Kajian Pembangunan Infrastruktur Energi Berkelanjutan: Kasus Megaproyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata di Jawa Barat, Indonesia
Date
2025Author
Asirin
Siregar, Hermanto
Juanda, Bambang
Indraprahasta, Galuh Syahbana
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembangunan wilayah di Jawa Barat menghadapi tantangan perubahan iklim. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia melalui badan usaha milik negara dan kerja sama dengan perusahaan pengembang dan investor asing membangun megaproyek PLTS terapung di Waduk Cirata. Langkah tersebut dilakukan sebagai penerapan instrumen kebijakan pengembangan energi surya sebagai energi terbarukan. Instrumen kebijakan ini sebagai bagian dari transisi energi di Indonesia. Selain untuk tujuan menghasilkan enegi terbarukan, megaproyek ini diharapkan menjadi percontohan untuk pengembangan proyek sejenis di wilayah lain di Indonesia. Megaproyek PLTS terapung di Waduk Cirata menempati area perairan waduk seluas 200 hektar (atau toral area sekitar 250 Ha termasuk area daratan untuk stasiun transmisi dan kelengkapan lainnya), dengan kapasitas 145 MWac, dan berbiaya mencapai USD 129 juta. Pengembang PLTS Terapung Cirata adalah PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE). Investornya adalah PT PJBI (51%) & Abu Dhabi Future Energy Company PJSC - Masdar (49%). Perjanjian jual beli listrik (PPA) 25 tahun dengan skema BOOT atau Built, Own, Operate, and Transfer (membangun, memiliki, mengoperasikan, mentransfer). Tarif yang diterapkan adalah 5,8 sen USD/kWh. Megaproyek ini mendapatkan peminjaman dana dari Sumitomo Mitsui, Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standard Chartered Bank. Namun, megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata, yang diklaim teknologi bersih oleh pemerintah dan beberapa literatur akademik, terindikasi memunculkan berbagai masalah seperti pencemaran lingkungan, konflik sosial dan isu-isu lainnya terkait pembangunan wilayah dan perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penelitian ini mencapai beberapa sasaran antara lain:
(1) Mendeskripsikan karakteristik megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata
(2) Mengeksplorasi isu-isu pembangunan wilayah dan perdesaan dalam kasus megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata.
(3) Menganalisis biaya-manfaat megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata.
(4) Menjelaskan mekanisme hubungan kausalitas faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat lokal setempat terhadap megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata.
(5) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat lokal setempat yang dapat meningkatkan penerimaannya terhadap megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata.
(6) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan penerimaan masyarakat lokal setempat terhadap megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan strategi studi kasus. Studi kasus penelitian ini yaitu megaproyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat, Indonesia. Penelitian ini menggunakan mix method. Setiap sasaran dalam penelitian ini dianalisis dengan metode yang berbeda. Namun, di bagian akhir dilakukan elaborasi dan kesimpulan yang mencakup semua sasaran untuk tercapainya tujuan penelitian. Metode-metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini antara lain pemodelan persamaan struktural (SEM), percobaan ekonomi dengan rancangan acak kelompok (RAK) dan analisis data kualitatif dengan teknik pengkodean terbuka (open coding). Penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari wawancara, observasi dan webinar. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan-laporan pekerjaan, laporan penelitian, literatur ilmiah dan berita resmi dari sumber yang kredibel.
