Metode VESS untuk Menentukan Kualitas Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat
Abstract
Degradasi lahan dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dan menghambat pertumbuhan tanaman. Pada pola monokultur maupun agroforestri tetap diperlukan adanya pengolahan tanah yang baik untuk menjaga kualitas tanahnya. Salah satu cara untuk menentukan kualitas tanah yaitu melalui metode VESS (Visual Evaluation of Soil Structure) secara kualitatif yang dilengkapi analisis sifat fisik, kimia, biologi tanah secara kuantitatif. Di Indonesia, metode VESS masih kurang digunakan dalam mengevaluasi kualitas suatu tanah. Metode VESS merupakan metode sederhana untuk menentukan kualitas tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan kualitas tanah yang diukur dengan metode VESS antara sistem monokultur dan agroforestri di Hutan Pendidikan Gunung Walat, membandingkan sifat tanah antara sistem monokultur dan agroforestri di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan menentukan perlakuan pengolahan tanah yang paling efektif untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas tanah. Metode yang digunakan dalam mengetahui kualitas tanah yaitu metode VESS (Visual Evaluation of Soil Structure) yang didukung sifat fisik, kimia dan biologi tanah dengan 3 ulangan pada setiap petak. Analisis data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel dan SAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai VESS yang tergolong kualitas baik yaitu pada lahan agroforestri pinus dengan kopi (Sq 1,243) dan monokultur puspa (Sq 1,743), sedangkan nilai VESS yang tergolong kualitas sedang yaitu pada lahan monokultur agathis (Sq 2,063), monokultur pinus (Sq 2,283), agroforestri puspa dengan kapulaga (Sq 2,720), dan agroforestri agathis dengan kapulaga (Sq 2,650). Nilai VESS menunjukkan kualitas tanah dengan didukung hasil analisis fisik, kimia, dan biologi tanah yang dihasilkan. Tekstur tanah sebagian besar berpasir, dengan bobot isi tertinggi pada monokultur pinus (1,425 g/cm³). pH tanah tergolong masam (4,5–5,3). Pada lahan monokultur puspa dan agathis memiliki pH, KTK, serta kandungan Ca dan Mg tertinggi. Sedangkan kandungan hara dan bahan organik pada lahan agroforestri pinus dengan kopi lebih tinggi daripada monokultur pinus. Nilai kekayaan jenis pada monokultur puspa memiliki nilai tertinggi sebesar 11,70 dan terendah yaitu pada lahan monokultur pinus sebesar 0,56. Nilai keanekaragaman jenis pada monokultur puspa memiliki nilai yang tertinggi sebesar 2,06 dan nilai kemerataan jenis yang tertinggi yaitu pada lahan monokultur pinus sebesar 1,00. Indeks kesamaan jenis tertinggi yaitu pada lahan agroforestri puspa dengan kapulaga dan agroforestri pinus dengan kapulaga sebesar 0,50, sedangkan pada lahan monokultur puspa dan monokultur pinus memiliki nilai indeks kesamaan jenis terendah yaitu 0,07. Pengelolaan tanah diperlukan untuk meningkatkan kualitas tanah pada lahan monokultur pinus, agroforestri puspa dengan kapulaga, dan agroforestri agathis dengan kapulaga. Pengelolaan tanah yang baik diperlukan dalam menjaga dan memperbaiki kualitas tanah seperti pengapuran, pemberian mulsa organik, dan penyiangan tanaman untuk meningkatkan bahan organik.
Collections
- MT - Forestry [1444]