Strategi proteksi suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) dalam ransum sapi perah untuk meningkatkan produksi, kualitas susu dan profitabilitas.
Abstract
Produksi, kualitas susu, dan profitabilitas peternakan sapi perah di Indonesia
masih rendah. Faktor utama yang berkontribusi adalah kualitas pakan yang kurang
optimal, baik hijauan maupun konsentrat. Peternak umumnya menggunakan
konsentrat basah seperti ampas tahu, ampas bir, dan ampas singkong sebagai
suplemen. Namun, ketersediaan konsentrat ini tidak stabil, mudah rusak, cepat
menurun kualitasnya, dan memiliki biaya logistik yang tinggi. Sebagai solusi,
suplementasi dengan bahan konsentrat kering biji-bijian dan bungkil inti sawit
(PKM) seperti kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang
koro, biji wijen dan bungkil inti sawit (PKM) dapat menjadi alternatif untuk
mengatasi kelemahan konsentrat basah. Biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM)
tersebut kaya akan protein dan asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan
produksi dan kualitas susu, meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, dan
berkontribusi pada peningkatan profitabilitas peternakan. Namun, penggunaan
bahan pakan tinggi protein dan lemak memerlukan proteksi untuk mencegah
degradasi protein dan biohidrogenasi di dalam rumen. Teknik pemanasan, baik
kering maupun basah, telah terbukti efektif dalam menurunkan degradasi protein
(RDP) dan bio hidrogenasi, namun optimalisasi teknik ini berbeda untuk setiap
jenis biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM). Begitu pula dengan tingkat
suplementasinya dalam ransum. Penggunaan biji-bijian dan bungkil inti sawit
(PKM) terproteksi yang memberikan efisiensi teknis dan ekonomis tertinggi
masih jarang dilaporkan. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan produksi
dan kualitas susu, efisiensi penggunaan pakan, dan profitabilitas peternakan sapi
perah melalui penggunaan konsentrat kering berupa biji-bijian dan bungkil inti
sawit (PKM) yang telah terproteksi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian
ini dilakukan dalam tiga tahap dengan tujuan khusus pada setiap tahapnya.
Penelitian tahap I ditujukan untuk mempelajari kandungan nutrient, profil
asam lemak dan memilih jenis bahan konsentrat kering dan level suplementasi
dalam ransum sapi perah yang tidak mengganggu fermentabilitas dan kecernaan,
menghasilkan profil asam lemak terbang (VFA) yang mendukung sintesis lemak
susu dan menekan produksi metan. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor
yaitu jenis biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) (P1= kacang tanah, P2=
kacang merah, P3= kacang kedelai, P4= kacang hijau, P5= kacang koro, P6= biji
wijen dan P7= bungkil inti sawit (PKM) dan level suplementasi (0, 5, 7.5, 10 dan
15%) pada ransum basal sapi perah (60% rumput gajah dan 40% konsentrat
komersial) yang mengandung 13.76% PK, 16.99% SK, 3.53% LK dan 58.80%
TDN. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok faktorial 7 x 6 dengan 4
ulangan. Peubah yang diamati komposisi proksimat, profil asam lemak bahan
suplementasi, fermentabilitas (pH rumen, populasi protozoa, NH3, VFA total dan
parsial) dan kecernaan (bahan kering dan bahan organik) secara in vitro. Hasil
penelitian menunjukkan suplemen yang diuji mengandung PK >20% dan SK
<18% sesuai sebagai konsentrat sumber protein, kecuali PKM yang mengandung
PK 13.43%. Kandungan lemak dan energi tinggi (TDN >75%) menunjukkan
kemampuan suplemen meningkatkan densitas energi ransum. Komposisi asam
lemak suplemen berbeda antar jenis. Selain PKM, semua suplemen mengandung
asam lemak tidak jenuh lebih dari 68% memperlihatkan potensi peningkatan asam
lemak tidak jenuh dalam susu jika diberikan dalam bentuk terproteksi. Pengujian
in vitro menunjukkan tidak terdapat interaksi antar jenis suplemen dan taraf
penggunaanya kecuali KCBO. Jenis suplementasi mempengaruhi konsentrasi NH3
dan KCBK. Seluruh parameter menunjukkan kondisi fermentasi rumen optimum
(pH sekitar 7, protozoa sekitar log 6, NH3 6-12 mM, VFA total 85-120 mM
kecuali pada biji wijen). Suplemen meningkatkan C2 dan menurunkan C3 yang
menunjukkan penghambatan fermentasi pati oleh lemak dan efek antimikroba
lemak pada bakteri penghasil propionat (C3). Nilai KCBK pada penelitian ini
berkisar antara 60.58-64.27%. kecuali biji wijen, hingga 15% suplementasi
KCBO tidak berbeda nyata dengan control kecuali kacang tanah yang menurun
pada suplemen 15% dan biji wijen yang mulai menurun pada suplementasi >10%.