Penelitian ini mengungkap isu-isu pembangunan wilayah dan perdesaan dalam kasus megaproyek PLTS terapung di Waduk Cirata meliputi: dilema hijau (green dilemma), ketergantungan (dependency) produk asing, pembagian kerja hijau global (green global division of labour), ketidakadilan distribusional (distributional injustice), ketidakadilan prosedural (procedural injustice), eksternalitas negatif di lokasi proyek, dan konflik sosial dan ligkungan (mineral conflict) di wilayah lain yang jauh dari lokasi proyek. Berdasarkan hasil analisis biaya-manfaat, megaaproyek PLTS Terapung Cirata layak atau menguntungkan secara ekonomi. Selain secara kuantitatif matematis, ada beberapa komponen tertentu perlu juga dipertimbangkan secara kualitatif. Hasil identifikasi lebih lanjut biaya-manfaat secara kualitatif dalam penelitian ini menemukan bahwa megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata menghasilkan manfaat antara lain: produksi energi; peningkatan ekonomi lokal dan regional; menghindari emisi gas rumah kaca (GRK) dan polusi udara; manfaat pengurangan evaporasi air; dan transfer teknologi. Namun, tidak hanya manfaat, megaproyek ini juga menimbulkan biaya sosial meliputi: pencemaran lingkungan (seperti limbah berbahaya, kerusakan lansekap alami), konflik sosial dan konflik pemanfaatan ruang antara masyarakat lokal setempat yang memanfaatkan perairan Waduk Cirata untuk matapencahariannya dan pihak pengembang dna pemerintah. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa rasa percaya kepada pemerintah dan rasa percaya kepada pengembang mempengaruhi rasa menerima secara umum dan rasa menerima secara lokal. Hubungan tersebut tidak secara langsung. Hubungan antara rasa percaya kepada pemerintah dan rasa percaya kepada pengembang mempengaruhi rasa menerima secara umum dan rasa menerima secara lokal dimediasi oleh faktor identitas diri terkait lingkungan, persepsi terhadap masalah-masalah, persepsi terhadap efek-efek, dan rasa afektif. Penelitian ini juga menyerap tema-tema aspirasi masyarakat lokal setempat mengenai hal-hal yang dapat meningkatkan penerimaan masyarakat lokal setempat terhadap megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata antara lain: kesinambungan penghidupan masyarakat lokal setempat, kelestarian lingkungan kawasan, pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat lokal setempat, dan kontribusi untuk pembangunan/perbaikan sarana prasarana untuk masyarakat lokal setempat; pelibatan masyarakat lokal setempat dalam proses perencanaan; tarif listrik murah; pembebasan lahan dengan harga lahan yang sesuai; dan pemberdayaan masyarakat. Lebih lanjut, penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa pemberian informasi mengenai profil, biaya, dan manfaat; pemberian dana hibah Corporate Social Responsibility (CSR); dan pemberian pekerjaan untuk masyarakat lokal setempat dapat meningkatkan penerimaan masyarakat lokal setempat terhadap megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata.
Isu-isu pembangunan wilayah dan perdesaan dalam kasus megaproyek PLTS terapung di Waduk Cirata perlu diantisipasi dan diatasi untuk percepatan transisi energi. Berdasarkan isu-isu yang teridentifikasi, penelitian ini menyarankan kebijakan impor modul dan panel surya perlu bersifat sementara (jangka pendek). Dalam jangka panjang, kebijakan pengembangan Litbang dan manufaktur modul dan panel surya perlu dikembangkan di dalam negeri agar memberikan efek pengganda ekonomi yang lebih besar. Tantangan tekanan perdagangan dari negara-negara yang lebih dulu maju dalam hal Litbang dan manufaktur panel surya perlu diatasi dengan perundingan-perundingan yang mengutamakan keberpihakan kepada kepentingan Nasional. Pemerintah juga perlu mewaspadai dan meresolusi berbagai konflik sosial dan lingkungan yang muncul di dalam negeri akibat meningkatnya permintaan mineral silika dan kuarsa yang dipicu akibat meningkatnya permintaan modul dan panel surya untuk memasok megaproyek PLTS terapung skala besar, dan secara umum untuk memasok proyek-proyek energi surya lainnya (termasuk PLTS atap). Megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata perlu meminimalisasi dampak negatif untuk masyarakat lokal setempat, wilayah di Jawa Barat, dan Nasional. Sementara itu, keamanan megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata juga harus diterapkan. Upaya-upaya pelibatan masyarakat, transparansi informasi dan sosialisasi tentang profil, karakteristik, biaya, dan manfaat megaproyek pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata perlu dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya kepada pemerintah dan pengembang. Hal-hal tersebut perlu dilakukan secara mendalam dalam rangka mengembangkan energi terbarukan untuk mempromosikan transisi energi yang berkeadilan. Regional development in West Java has been challenged by climate change. To address these challenges, the Indonesian government, through state-owned enterprises and in cooperation with developer company and foreign investors, is implementing a floating solar power plant megaproject in Cirata Reservoir. This step was taken as an implementation of a policy instrument to develop solar energy as a renewable energy. This policy instrument is part of the energy transition in Indonesia. In addition to the purpose of generating renewable energy, this megaproject is expected to become a pilot for the development of similar projects in other regions in Indonesia. The floating solar power plant megaproject in Cirata Reservoir occupies a 200 Ha reservoir water area (or a toral area of approximately 250 Ha including land area for transmission stations and other equipment), with capacity of 145 MWac, and cost of USD 129 million. The developer of Cirata Floating Solar Power Plant is PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE). The investors are PT PJBI (51%) & Abu Dhabi Future Energy Company PJSC - Masdar (49%). Power purchase agreement (PPA) 25 years with BOOT scheme (build, own, operate, transfer). The tariff applied is 5.8 USD cents/kWh. This megaproject received loans from Sumitomo Mitsui, Banking Corporation (SMBC), Societe Generale and Standard Chartered Bank. However, the Cirata floating solar power plant megaproject, which is claimed to be clean technology by the government and some academic literature, has been indicated to raise various problems such as environmental pollution, social conflicts and other issues related to regional development. This research aims to assess the Cirata floating solar power plant megaproject. In order to achieve this aim, this research achieved several objectives, as follows:
(1) Describe the characteristics of the Cirata floating solar power plant megaproject development.
