Diferensiasi Morfogenetik Udang Windu (Penaeus monodon) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 712
Abstract
Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu spesies udang laut asli Indonesia. Diferensiasi genetik antar wilayah geografi dapat dipelajari melalui variasi morfologi. Penelitian ini bertujuan menganalisis diferensiasi genetik dan variabel morfogenetik antar subpopulasi udang windu dari tiga lokasi, yaitu Karawang, Jepara, dan Situbondo. Sampling dilakukan menggunakan teknik purposive random sampling dengan total 96 individu sampel dan diukur menggunakan software tpsDig2. Data dianalisis menggunakan software SPSS, meliputi uji analysis of variance (ANOVA), principal component analysis (PCA), dan discriminant function analysis (DFA). Hasil penelitian mengidentifikasi lima karakter morfometrik yang secara signifikan membedakan subpopulasi, dengan karakter utama nya yaitu jarak antara rostrum dan epigastric spine (A-B). Analisis klasifikasi menunjukkan tingkat akurasi sebesar 93,8% untuk subpopulasi Karawang, 84,4% untuk Jepara, dan 87,5% untuk Situbondo. Hasil menunjukkan indikasi kemungkinan terjadinya gene flow antara subpopulasi yang berdekatan secara geografis. The black tiger shrimp (Penaeus monodon) is one of Indonesia's native shrimp species. Genetic differentiation between locations can be studied through morphological variation. This study aims to analyze genetic differentiation and morphogenetic variables among tiger shrimp subpopulations from three locations, Karawang, Jepara, and Situbondo. Sampling was conducted using purposive random sampling technique with a total of 96 individual samples and measured using tpsDig2 software. Data was analyzed using SPSS software, analysis of variance (ANOVA), principal component analysis (PCA), and discriminant function analysis (DFA). The results identified five morphometric characters that significantly differentiated the subpopulations, with the main character being the distance between the rostrum and epigastric spine (A-B). Classification analysis revealed accuracy rates of 93.8% for Karawang, 84.4% for Jepara, and 87.5% for Situbondo, suggesting potential gene flow between geographically close subpopulations.
Collections
- UT - Biology [2167]