Model Adaptasi Internet of Things (IoT) sebagai Upaya Menciptakan Pelayanan Pondok Pesantren yang Inovatif di Era Disr

Abstract

Pondok Pesantren is the oldest Islamic educational institution deeply rooted in the history of the Indonesian nation. Since the 15th century, pesantren have emerged as a manifestation of the synergistic encounter between universal Islamic teachings and local wisdom. Pesantren can endure across eras and generations because the pesantren education system prioritizes the formation of spirituality, morals, noble character, and good manners. This research aims to analyze the current conditions, readiness, and involvement of stakeholders regarding the implementation of the Internet of Things in innovative pesantren services in the era of disruption. IoT in pesantren can open up significant innovative opportunities to improve the quality of life, security, and overall efficiency of pesantren management. However, along with these benefits, it is also necessary to pay attention to data security and privacy aspects to protect users' sensitive information. The implementation of the Internet of Things (IoT) in Islamic boarding schools can create various innovative conditions that can enhance efficiency, comfort, and experience for the students and administrators of the boarding schools. It is important to design and manage the implementation of IoT carefully, considering these factors so that the services of the pesantren remain optimal and have a positive impact on the students and other stakeholders. One of the primary issues is human resources (HR). The readiness, ability, and willingness of human resources (HR), including school principals, teachers, and other educational staff, are the keys to change. This research uses a quantitative approach. The Descriptive Method involves 130 respondents from the internal environment of Daarul Rahman Islamic Boarding School and the completion of questionnaires through FGD with the leaders of Daarul Rahman Islamic Boarding School to determine the individual interest matrix analysis. In addition, this research seeks to identify the most influential elements and priority strategies in adopting the Internet of Things to create innovative services in Islamic boarding schools. The processing techniques used to determine the strategy are Descriptive analysis, Individual Interest Matrix Analysis, Fuzzy Interpretative Structural Modelling, and Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). This research was conducted at a boarding school using Focus Group Discussion (FGD) with several experts. The experts include the Mayor of Depok, the Head of the Data and Information Center of the Ministry of Education and Culture, the Director of Education at Diniyah Islamic Boarding School, the founder of Cendekia Amanah Islamic Boarding School, a Professor at the Faculty of Ushuluddin, an IoT practitioner, alumni, and Islamic scholars. The results show that the current condition of the pesantren mostly does not know or understand IoT, even though they are very eager to learn new things and are flexible in accepting changes. The challenges needed in the implementation of IoT are in terms of financial investment, human resource development through training, and how to achieve synergy among the stakeholders of the pesantren. A supportive and solid condition is needed between the foundation, school principal, and school committee to implement IoT at Ponpes Daarul Rahman. Collaboration with various parties is necessary because the implementation of IoT cannot be done alone by the pesantren but requires the support of various related parties. The results from AIIM indicate Strategic Stakeholders for the category that needs to be well-managed, consisting of stakeholders with high influence and interest such as foundations, pesantren committees, and school principals, with an intensive communication approach that must be implemented. The IoT adaptation model as an effort to create innovative services for Islamic boarding schools (ponpes) requires an involved ecosystem, namely the commitment of leaders and the role of foundations in IoT development activities. In addition, activities include Building Cooperation with stakeholders related to funding and financing, Establishing Digital Culture Programs in the Implementation of Ponpes Values, and activities Establishing Digital Culture Programs in the Implementation of Ponpes Values with the aim of Creating an IoT-based service system in Ponpes to be more effective and efficient. The priority strategies that can be implemented are focusing on the actors, namely the role of pesantren management in the implementation of IoT, the factor being human resources which are key to the implementation of IoT, the goal of increasing organizational impact through the effectiveness and efficiency of services, and the strategy of building a technology culture among pesantren residents through the values, habits, and systems of the pesantren. Because a digital culture integrated with the values of the pesantren will build a better strategy for the implementation of IoT in the pesantren.