Pengaruh Kesiapan Pelaku Rantai Pasok terhadap Penerimaan Teknologi pada Sistem Traceability Buah dan Sayuran Segar
Abstract
Penelitian ini berfokus pada kesiapan pelaku rantai pasok dalam mengadopsi teknologi (IoT dan blockchain) yang diterapkan pada sistem traceability buah dan sayuran segar. Sistem traceability memiliki peranan penting untuk dapat memastikan keamanan, kualitas, dan efisiensi distribusi produk buah dan sayuran segar yang yang rentan akan kondisi lingkungan dan mudah rusak. Namun, tingkat kesiapan teknologi (technology readiness) dan penerimaan teknologi (technology acceptance) di kalangan pelaku rantai pasok masih menjadi tantangan, terutama pada sektor buah dan sayuran segar. Berdasarkan persoalan tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan teknologi (technology readiness) dan tingkat penerimaan teknologi (technology acceptance) pelaku rantai pasok pada sistem traceability buah dan sayuran segar, mengidentifikasi dimensi technology readiness dan persepsi technology acceptance yang paling berpengaruh signifikan terhadap niat untuk menggunakan teknologi berkaitan dengan sistem traceability rantai pasok buah dan sayuran segar, serta merumuskan strategi untuk meningkatkan niat penggunaan teknologi berkaitan dengan sistem traceability rantai pasok buah dan sayuran segar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner online kepada 380 pelaku rantai pasok buah dan sayuran segar yang ada di Jawa Barat. Data yang dikumpulkan mencakup profil responden terkait tahapan rantai pasok dan skala usaha yang mereka jalankan. Dalam penelitian ini, digunakan Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) sebagai model dalam penelitian ini. Dimensi technology readiness dan technology acceptance dalam model ini digunakan sebagai variabel penelitian, yang terdiri atas, optimism, innovativeness, discomfort, insecurity, perceived ease of use, perceived usefulness, dan intention to use. Variabel-variabel tersebut diukur menggunakan 38 indikator yang disusun dalam bentuk pertanyaan penelitian dengan skala Likert 1-5. Berdasarkan hasil pengumpulan data, dilakukan analisis deskriptif menggunakan top-bottom two boxes dan crosstabulation untuk melihat tingkat kesiapan teknologi (technology readiness) dan penerimaan teknologi (technology acceptance) berdasarkan tahapan rantai pasok dan kategori skala usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa tahapan produksi serta pascapanen dan penyimpanan memiliki tingkat kesiapan teknologi (technology readiness) dan penerimaan teknologi (technology acceptance) yang masih rendah, terutama disebabkan oleh tingkat discomfort dan insecurity yang relatif tinggi pada kedua tahapan ini. Selanjutnya, berdasarkan kategori skala usaha, skala usaha kecil memiliki tingkat optimism tertinggi, tetapi masih menghadapi tingkat discomfort dan insecurity yang cukup tinggi. Skala usaha menengah dan besar memiliki tingkat kesiapan teknologi (technology readiness) dan penerimaan teknologi (technology acceptance) yang relatif tinggi. Namun, skala usaha besar masih menunjukkan tingkat discomfort yang cukup tinggi pula. Dari hasil analisis pengaruh variabel terhadap niat untuk menggunakan (intention to use) teknologi, ditemukan bahwa variabel perceived usefulness memiliki pengaruh paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar manfaat teknologi (IoT dan blockchain) dalam rantai pasok buah dan sayuran segar, maka akan semakin tinggi niat pelaku rantai pasok untuk mengadopsi teknologi tersebut. Selain itu, pengaruh ini juga didukung oleh variabel innovativeness, discomfort, insecurity, dan perceived ease of use. Menjawab tujuan terakhir penelitian ini, hasil penyusunan Matriks Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa beberapa indikator masih berada pada kuadran "concentrate here," yaitu indikator dari variabel discomfort dan insecurity. Hal ini mencerminkan bahwa rasa ketidaknyamanan dan ketidakamanan terhadap teknologi (IoT dan blockchain) masih menjadi kendala utama yang dirasakan oleh pelaku rantai pasok buah dan sayuran segar.
Untuk mengatasi tantangan dalam adopsi teknologi (IoT dan blockchain) pada sistem traceability rantai pasok buah dan sayuran segar, diperlukan strategi yang melibatkan berbagai pihak. Bagi pelaku rantai pasok, penting untuk menyediakan pelatihan dan edukasi yang komprehensif mengenai penggunaan teknologi, termasuk panduan yang sederhana dan mudah dipahami, serta memperkenalkan teknologi secara bertahap agar lebih diterima oleh para pelaku rantai pasok. Di sisi lain, pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti jaringan internet yang andal, serta memberikan subsidi atau insentif guna meringankan beban adopsi teknologi bagi pelaku usaha, terutama pada skala usaha kecil. Selain itu, pemerintah perlu menetapkan regulasi dan standar keamanan teknologi yang jelas untuk meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap keamanan teknologi (IoT dan blockchain). Pengembang teknologi juga perlu meningkatkan fungsionalitas yang lebih ramah pengguna, terutama untuk pelaku rantai pasok dengan tingkat teknologi yang masih rendah. Memberikan uji coba gratis dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman langsung pelaku terhadap manfaat teknologi ini. Dari sisi konsumen, diperlukan kampanye yang efektif untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya sistem traceability, sehingga dapat mendorong kepercayaan pada produk yang menggunakan teknologi (IoT dan blockchain). Adanya sinergi antara pelaku rantai pasok, pemerintah, pengembang teknologi, dan konsumen, diharapkan adopsi teknologi ini dapat berjalan lebih optimal dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi rantai pasok buah dan sayuran segar.
Collections
- MT - Business [2086]