Show simple item record

dc.contributor.advisorDespal
dc.contributor.advisorToharmat, Toto
dc.contributor.advisorRetnani, Yuli
dc.contributor.authorMartha, Reno
dc.date.accessioned2025-03-03T23:51:48Z
dc.date.available2025-03-03T23:51:48Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161337
dc.description.abstractProduksi, kualitas susu, dan profitabilitas peternakan sapi perah di Indonesia masih rendah. Faktor utama yang berkontribusi adalah kualitas pakan yang kurang optimal, baik hijauan maupun konsentrat. Peternak umumnya menggunakan konsentrat basah seperti ampas tahu, ampas bir, dan ampas singkong sebagai suplemen. Namun, ketersediaan konsentrat ini tidak stabil, mudah rusak, cepat menurun kualitasnya, dan memiliki biaya logistik yang tinggi. Sebagai solusi, suplementasi dengan bahan konsentrat kering biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) seperti kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang koro, biji wijen dan bungkil inti sawit (PKM) dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kelemahan konsentrat basah. Biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) tersebut kaya akan protein dan asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu, meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, dan berkontribusi pada peningkatan profitabilitas peternakan. Namun, penggunaan bahan pakan tinggi protein dan lemak memerlukan proteksi untuk mencegah degradasi protein dan biohidrogenasi di dalam rumen. Teknik pemanasan, baik kering maupun basah, telah terbukti efektif dalam menurunkan degradasi protein (RDP) dan bio hidrogenasi, namun optimalisasi teknik ini berbeda untuk setiap jenis biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM). Begitu pula dengan tingkat suplementasinya dalam ransum. Penggunaan biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) terproteksi yang memberikan efisiensi teknis dan ekonomis tertinggi masih jarang dilaporkan. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu, efisiensi penggunaan pakan, dan profitabilitas peternakan sapi perah melalui penggunaan konsentrat kering berupa biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang telah terproteksi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap dengan tujuan khusus pada setiap tahapnya. Penelitian tahap I ditujukan untuk mempelajari kandungan nutrient, profil asam lemak dan memilih jenis bahan konsentrat kering dan level suplementasi dalam ransum sapi perah yang tidak mengganggu fermentabilitas dan kecernaan, menghasilkan profil asam lemak terbang (VFA) yang mendukung sintesis lemak susu dan menekan produksi metan. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor yaitu jenis biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) (P1= kacang tanah, P2= kacang merah, P3= kacang kedelai, P4= kacang hijau, P5= kacang koro, P6= biji wijen dan P7= bungkil inti sawit (PKM) dan level suplementasi (0, 5, 7.5, 10 dan 15%) pada ransum basal sapi perah (60% rumput gajah dan 40% konsentrat komersial) yang mengandung 13.76% PK, 16.99% SK, 3.53% LK dan 58.80% TDN. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok faktorial 7 x 6 dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati komposisi proksimat, profil asam lemak bahan suplementasi, fermentabilitas (pH rumen, populasi protozoa, NH3, VFA total dan parsial) dan kecernaan (bahan kering dan bahan organik) secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan suplemen yang diuji mengandung PK >20% dan SK <18% sesuai sebagai konsentrat sumber protein, kecuali PKM yang mengandung PK 13.43%. Kandungan lemak dan energi tinggi (TDN >75%) menunjukkan kemampuan suplemen meningkatkan densitas energi ransum. Komposisi asam lemak suplemen berbeda antar jenis. Selain PKM, semua suplemen mengandung asam lemak tidak jenuh lebih dari 68% memperlihatkan potensi peningkatan asam lemak tidak jenuh dalam susu jika