Pengaruh Kerjasama ASEAN+6 terhadap Perdagangan Produk Mentega Kakao Indonesia
Date
2025Author
DANENDRA, DAFFA IBRA
Hidayat, Nia Kurniawati
Amanda, Dea
Metadata
Show full item recordAbstract
Perjanjian perdagangan bebas (FTA) semakin berkembang di tiap wilayah khususnya negara ASEAN. Secara eksternal terdapat enam FTA yang berjalan di ASEAN dengan 10 negara anggota ASEAN dan lima negara mitra sebagai ASEAN+6. Kakao merupakan salah satu komoditas pertanian tropis yang cenderung melakukan perdagangan intra-industri. Mentega kakao memiliki potensi pangsa pasar terbesar di kawasan ASEAN+6, yang berkontribusi terhadap integrasi perdagangan dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk perjanjian, integrasi perdagangan, serta efek perdagangan di kawasan ASEAN+6. Analisis dilakukan dengan deskriptif kualitatif, Indeks Intra Industry Trade (IIT), dan regresi data panel dengan Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML) yang diinterpretasikan melalui efek perdagangan. Hasil menunjukkan perjanjian perdagangan ASEAN+6 yang diantaranya AFTA, ACFTA, AIFTA, AKFTA, AANZFTA, dan AJCEP menurunkan kebijakan tarif yang umumnya 20 persen menjadi 0 hingga lima persen dan non-tarif yang lebih ketat setelah diberlakukan Kawasan ASEAN+6. Melalui skema FTA, nilai intra industri mentega kakao Indonesia umumnya tergolong lemah karena dominasi perdagangan satu arah. Estimasi data panel perdagangan mentega kakao Indonesia di Kawasan ASEAN+6 menunjukkan efek trade creation pada arus ekspor dan impor dengan variabel PDB riil negara mitra, nilai tukar, border, dan landlocked yang signifikan. Berdasarkan kondisi tersebut, Indonesia perlu memperhatikan peluang dan tantangan untuk diversifikasi pasar di Kawasan ASEAN+6. Free trade agreements (FTAs) are expanding, especially in ASEAN. Externally, six FTAs operate within ASEAN+6, involving 10 ASEAN members and five partner countries. Cocoa is a key tropical commodity in intra-industry trade, with cocoa butter having the largest market potential in ASEAN+6, contributing to trade and economic integration. This study analyzes agreements, trade integration, and trade effects in ASEAN+6 using qualitative descriptive analysis, the Intra-Industry Trade (IIT) Index, and panel data regression with the Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML) method. The results show that ASEAN+6 FTAs, including AFTA, ACFTA, AIFTA, AKFTA, AANZFTA, and AJCEP, have reduced tariffs from 20 percent to 0–5 percent, while non-tariff measures have become stricter. Under the FTA framework, Indonesia’s intra-industry trade in cocoa butter remains weak due to one-way trade dominance. Panel data estimation reveals trade creation effects in exports and imports, significantly influenced by partner countries’ real GDP, exchange rates, border effects, and landlocked conditions. Given these circumstances, Indonesia must consider both opportunities and challenges to diversify its market within ASEAN+6.