Analisis Kelayakan Ekonomi Usaha Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) menggunakan Sistem Apartemen Kepiting (Studi Kasus: Desa Kurau Barat, Kepulauan Bangka Belitung)

Abstract

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memproduksi 2,45 juta ton ikan tangkap dengan nilai 7,74 triliun rupiah, dengan kepiting sebagai komoditas unggulan. Sebesar 767,33 hektar mangrove hilang dalam sepuluh tahun terakhir akibat aktivitas manusia dan erosi pantai serta dampak timah mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas kepiting. IPB University mengembangkan teknik budidaya kepiting bernama Apartemen Kepiting, dan Kabupaten Bangka Tengah ditetapkan sebagai Kampung Perikanan Budidaya untuk pengembangan kepiting sesuai keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 111 Tahun 2023. Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) mengidentifikasi kondisi usaha berdasarkan aspek-aspek kelayakan; (2) menganalisis kelayakan ekonomi; (3) menganalisis switching value. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis biaya manfaat, dan analisis switching value. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) aspek teknis, pasar, kelembagaan/organisasi, dan sosial lingkungan dari usaha ini telah teridentifikasi layak untuk dijalankan; (2) hasil analisis kelayakan pada usaha ini terdapat 2 skenario. Pada skenario I diperoleh NPV Rp53.748.663,99, BCR 1,93, IRR 28%, PP 4 tahun 2 bulan. Pada skenario II diperoleh NPV Rp660.852,84, BCR 1,01, IRR 7%, PP 9 tahun 10 bulan. Maka dari itu, kedua hasil analisis tersebut dapat dikatakan usaha layak dijalankan. 3. Analisis switching value dapat menoleransi batas perubahan pada harga beli benih kepiting yang dapat berubah akibat kelangkaan (musim kepiting) tidak boleh kurang dari Rp38.900 atau sebesar 20%.

The Bangka Belitung Islands Province produces 2.45 million tons of captured fish with a value of 7.74 trillion rupiahs, with crabs as a leading commodity. A total of 767.33 hectares of mangrove forests have been lost in the past ten years due to human activities and coastal erosion, while the impact of tin mining has led to a decline in the quality and quantity of crabs. IPB University has developed a crab farming technique called the Crab Apartment System, and Central Bangka Regency has been designated as a Fisheries Farming Village for crab development based on the Minister of Marine Affairs and Fisheries Decree Number 111 of 2023. Based on this, the objectives of this study are (1) to identify business conditions based on feasibility aspects; (2) to analyze the economic feasibility; and (3) to analyze the switching value. The methods used in this research are descriptive analysis, cost-benefit analysis, and switching value analysis. The results of the study show that (1) the technical, market, institutional/organizational, and socio-environmental aspects of this business have been identified as feasible to run; (2) the economic feasibility analysis of this business consists of two scenarios. In Scenario I, the results show an NPV of Rp53,748,663.99, a BCR of 1.93, an IRR of 28%, and a PP of 4 years and 2 months. In Scenario II, the results show an NPV of Rp660,852.84, a BCR of 1.01, an IRR of 7%, and a PP of 9 years and 10 months. Based on these results, the business is considered feasible to run. (3) The switching value analysis indicates that the tolerance limit for changes in the purchase price of crab seeds, which may fluctuate due to scarcity (crab season), must not fall below Rp38,900 or 20%.