Dari penelitian tahap I disimpulkan bahwa kecuali biji wijen dan kacang tanah,
suplemen biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) kering sampai 15% dapat
meningkatkan kualitas ransum tanpa dampak negatif pada fermentabilitas dan
kecernaan. Penggunaan taraf yang lebih tinggi dalam ransum membutuhkan
proteksi pakan seperti pemanasan untuk menghindari degradasi protein dan
biohidrogenasi berlebihan dalam rumen.
Penelitian tahap II ditujukan untuk mempelajari metode pemanasan dalam
memproteksi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM), profil asam lemak biji-
bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas, jenis bahan konsentrat
kering serta peningkatan level suplementasi dalam ransum sapi perah yang tidak
mengganggu fermentabilitas dan kecernaan, menghasilkan profil asam lemak
terbang (VFA) yang mendukung sintesis lemak susu dan menekan produksi
metan. Perlakuan yang diuji terdiri dari tiga faktor yaitu jenis biji-bijian dan
bungkil inti sawit (PKM) (P1= kacang merah, P2= kacang kedelai, P3= kacang
koro, P4= biji wijen dan P5= bungkil inti sawit (PKM), level suplementasi (0, 15
dan 20%) dan jenis pemanasan kering (sangrai dan ekstruder) basah (perebusan
dan autoclave) pada ransum basal sapi perah (60% rumput gajah dan 40%
konsentrat komersial) yang mengandung 13.76% PK, 16.99% SK, 3.53% LK dan
58.80% TDN. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 5 x
3 x 4 dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati komposisi proksimat, profil asam
lemak bahan suplementasi, fermentabilitas (pH rumen, populasi protozoa, NH3,
VFA total dan parsial) dan kecernaan (bahan kering dan bahan organik) secara in
vitro. Hasil penelitian ini menunjukkan suplemen yang diproteksi panas
mengandung PK >20% dan SK <18% sesuai sebagai konsentrat sumber protein,
kecuali PKM <13.2%. Kandungan lemak dan energi tinggi (TDN >51.70%)
menunjukkan kemampuan suplementasi terproteksi panas meningkatkan energi
ransum. Komposisi asam lemak suplemen terproteksi panas berbeda antar jenis.
