Peran Ekologi Burung di Agroekosistem Kebun Kelapa Sawit PT. X, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura
Abstract
Perkebunan kelapa sawit berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, dengan ekspor mencapai 29,746 miliar US$ pada 2022 dan luas diperkirakan mencapai 16 juta hektar di tahun 2024. Namun, penggunaan pupuk dan pestisida secara intensif berdampak negatif pada lingkungan. Sebagai solusi berkelanjutan, komunitas burung dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan mengendalikan hama secara alami.
Penelitian dilakukan di Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura, Papua, pada ketinggian 200–300 mdpl, dengan observasi pada Juli–Agustus 2024 di enam tipe tutupan lahan (HCV-A, HCV-B, Hutan sekunder non-HGU, Semak Belukar, Blok Sawit-A dan Blok Sawit-B). Data dikumpulkan melalui line transect survey untuk mengamati burung dan vegetasi, serta dianalisis menggunakan berbagai instrumen seperti GPS, kamera jebak, dan perangkat lunak statistik.
Hasil penelitian menunjukkan keberadaan 101 spesies tumbuhan dengan variasi kerapatan yang berbeda di tiap tipe tutupan lahan dengan keanekaragaman tertinggi berada di tutupan lahan HCV-A pada tiap tingkat pertumbuhan. Ditemukan juga sebanyak 46 jenis burung, dengan keanekaragaman tertinggi di HCV-B (2,577). Burung pengendali hama serangga mendominasi (36 jenis), sedangkan burung penyebar biji memiliki kelimpahan individu tertinggi (387 individu). Burung polinator hanya ditemukan di habitat alami berbunga seperti hutan dan semak belukar, sementara 22 jenis burung dapat beradaptasi di lahan sawit dengan memanfaatkan struktur vegetasi tertentu.
Kelimpahan burung dengan berbagai peran ekologi dipengaruhi oleh struktur vegetasi dan jarak dari tegakan sawit. Burung penyebar biji lebih banyak ditemukan di area dengan kerapatan pohon yang tinggi, menunjukkan bahwa pohon berperan penting dalam mendukung keberadaan mereka. Burung polinator cenderung lebih melimpah di habitat yang lebih jauh dari tegakan sawit, dengan tingkat kerapatan tiang yang tinggi serta keberagaman spesies pada strata pancang, tiang, dan pohon. Sementara itu, burung pengendali hama serangga menunjukkan kelimpahan yang lebih tinggi di area yang lebih dekat dengan tegakan sawit, terutama di lokasi dengan kerapatan tiang yang tinggi dan keanekaragaman spesies tumbuhan yang beragam pada berbagai strata vegetasi.
Penelitian ini menegaskan bahwa struktur dan komposisi vegetasi sangat memengaruhi keberadaan burung dalam agroekosistem kebun kelapa sawit. Lahan dengan vegetasi kompleks seperti HCV-A dan HCV-B menjadi habitat utama burung karena menyediakan sumber makanan dan tempat berlindung yang optimal. Papua, dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi, berpotensi menjadi model perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Namun, mitigasi konflik dengan spesies seperti kakatua koki (Cacatua galerita) diperlukan untuk mengurangi potensi kerugian bagi petani sawit. Oil palm plantations contribute greatly to Indonesia's economy, with exports reaching US$29.746 billion in 2022 and an estimated area of 16 million hectares by 2024. However, the intensive use of fertilizers and pesticides has a negative impact on the environment. As a sustainable solution, bird communities can be utilized to improve soil productivity and control pests naturally.
This study was conducted in the Kaureh District, Jayapura Regency, Papua, at an elevation of 200–300 meters above sea level, with observations carried out from July to August 2024 across six land types (HCV-A, HCV-B, Non-HGU Secondary Forest, Shrubs, Oil Palm Block-A, and Oil Palm Block-B). Data were collected using the line transect survey method to observe birds and vegetation and analyzed using various instruments such as GPS, camera traps, and statistical software.
The results showed the presence of 101 plant species with different density variations in each land cover type with the highest diversity in HCV-A land cover at each growth level. There were also 46 bird species found, with the highest diversity in HCV-B (2.577). Insect pest control birds dominated (36 species), while seed dispersing birds had the highest individual abundance (387 individuals). Pollinator birds are only found in natural flowering habitats such as forests and shrubs, while 22 bird species can adapt to oil palm by utilizing certain vegetation structures.
The abundance of birds with different ecological roles was influenced by vegetation structure and distance from the palms. Seed dispersing birds were more abundant in areas with high tree density, suggesting that trees play an important role in supporting their presence. Pollinators tended to be more abundant in habitats farther away from the palms, with high pole density and species diversity in the sapling, pole and tree strata. Meanwhile, insect pest control birds showed higher abundance in areas closer to the palms, especially in sites with high pole density and a wide diversity of plant species in different vegetation strata.
This study highlights that vegetation structure and composition significantly influence bird presence within the oil palm agroecosystem. Areas with complex vegetation, such as HCV-A and HCV-B, serve as primary bird habitats, providing diverse vertical structures, abundant food resources, and optimal shelter. Papua, with its high biodiversity, has the potential to serve as a model for sustainable oil palm plantations. However, conflict mitigation with certain species, such as the sulphur-crested cockatoo (Cacatua galerita), is necessary to minimize potential losses for oil palm farmers.
Collections
- MT - Forestry [1444]