendapatan. Situasi demikian memicu konflik antar para pemangku kepentingan atas konservasi orangutan.
Orangutan Tapanuli hanya dapat ditemukan di Lanskap Batang Toru dan merupakan spesies langka yang ditetapkan pemerintah sebagai spesies yang dilindungi sejak 2018. Namun demikian, pengusiran orangutan secara paksa dari kebun dan hutan yang berbatasan dengan kebun yang merupakan habitat alami orangutan menunjukkan betapa sulit dan kompleksnya permasalahan perlindungan Orangutan Tapanuli. Sitompul et al. (2024) melaporkan bahwa sebagian masyarakat tidak menunjukkan toleransi terhadap orangutan sebagai satwa yang dilindungi. Permasalahan konservasi Orangutan Tapanuli telah menjadi isu global dan menarik perhatian publik dan menjadi daya tarik peneliti untuk mendalami lebih lanjut dan diharapkan mampu berkontribusi memberikan rekomendasi dalam upaya konservasinya.
Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi konservasi Orangutan Tapanuli di APL Lanskap Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan tiga sasaran penelitian, yaitu: 1) menganalisis kerugian ekonomi masyarakat akibat gangguan Orangutan Tapanuli, 2) menganalisis persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi Orangutan Tapanuli, dan 3) melakukan analisis stakeholder konservasi Orangutan Tapanuli di Lanskap Batang Toru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli tahun 2023 di Kabupaten Tapanuli Selatan. Responden penelitian adalah kepala keluarga masyarakat yang dipilih berdasarkan metode non-probability sampling, sedangkan data dikumpulkan melalui wawancara dengan 50 (lima puluh) orang dengan menggunakan kuisioner dan melakukan wawancara dengan aktor stakeholder konservasi Orangutan Tapanuli yang terdiri atas Pemerintah pusat sejumlah 5 orang, pemerintah daerah sejumlah 7 orang, perusahaan/ swasta sejumlah 2 orang, LSM sejumlah 8 orang, akademisi sejumlah 3 orang dan media sejumlah 3 orang.
Hasil penelitian menunjukkan kerugian ekonomi masyarakat rata-rata senilai Rp 650.000,-/KK/tahun. Tingkat kerugian tertinggi berada di Desa Arse Nauli Kecamatan Arse dan tingkat kerugian terendah berada di Desa Ramba Sihasur Kecamatan Sipirok. Penilaian persepsi masyarakat mengenai keberadaaan orangutan mengganggu tanaman menunjukkan Skala Sikap Likert 79%, artinya masyarakat setuju bahwa keberadaaan orangutan mengganggu tanaman mereka. Penilaian persepsi masyarakat terhadap lahan masyarakat menjadi habitat orangutan menghasilkan Skala Sikap Likert sebesar 36%, artinya masyarakat kurang setuju jika lahan mereka menjadi habitat orangutan. Penilaian persepsi masyarakat bahwa orangutan sering menimbulkan permasalahan menghasilkan Skala Sikap Likert sebesar 87% (sangat setuju). Penilaian persepsi masyarakat terhadap penanganan orangutan yang berada di perkebunan menghasilkan Skala Sikap Likert sebesar 85% (sangat setuju). Penilaian persepsi masyarakat terhadap perlunya insentif dan disinsentif dalam konservasi orangutan menghasilkan Skala Likert sebesar 95% (sangat setuju) yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan jumlah keluarga. Terdapat 7 kelompok stakeholder yang terlibat dalam upaya konservasi Orangutan Tapanuli, terbagi kedalam 4 (empat) peran, yaitu sebagai Key Player, Context Setter, Subject, dan Crowd. Key Player dalam konservasi Orangutan Tapanuli di APL LBT adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Context Setter adalah Akademisi, Subject adalah Masyarakat, LSM dan Swasta, Crowd dalam konservasi Orangutan Tapanuli di APL LBT adalah Media. Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi konservasi Orangutan Tapanuli di APL berada di posisi kuadran IV atau strategi bertahan, yang berarti bahwa BBKSDA Sumatera Utara secara internal perlu melakukan penguatan secara terus menerus sembari menekan ancaman. Strategi konservasi Orangutan Tapanuli di APL Lanskap Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan dapat diimplementasikan melalui program konsolidasi dan sosialisasi arah rencana pembangunan, pemberian insentif dan disinsentif kepada masyarakat yang terdampak serta mendorong revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal dan mengintegrasikan ekowisata dalam konservasi orangutan.
Collections
- MT - Forestry [1444]