Selain kacang koro dan biji wijen yang diproteksi dengan autoclave serta PKM
sangrai dan perebusan, semua suplemen mengandung asam lemak tidak jenuh
lebih dari 77.65% memperlihatkan potensi peningkatan asam lemak tidak jenuh
dalam susu jika diberikan dalam bentuk terproteksi. Pengujian in vitro
menunjukkan terdapat interaksi antar jenis suplemen, taraf serta jenis proteksi
panas terhadap KCBK dan KCBO. Jenis dan level suplementasi mempengaruhi
konsentrasi NH3. Jenis suplemen dan pemanasan menunjukkan terdapat interaksi
terhadap populasi protozoa. Seluruh parameter menunjukkan kondisi fermentasi
rumen optimum (pH sekitar 7, protozoa sekitar log 6, NH3 6-12 mM, VFA total
90-176 mM). biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas
meningkatkan C2 dan C3 yang menunjukkan proteksi panas mencegah degradasi
berlebihan oleh mikroba, sehingga lebih banyak nutrien yang diserap. Nilai
KCBK pada penelitian ini berkisar antara 54.67-70.04%. suplementasi biji-bijian
dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas dengan peningkatan level
hingga 20% menunjukkan penurunan KCBK. Dari penelitian tahap II disimpulkan
bahwa kecuali biji wijen dan kacang merah serta proteksi panas ekstruder,
perebusan dan autoclave. Suplemen biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM)
kering yang diproteksi panas sangrai sampai 20% dapat meningkatkan kualitas
ransum tanpa dampak negatif pada fermentabilitas dan kecernaan. Penggunaan
proteksi panas sangrai dengan mempertimbangkan biaya operasional dan
pengadaan pada penerapan di lapangan.
Penelitian tahap III ditujukan pada pengujian suplementasi konsentrat
kering biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) (kacang kedelai, kacang koro dan
bungkil inti sawit (PKM) terproteksi panas sangrai dalam ransum sapi perah yang
dapat meningkatkan efisiensi pakan, performa ternak (produksi susu, komposisi
susu, BCS, persistensi produksi susu dan manure score), efisiensi ekonomi, profil
asam lemak susu dan index kesehatan susu. Perlakuan yang diuji terdiri dari
kacang kedelai, kacang koro dan bungkil inti sawit (PKM) yang diproteksi panas
sangrai dengan level suplementasi 20% dalam ransum sapi perah yang
mengandung PK >13.3 %DM, SK >19%DM, LK < 8.16% DM dan TDN >
56.5%DM). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4
ulangan. Peubah yang diamati adalah konsumsi nutrient, konsumsi pakan,
produksi susu, komponen susu, body condition score (BCS), persistensi produksi
susu, manure score, keuntungan, income over feed cost (IOFC), efisiensi pakan,
profil asam lemak susu dan index kesehatan susu. Hasil penelitian ini
menunjukkan suplementasi berbeda nyata meningkatkan konsumsi bahan kering
(kg/ekor/hari) kecuali kedelai sangrai dibandingkan kontrol. Suplementasi
meningkatkan asupan nutrisi kecuali Abu dan SK. Asupan nutrient (%DM)
berbeda nyata kecuali Abu. Konsumsi BK suplemen >13.6 kg/ekor/hari untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi optimum dalam mendukung produktivitas sapi
perah. Suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM) sangrai berpengaruh
nyata produksi susu, terdapat interaksi suplementasi terhadap komponen susu.
Selanjutnya, pemberian suplementasi biji-bijian dan bungkil inti sawit (PKM)
berpengaruh nyata terhadap persistensi produksi susu. Produksi susu pada
penelitian ini 8.22-13.8 L/ekor/hari, Dimana pemberian PKM sangrai memiliki
peningkatan tertinggi terhadap produksi susu. Nilai persistensi produksi susu pada
penelitian ini 91.0-120%. Selanjutnya, terdapat interaksi suplementasi terhadap
profitabilitas peternakan. Suplementasi meningkatkan profitabilitas, nilai
pendapatan pada penelitian ini 57.6-96.4 Rp/ekor/hari. IOFC berpengaruh nyata
dengan pemberian PKM, Dimana nilai IOFC 42.7 Rp000/ekor/hari. Profil asam
lemak susu pada penelitian ini bervariasi. Selanjutnya, index kesehatan susu tidak
berpengaruh nyata kecuali pada hipocolesterolomic/hiperkolesterolomic (HH).
Dari penelitian tahap III dapat disimpulkan bahwa pemberian suplementasi dapat
meningkatkan produksi susu dan profitabilitas tanpa dampak negatif terhadap
kualitas serta index kesehatan susu. PKM memberikan keuntungan yang paling
tinggi terhadap profitabilitas peternakan.
Collections
- DT - Animal Science [352]