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang mengakar kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejak abad ke-15, pesantren hadir sebagai wujud perjumpaan sinergis antara ajaran Islam universal dan kearifan lokal. Pesantren dapat bertahan lintas zaman dan generasi, karena sistem pendidikan pesantren mengutamakan pembentukan spiritualitas, akhlak, akhlak mulia dan budi pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi saat ini, kesiapan dan keterlibatan stakeholder terkait penerapan Internet of Things dalam pelayanan pondok pesantren yang inovatif pada era disrupsi. IoT di pesantren dapat membuka peluang inovatif yang besar untuk meningkatkan kualitas hidup, keamanan, dan efisiensi pengelolaan pesantren secara keseluruhan. Namun, seiring dengan keuntungan tersebut, perlu juga memperhatikan aspek keamanan data dan privasi untuk melindungi informasi sensitif pengguna. Penerapan Internet of Things (IoT) di pesantren dapat menciptakan berbagai keadaan inovatif yang dapat meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan pengalaman bagi para santri dan pengelola pesantren. Penting untuk merancang dan mengelola implementasi IoT dengan cermat, memperhatikan faktor-faktor ini agar pelayanan pondok pesantren tetap optimal dan memberikan dampak positif bagi peserta didik dan stakeholder lainnya. Salah satu hal yang menjadi pokok persoalan pertama adalah sumber daya manusia (SDM). Kesiapan, kemampuan, dan kemauan sumber daya manusia (SDM), baik kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya adalah kunci sebuah perubahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode Deskriptif melibatkan 130 responden dari lingkungan internal pondok pesantren Daarul Rahman dan pengisian kuesioner melalui FGD dengan para pimpinan pondok pesantren Daarul rahman untuk menentukan analysis individual interest matrix. Disamping itu, penelitian ini mencari elemen paling berpengaruh dan strategi prioritas dalam mengadopsi Internet of Things untuk menciptakan layanan inovatif di pondok pesantren. Teknik pengolahan yang digunakan untuk menentukan strategi adalah Deskriptif analisis, Analysis Individual Interest Matrix, Fuzzy Interpretative Structural modelling, fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren dengan cara Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa ahli. Para expert meliputi Wali Kota Depok, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbud, Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Diniyah, pendiri Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Guru Besar Fakultas Ushuluddin, praktisi IoT, alumni, dan keislaman. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi eksisting pesantren saat ini mayoritas belum mengetahui atau memahami terkait IoT meskipun mereka sangat semangat untuk belajar hal baru dan fleksible menerima perubahan. Tantangan yg dibutuhkan dalam penerapan IoT adalah dari sisi investasi keuangan, peningkatan SDM melalui pelatihan dan bagaimana sinergi antara pemangku kebijakan pesantren. Diperlukan kondisi yang saling mendukung dan solid antara yayasan, kepala sekolah dan komite sekolah untuk menerapkan IoT di Ponpes Daarul Rahman. Kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan dikarenakan penerapan IoT tidak bisa dilakukan sendiri oleh ponpes tapi dengan dukungan berbagai pihak terkait. Hasil dari AIIM menunjukan Stakeholder Strategis Untuk kategori yang perlu dikelola dengan baik, yang terdiri dari pemangku kepentingan dengan pengaruh dan kepentingan tinggi seperti yayasan, komite ponpes dan kepala sekolah dengan pendekatan komunikasi yang intensif harus diimplementasikan. Model adaptasi IoT sebagai upaya menciptakan pelayanan ponpes yang invatif membutuhkan ekosistem yang terlibat yaitu komitmen pimpinan dan peran yayasan dalam kegiatan pengembagan IoT. Disamping itu, kegiatan Membangun Kerjasama dengan para stakeholder terkait pendanaan dan pemodalan, Penetapan Program Budaya Digital dalam Pelaksanaan Nilai-Nilai Ponpes, dan aktivitas Penetapan Program Budaya Digital dalam Pelaksanaan Nilai-Nilai Ponpes dengan tujuan Terciptanya sistem pelayanan berbasis IoT di Ponpes agar lebih efektif dan efisien. Prioritas Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memfokuskan pada aktor yaitu peran manajemen pondok pesantren dalam penerapan IoT, faktor adalah Sumber daya manusia yang menjadi kunci penerapan IoT, tujuan Meningkatkan dampak organisasi melalui efektivitas dan efisiensi pelayanan dan Strategi Membangun budaya teknologi dikalangan warga pesantren melalui nilai, kebiasaan dan system ponpes. Karena Budaya digital yang terintegrasi dengan nilai ponpes akan membangun strategi yang lebih baik bagi penerapan IoT di ponpes.