Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Internally Displaced Persons (IDPs) Pasca Erupsi Gunung Sinabung (kasus pada Huntap Siosar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)
Abstract
Terjadinya erupsi Gunung Sinabung sejak 2010 mengakibatkan perpindahan rumah tangga secara terpaksa atau disebut rumah tangga internally displaced persons (IDPs) ke Hunian Tetap Siosar. Relokasi ini mengharuskan mereka melakukan strategi nafkah sesuai modal nafkah yang dimiliki. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis modal nafkah, strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan rumah tangga IDPs sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Survey dilakukan terhadap 40 rumah tangga IDPs, wawancara dengan informan dan studi literatur. Data kuantitatif diolah dengan uji T dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara modal nafkah dan strategi nafkah namun sangat signifikan terlihat pada tingkat kesejahteraan sebelum dan sesudah erupsi. Menurunnya modal nafkah khususnya modal alam mengakibatkan rumah tangga sulit berstrategi nafkah di bidang pertanian pada akhirnya tidak mencapai kesejahteraan seperti di desa asal. Since 2010, the eruption of Mount Sinabung has resulted in forced household relocation, or so-called internally displaced persons (IDPs), to Siosar Permanent Housing. This relocation requires them to implement livelihood strategies according to their livelihood capital. The purpose of this study was to analyze livelihood capital, livelihood strategies, and the level of welfare of IDPs households before and after the eruption of Mount Sinabung. A survey was conducted on 40 IDPs households, interviews with informants, and literature studies. Quantitative data were processed using the T-test and Spearman Rank. The results of the study showed that there was no significant difference between livelihood capital and livelihood strategies. Still, the level of welfare before and after the eruption was very significant. The decline in subsistence capital, especially natural capital, makes it difficult for households to make a living strategy in the agricultural sector, ultimately preventing them from achieving prosperity like in their home villages.