(2) Explore regional development issues in the case of the Cirata floating solar power plant megaproject.
(3) Analyzing the cost-benefit of the Cirata floating solar power plant megaproject.
(4) Explain the causality mechanism of factors affecting local community acceptance of the Cirata floating solar power plant megaproject.
(5) Identify the aspirations of local communities that can increase their acceptance of the Cirata floating solar power plant megaproject.
(6) Explain interventions to increase local community acceptance of the Cirata floating solar power plant megaproject.
This study employed deductive approach with case study strategy. The case study of this research was the Cirata floating solar power plant megaproject, West Java, Indonesia. This research applied mixed method. Each objective in this research was analyzed with different methods. However, at the end, elaboration and conclusion covering all the objectives were conducted to achieve the research objectives. The analytical methods applied in this research include cost-benefit analysis, structural equation modeling (SEM), economic experiment with randomized group design and qualitative data analysis with open coding technique. This research utilized primary data from interviews, observations and webinars. This research also utilized secondary data from working papers, research reports, scientific literatures and official news from credible sources.
This research identified regional development issues in the case of the Cirata floating solar megaproject such as: green dilemma, foreign product dependency, green global division of labor, distributional injustice and procedural injustice based on Rawlsian and Capability’s Sen perspective, negative externalities at the project site, and social and environmental conflicts in other areas away from the project site. Based on the result of the cost-benefit analysis, the Cirata Floating Solar Power Plant megaproject is economically feasible or profitable. In addition to quantitative mathematics, there are certain components that also need to be considered qualitatively. The results of further qualitative cost-benefit identification in this study found that the Cirata Reservoir floating solar power plant megaproject generates benefits such as: energy production, local and regional economic growth, avoided greenhouse gas (GHG) emissions and air pollution, water evaporation reduction benefits, and technology transfer. However, not only benefits, this megaproject also generates social costs such as: environmental pollution (e.g. hazardous waste, degradation of the natural landscape), social conflicts and spatial utilization conflicts between local communities who utilize the Cirata Reservoir area for their livelihoods and the developers and the government. The research also confirmed that trust in the government and trust in the developer effect general acceptance and local acceptance. The relationship is not direct. The relationship between trust in government and trust in developers on general acceptance and local acceptance is mediated by neighborhood self-identity, perceived problems, perceived effects, and affect. The study also identified themes of local communities' aspirations for what would increase local communities acceptance of the Cirata floating solar power plant megaproject , such as: sustainability of local communities livelihoods, environmental sustainability of the area, creation of new jobs for local communities, and contribution to the development/improvement of infrastructure for local communities, involvement of local communities in the planning process, low electricity tariffs, land acquisition at an appropriate land price, and community empowerment. Furthermore, this study also confirms that the provision of information on the profile, costs, and benefits, the provision of Corporate Social Responsibility (CSR) grants, and the provision of jobs for local communities can increase the acceptance of local communities towards the Cirata floating solar power plant megaproject..
Regional development issues in the case of the Cirata floating power plant megaproject need to be anticipated and addressed to accelerate just energy transition. Based on the issues identified, this research suggests that the policy of importing solar modules needs to be temporary (short-term). In the long term, R&D and manufacturing policies for solar modules need to be developed domestically in order to provide a greater economic multiplier effect. The challenge of trade pressure from countries that are more advanced in terms of R&D and manufacturing of solar panels needs to be overcome by negotiations that prioritize alignment with national interests. The government also needs to be aware of and resolve various social and environmental conflicts that arise in the country due to the increasing demand for silica and quartz minerals triggered by the increasing demand for solar modules to supply large-scale floating solar power plant megaprojects, and in general to supply other solar energy projects (including rooftop solar power plants). The Cirata floating solar power plant megaproject needs to minimize negative impacts for local communities and the reservoir environment. Meanwhile, the safety of the Cirata floating solar power plant megaproject must also be implemented. Community engagement efforts, information transparency and socialization about the profile, characteristics, costs and benefits of the Cirata floating power plant megaproject need to be done to increase trust in the government and developers. These things need to be done in depth in order to develop renewable energy to promote an equitable energy transition.