diberikan dalam bentuk terproteksi. Pengujian in vitro menunjukkan tidak terdapat interaksi antar jenis suplemen dan taraf penggunaanya kecuali KCBO. Jenis suplementasi mempengaruhi konsentrasi NH3 dan KCBK. Seluruh parameter menunjukkan kondisi fermentasi rumen optimum (pH sekitar 7, protozoa sekitar log 6, NH3 6-12 mM, VFA total 85-120 mM kecuali pada biji wijen). Suplemen meningkatkan C2 dan menurunkan C3 yang menunjukkan penghambatan fermentasi pati oleh lemak dan efek antimikroba lemak pada bakteri penghasil propionat (C3). Nilai KCBK pada penelitian ini berkisar antara 60.58-64.27%. kecuali biji wijen, hingga 15% suplementasi KCBO tidak berbeda nyata dengan control kecuali kacang tanah yang menurun pada suplemen 15% dan biji wijen yang mulai menurun pada suplementasi >10%. Dari penelitian tahap I disimpulkan bahwa kecuali biji wijen dan kacang tanah, suplemen biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) kering sampai 15% dapat meningkatkan kualitas ransum tanpa dampak negatif pada fermentabilitas dan kecernaan. Penggunaan taraf yang lebih tinggi dalam ransum membutuhkan proteksi pakan seperti pemanasan untuk menghindari degradasi protein dan biohidrogenasi berlebihan dalam rumen. Penelitian tahap II ditujukan untuk mempelajari metode pemanasan dalam memproteksi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM), profil asam lemak biji- bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas, jenis bahan konsentrat kering serta peningkatan level suplementasi dalam ransum sapi perah yang tidak mengganggu fermentabilitas dan kecernaan, menghasilkan profil asam lemak terbang (VFA) yang mendukung sintesis lemak susu dan menekan produksi metan. Perlakuan yang diuji terdiri dari tiga faktor yaitu jenis biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) (P1= kacang merah, P2= kacang kedelai, P3= kacang koro, P4= biji wijen dan P5= bungkil inti sawit (PKM), level suplementasi (0, 15 dan 20%) dan jenis pemanasan kering (sangrai dan ekstruder) basah (perebusan dan autoclave) pada ransum basal sapi perah (60% rumput gajah dan 40% konsentrat komersial) yang mengandung 13.76% PK, 16.99% SK, 3.53% LK dan 58.80% TDN. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 5 x 3 x 4 dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati komposisi proksimat, profil asam lemak bahan suplementasi, fermentabilitas (pH rumen, populasi protozoa, NH3, VFA total dan parsial) dan kecernaan (bahan kering dan bahan organik) secara in vitro. Hasil penelitian ini menunjukkan suplemen yang diproteksi panas mengandung PK >20% dan SK <18% sesuai sebagai konsentrat sumber protein, kecuali PKM <13.2%. Kandungan lemak dan energi tinggi (TDN >51.70%) menunjukkan kemampuan suplementasi terproteksi panas meningkatkan energi ransum. Komposisi asam lemak suplemen terproteksi panas berbeda antar jenis. Selain kacang koro dan biji wijen yang diproteksi dengan autoclave serta PKM sangrai dan perebusan, semua suplemen mengandung asam lemak tidak jenuh lebih dari 77.65% memperlihatkan potensi peningkatan asam lemak tidak jenuh dalam susu jika diberikan dalam bentuk terproteksi. Pengujian in vitro menunjukkan terdapat interaksi antar jenis suplemen, taraf serta jenis proteksi panas terhadap KCBK dan KCBO. Jenis dan level suplementasi mempengaruhi konsentrasi NH3. Jenis suplemen dan pemanasan menunjukkan terdapat interaksi terhadap populasi protozoa. Seluruh parameter menunjukkan kondisi fermentasi rumen optimum (pH sekitar 7, protozoa sekitar log 6, NH3 6-12 mM, VFA total 90-176 mM). biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas meningkatkan C2 dan C3 yang menunjukkan proteksi panas mencegah degradasi berlebihan oleh mikroba, sehingga lebih banyak nutrien yang diserap. Nilai KCBK pada penelitian ini berkisar antara 54.67-70.04%. suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas dengan peningkatan level hingga 20% menunjukkan penurunan KCBK. Dari penelitian tahap II disimpulkan bahwa kecuali biji wijen dan kacang merah serta proteksi panas ekstruder, perebusan dan autoclave. Suplemen biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) kering yang diproteksi panas sangrai sampai 20% dapat meningkatkan kualitas ransum tanpa dampak negatif pada fermentabilitas dan kecernaan. Penggunaan proteksi panas sangrai dengan mempertimbangkan biaya operasional dan pengadaan pada penerapan di lapangan. Penelitian tahap III ditujukan pada pengujian suplementasi konsentrat kering biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) (kacang kedelai, kacang koro dan bungkil inti sawit (PKM) terproteksi panas sangrai dalam ransum sapi perah yang dapat meningkatkan efisiensi pakan, performa ternak (produksi susu, komposisi susu, BCS, persistensi produksi susu dan manure score), efisiensi ekonomi, profil asam lemak susu dan index kesehatan susu. Perlakuan yang diuji terdiri dari kacang kedelai, kacang koro dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas sangrai dengan level suplementasi 20% dalam ransum sapi perah yang mengandung PK >13.3 %DM, SK >19%DM, LK < 8.16% DM dan TDN > 56.5%DM). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati adalah konsumsi nutrient, konsumsi pakan, produksi susu, komponen susu, body condition score (BCS), persistensi produksi susu, manure score, keuntungan, income over feed cost (IOFC), efisiensi pakan, profil asam lemak susu dan index kesehatan susu. Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi berbeda nyata meningkatkan konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari) kecuali kedelai sangrai dibandingkan kontrol. Suplementasi meningkatkan asupan nutrisi kecuali Abu dan SK. Asupan nutrient (%DM) berbeda nyata kecuali Abu. Konsumsi BK suplemen >13.6 kg/ekor/hari untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi optimum dalam mendukung produktivitas sapi perah. Suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) sangrai berpengaruh nyata produksi susu, terdapat interaksi suplementasi terhadap komponen susu. Selanjutnya, pemberian suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) berpengaruh nyata terhadap persistensi produksi susu. Produksi susu pada penelitian ini 8.22-13.8 L/ekor/hari, Dimana pemberian PKM sangrai memiliki peningkatan tertinggi terhadap produksi susu. Nilai persistensi produksi susu pada penelitian ini 91.0-120%. Selanjutnya, terdapat interaksi suplementasi terhadap profitabilitas peternakan. Suplementasi meningkatkan profitabilitas, nilai pendapatan pada penelitian ini 57.6-96.4 Rp/ekor/hari. IOFC berpengaruh nyata dengan pemberian PKM, Dimana nilai IOFC 42.7 Rp000/ekor/hari. Profil asam lemak susu pada penelitian ini bervariasi. Selanjutnya, index kesehatan susu tidak berpengaruh nyata kecuali pada hipocolesterolomic/hiperkolesterolomic (HH). Dari penelitian tahap III dapat disimpulkan bahwa pemberian suplementasi dapat meningkatkan produksi susu dan profitabilitas tanpa dampak negatif terhadap kualitas serta index kesehatan susu. PKM memberikan keuntungan yang paling tinggi terhadap profitabilitas peternakan.
dc.description.sponsorshipDirektorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud Ristek RI atas Hibah Penelitian Disertasi Doktor (PDD)
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStrategi proteksi suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) dalam ransum sapi perah untuk meningkatkan produksi, kualitas susu dan profitabilitas.id
dc.title.alternativeProtection strategies supplementation of high-fat grains and meal in dairy cow rations to improve production, milk quality and profitability.
dc.typeDisertasi
dc.subject.keywordproteksiid
dc.subject.keywordsangraiid
dc.subject.keywordsapi perahid
dc.subject.keywordsuplementasiid
dc.subject.keywordBiji-bijianid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record